Pembuatan Vaksin Dipercepat, Ahli Virologi: Tidak Boleh Mengesampingkan Aspek Keamanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Semua penduduk dunia saat ini menanti vaksin COVID-19 . Karena pandemi ini nyaris menghentikan seluruh kegiatan maka pembuatannya dipercepat.
Beberapa produsen telah melakukan uji klinis tahap tiga. Namun, ada masyarakat yang meragukan vaksin yang dihasilkan karena waktu pembuatannya tidak seperti biasanya. (Baca juga: Soal Vaksin Covid-19, Ketua ITAGI: Semua Sesuai Standar dan Jaminan Aman)
Ahli Virologi, Ngurah Mahardika menerangkan pembuatan vaksin pada masa lalu cukup lama karena harus mendapatkan agen penyakit murninya terlebih dahulu. Sekarang, dengan kemajuan teknologi semua proses itu dimungkinkan untuk dipercepat.
“Tidak perlu lagi agen penyakit. Bisa dibuat sintetis jadi bisa sangat cepat. Zaman dahulu perlu waktu lama untuk menemukan bibitnya saja,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Tata Cara Penemuan Vaksin”, Senin (2/11/2020).
Ia menjelaskan sekarang hanya butuh satu-dua bulan untuk menemukan bibit vaksin. Sedikitnya ada empat ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya. Pertama, berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Kedua, berbasis asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA). Ketiga, vaksin berbasis adenovirus. Terakhir, vaksin yang berbasis protein.
“Ragam basis vaksin ini punya kelebihan dan kekurangan. Misalnya, vaksin berbasis virus yang dimatikan dan saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim. Regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas,” tuturnya.
Ngurah menyebut vaksin berbasis DNA dan adenovirus belum ada yang beredar di masyarakat. Jadi membutuhkan regulasi lagi sehingga akan memakan waktu lama. (Baca juga: Medicago Akan Pasok 76 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Kanada)
Meskipun pembuatan vaksin baru dilakukan percepatan, faktor keamanan tidak boleh dikesampingkan. Pada dasarnya pengembang vaksin tidak akan mengkompromikan aspek kualitas, daya guna, dan keamanan.
Lihat Juga: Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Korupsi Dana Covid-19
Beberapa produsen telah melakukan uji klinis tahap tiga. Namun, ada masyarakat yang meragukan vaksin yang dihasilkan karena waktu pembuatannya tidak seperti biasanya. (Baca juga: Soal Vaksin Covid-19, Ketua ITAGI: Semua Sesuai Standar dan Jaminan Aman)
Ahli Virologi, Ngurah Mahardika menerangkan pembuatan vaksin pada masa lalu cukup lama karena harus mendapatkan agen penyakit murninya terlebih dahulu. Sekarang, dengan kemajuan teknologi semua proses itu dimungkinkan untuk dipercepat.
“Tidak perlu lagi agen penyakit. Bisa dibuat sintetis jadi bisa sangat cepat. Zaman dahulu perlu waktu lama untuk menemukan bibitnya saja,” ujarnya dalam diskusi daring dengan tema “Tata Cara Penemuan Vaksin”, Senin (2/11/2020).
Ia menjelaskan sekarang hanya butuh satu-dua bulan untuk menemukan bibit vaksin. Sedikitnya ada empat ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya. Pertama, berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Kedua, berbasis asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA). Ketiga, vaksin berbasis adenovirus. Terakhir, vaksin yang berbasis protein.
“Ragam basis vaksin ini punya kelebihan dan kekurangan. Misalnya, vaksin berbasis virus yang dimatikan dan saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim. Regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas,” tuturnya.
Ngurah menyebut vaksin berbasis DNA dan adenovirus belum ada yang beredar di masyarakat. Jadi membutuhkan regulasi lagi sehingga akan memakan waktu lama. (Baca juga: Medicago Akan Pasok 76 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Kanada)
Meskipun pembuatan vaksin baru dilakukan percepatan, faktor keamanan tidak boleh dikesampingkan. Pada dasarnya pengembang vaksin tidak akan mengkompromikan aspek kualitas, daya guna, dan keamanan.
Lihat Juga: Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Korupsi Dana Covid-19
(kri)