Ini Kata Pakar Keamanan Nasional dan Internasional tentang Geopolitik Akibat Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid -19 adalah hal yang tak terduga bagi seluruh dunia. Dampak dari pandemi ini bisa dirasakan di semua aspek kehidupan. Pengaruhnya juga dirasakan pada aspek sosial dan aspek keamanan negara. Karena itu, Lemhannas mendukung gagasan baik apapun itu untuk melakukan konsolidasi dengan membina dan bekerja sama antara negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara sekitar lainnya dalam menangani masalah dari dampak pandemi ini.
Lemhannas kembali menggelar event tahunan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IV 2020 yang diselenggarakan selama 2 hari pada Rabu dan Kamis, 20 – 21 Oktober 2020 di MNC Conference Hall, Inews Tower. Event ini juga diselenggarakan secara online melalui zoom dan YouTube official Lemhannas RI, Okezone, dan SindoNews.
Acara yang mengusung tema Geopolitical Landscape in The Covid-19 Era ini menghadirkan narasumber profesional dari dalam dan luar negeri. Penyelenggaraan acara ini didasari adanya perubahan terhadap sistem geopolitik akibat pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh belahan dunia.
Dalam sambutan yang disiarkan secara virtual, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, di tengah dinamika geopolitik kawasan dan global yang terkena imbas pandemi virus korona (covid-19). Indonesia akan terus mendorong kerjasama dengan negara-negara lainnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terkait hal tersebut, Retno juga menyayangkan adanya sejumlah negara yang justru semakin memperluas pengaruhnya dan saling bersaing di tengah pandemi.
Rukmani Gupta, Janes Senior Analyst for Asia Pacific Military Capabilities menyinggung tentang pentingnya multilateralisme dalam menghadapi tantangan-tantangan yang kini tengah terjadi di banyak belahan dunia. Analis senior militer Asia Pasific ini mengatakan, jika Covid-19 ini telah membawa dampak yang besar pada biopolitik dan sebetulnya hal ini bukan hal yang baru, tapi kondisi ini diperburuk karena adanya pandemi Covid-19 yang semakin meluas.
“Salah satu di antaranya adalah hal-hal yang terkait dengan dunia yang ada. Misalnya saja tentang tata dunia baru yang merupakan tantangan demokrasi dan pluralisme yang telah mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir," paparnya.
Hari kedua penyelenggaraan JGF 2020 melanjutkan seminar nasional Jakarta Geopolitical Forum IV sesi kedua. Gubernur Lemhannas, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menambahkan bahwa ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang dapat membahayakan integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara.
“Ada konsep yang diwarisi dari masa lalu dan menjadi tantangan untuk saat ini, sehingga bisa mewujudkan ketahanan nasional dengan warisan masa lalu untuk kita cari bentuk implikasinya pada 2020. Kita harus bekerja, membaca, berpikir, ini menjadi tantangan kita. Jika tidak mampu beradaptasi dan bertransformasi maka akan terlindas,” ujarnya.
Ia menambahakan, gunanya ketahanan nasional untuk mencapai dan menjaga tujuan nasional dari ancaman, hambatan, tantangan. Ketahanan nasional bisa terjadi dengan adanya ketahanan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam, dan ideologi. Ketahanan itu ada pada disiplin ilmu masing-masing. Sehingga, para lulusan lemhannas diharapkan memiliki karakteristik itu melekat pada perilaku perseorangan masing-masing, yaitu yang didasarkan pada 4 konsensus dasar, Pancasila, UUD NRI 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dimas Oky Nugroho, Ph.D, Founder dan Executive Director PT Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) mengemukakan, pandemi menyadarkan bahwa masyarakat hidup saling terkoneksi satu sama lain dimana harus ada kolaborasi, kerjasama, dan diwujudkan dalam off governance (tata kelola kerjasama yang baik).
Lemhannas kembali menggelar event tahunan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IV 2020 yang diselenggarakan selama 2 hari pada Rabu dan Kamis, 20 – 21 Oktober 2020 di MNC Conference Hall, Inews Tower. Event ini juga diselenggarakan secara online melalui zoom dan YouTube official Lemhannas RI, Okezone, dan SindoNews.
Acara yang mengusung tema Geopolitical Landscape in The Covid-19 Era ini menghadirkan narasumber profesional dari dalam dan luar negeri. Penyelenggaraan acara ini didasari adanya perubahan terhadap sistem geopolitik akibat pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh belahan dunia.
Dalam sambutan yang disiarkan secara virtual, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, di tengah dinamika geopolitik kawasan dan global yang terkena imbas pandemi virus korona (covid-19). Indonesia akan terus mendorong kerjasama dengan negara-negara lainnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terkait hal tersebut, Retno juga menyayangkan adanya sejumlah negara yang justru semakin memperluas pengaruhnya dan saling bersaing di tengah pandemi.
Rukmani Gupta, Janes Senior Analyst for Asia Pacific Military Capabilities menyinggung tentang pentingnya multilateralisme dalam menghadapi tantangan-tantangan yang kini tengah terjadi di banyak belahan dunia. Analis senior militer Asia Pasific ini mengatakan, jika Covid-19 ini telah membawa dampak yang besar pada biopolitik dan sebetulnya hal ini bukan hal yang baru, tapi kondisi ini diperburuk karena adanya pandemi Covid-19 yang semakin meluas.
“Salah satu di antaranya adalah hal-hal yang terkait dengan dunia yang ada. Misalnya saja tentang tata dunia baru yang merupakan tantangan demokrasi dan pluralisme yang telah mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir," paparnya.
Hari kedua penyelenggaraan JGF 2020 melanjutkan seminar nasional Jakarta Geopolitical Forum IV sesi kedua. Gubernur Lemhannas, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menambahkan bahwa ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang dapat membahayakan integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara.
“Ada konsep yang diwarisi dari masa lalu dan menjadi tantangan untuk saat ini, sehingga bisa mewujudkan ketahanan nasional dengan warisan masa lalu untuk kita cari bentuk implikasinya pada 2020. Kita harus bekerja, membaca, berpikir, ini menjadi tantangan kita. Jika tidak mampu beradaptasi dan bertransformasi maka akan terlindas,” ujarnya.
Ia menambahakan, gunanya ketahanan nasional untuk mencapai dan menjaga tujuan nasional dari ancaman, hambatan, tantangan. Ketahanan nasional bisa terjadi dengan adanya ketahanan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam, dan ideologi. Ketahanan itu ada pada disiplin ilmu masing-masing. Sehingga, para lulusan lemhannas diharapkan memiliki karakteristik itu melekat pada perilaku perseorangan masing-masing, yaitu yang didasarkan pada 4 konsensus dasar, Pancasila, UUD NRI 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dimas Oky Nugroho, Ph.D, Founder dan Executive Director PT Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) mengemukakan, pandemi menyadarkan bahwa masyarakat hidup saling terkoneksi satu sama lain dimana harus ada kolaborasi, kerjasama, dan diwujudkan dalam off governance (tata kelola kerjasama yang baik).