Bursa Capres 2024: Elektabilitas Ketum Parpol Rendah, Kenapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah lembaga survei merilis temuan terbaru mereka terkait tingkat keterpilihan tokoh-tokoh yang berpeluang menjadi capres dan cawapres di Pilpres 2024. Hasilnya, elektabilitas ketua umum partai politik terlihat masih rendah.
Dalam survei tersebut, malah nama sejumlah kepala daerah yang mengemuka, semisal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo , Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan , dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil . Mereka bahkan mengalahkan elektabilitas banyak ketua umum partai politik. Hanya Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra, yang bertahan di peringkat atas.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan, munculnya nama-nama baru yang cenderung kurang dinamis dan notabene nonparpol itu bukti bahwa rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap kaderisasi parpol, khususnya terhadap figur sentral.
"Ada beberapa nama kepala daerah nonparpol yang muncul dengan elektabilitas bagus, seperti Anies dan Kang Emil bahkan elektabilitasnya lebih tinggi daripada ketum partai, ini saya kira bukti rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap parpol," kata Fadhli kepada SINDOnews, Sabtu (31/10/2020).
Menurut Fadhli, meski kepala daerah direkomendasi oleh parpol atas persetujuan ketum parpol, bukan berarti rakyat melihat parpolnya semata, melainkan sosok yang disokong parpol. "Karena, kalau kita perhatikan kemunculan kepala daerah dengan elektabilitas bagus lebih kepada kinerjanya, bukan karena faktor parpol atau ketumnya," ujar dia.
Dari hasil survei ini, lanjut Fadhli, hampir seluruh ketum parpol tak mampu bersaing dengan kandidat dari nonparpol. Tercatat hanya Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang muncul, itu pun sangat rendah. Sementara, Airlangga Hartanto , Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Suharso Monoarfa, Zulkifli Hasan, Ahmad Syaikhu justru belum muncul. Elektabilitas mereka masih di bawah 5 persen.
( ).
"Dari sini terlihat bahwa rakyat sudah mampu merasakan mana pemimpin yang betul-betul dekat dengan mereka dan mampu mengeksekusi dan mana yang cuma dekat pada momentum tertentu," ujarnya.
Pertanyaannya, tambah dia, meskipun survei elektabilitas tokoh nonparpol lebih tinggi dari tokoh-tokoh parpol atau ketum parpol, apakah mereka mampu meraih rekomendasi dari ketua umum parpol di Pilpres 2024.
"Ini nanti dibuktikan pada saat tahapan pemilu dimulai, apakah mereka peka dengan pilihan rakyat atau sebaliknya. Yang peka pilihan rakyat tentu akan untung, sementara yang kurang peka dan memilih suara ketum atau suara parpol akan buntung," pungkasnya.
Dalam survei tersebut, malah nama sejumlah kepala daerah yang mengemuka, semisal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo , Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan , dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil . Mereka bahkan mengalahkan elektabilitas banyak ketua umum partai politik. Hanya Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra, yang bertahan di peringkat atas.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan, munculnya nama-nama baru yang cenderung kurang dinamis dan notabene nonparpol itu bukti bahwa rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap kaderisasi parpol, khususnya terhadap figur sentral.
"Ada beberapa nama kepala daerah nonparpol yang muncul dengan elektabilitas bagus, seperti Anies dan Kang Emil bahkan elektabilitasnya lebih tinggi daripada ketum partai, ini saya kira bukti rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap parpol," kata Fadhli kepada SINDOnews, Sabtu (31/10/2020).
Menurut Fadhli, meski kepala daerah direkomendasi oleh parpol atas persetujuan ketum parpol, bukan berarti rakyat melihat parpolnya semata, melainkan sosok yang disokong parpol. "Karena, kalau kita perhatikan kemunculan kepala daerah dengan elektabilitas bagus lebih kepada kinerjanya, bukan karena faktor parpol atau ketumnya," ujar dia.
Dari hasil survei ini, lanjut Fadhli, hampir seluruh ketum parpol tak mampu bersaing dengan kandidat dari nonparpol. Tercatat hanya Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang muncul, itu pun sangat rendah. Sementara, Airlangga Hartanto , Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, Suharso Monoarfa, Zulkifli Hasan, Ahmad Syaikhu justru belum muncul. Elektabilitas mereka masih di bawah 5 persen.
( ).
"Dari sini terlihat bahwa rakyat sudah mampu merasakan mana pemimpin yang betul-betul dekat dengan mereka dan mampu mengeksekusi dan mana yang cuma dekat pada momentum tertentu," ujarnya.
Pertanyaannya, tambah dia, meskipun survei elektabilitas tokoh nonparpol lebih tinggi dari tokoh-tokoh parpol atau ketum parpol, apakah mereka mampu meraih rekomendasi dari ketua umum parpol di Pilpres 2024.
"Ini nanti dibuktikan pada saat tahapan pemilu dimulai, apakah mereka peka dengan pilihan rakyat atau sebaliknya. Yang peka pilihan rakyat tentu akan untung, sementara yang kurang peka dan memilih suara ketum atau suara parpol akan buntung," pungkasnya.