Elektabilitas Ganjar Pranowo Tinggi Malah Bikin Pusing PDIP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tertinggi bahkan melampaui elektabilitas Capres 2019 Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan, tingginya elektabilitas Ganjar justru akan membuat PDIP, partai yang menaunginya, pusing.
"Tingginya elektabilitas Ganjar malah bisa bikin pusing PDIP sebagai partainya. Soalnya, di satu sisi PDIP sendiri sudah mempersiapkan calon (Puan Maharani), namun di sisi lain muncul kader yang lebih potensial," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Senin (26/10/2020).
Seperti diketahui, sejumlah pihak menyebut PDIP akan menduetkan Prabowo-Puan Maharani di Pilpres 2024. Aroma koalisi ini sudah terendus dengan masuknya Prabowo Subianto dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju. Ditambah lagi dengan banyaknya bangunan koalisi PDIP-Gerindra di Pilkada Serentak 2020.
( ).
"Hitung-hitungannya, kalau PDIP memaksakan Puan maju dengan elektabilitas rendah tentu akan merugikan koalisi, sementara masih ada kader dengan elektabilitas tinggi. Karena kita tahu siapa Mbak Puan," kata dia.
Namun, jika Ganjar tidak dipilih tentu saja akan ada konsekuensinya juga. Ganjar bisa berpaling dari PDIP dan menjadi lawan koalisi PDIP. "Kemungkinan kalau Ganjar tidak diduetkan ya dia bisa keluar dari PDIP. Itu hitung-hitungan kalau elektabilitasnya tetap bagus. Karena sudah pasti dengan elektabilitas itu akan ada koalisi lain yang berminat," terangnya.
( ).
Lagi pula, lanjut dia, Ganjar sendiri telah berada di masa akhir masa jabatan karena sudah dua periode menjabat Gubernur Jateng. "Artinya, kalau Ganjar ingin kariernya mentok di situ-situ saja ya dia lebih memilih mengakhiri jabatan sebagai Gubernur. Tetapi sebagai politisi tentu dia ingin terus mengembangkan kariernya ke posisi yang lebih tinggi, capres atau cawapres," tandasnya.
"Tingginya elektabilitas Ganjar malah bisa bikin pusing PDIP sebagai partainya. Soalnya, di satu sisi PDIP sendiri sudah mempersiapkan calon (Puan Maharani), namun di sisi lain muncul kader yang lebih potensial," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Senin (26/10/2020).
Seperti diketahui, sejumlah pihak menyebut PDIP akan menduetkan Prabowo-Puan Maharani di Pilpres 2024. Aroma koalisi ini sudah terendus dengan masuknya Prabowo Subianto dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju. Ditambah lagi dengan banyaknya bangunan koalisi PDIP-Gerindra di Pilkada Serentak 2020.
( ).
"Hitung-hitungannya, kalau PDIP memaksakan Puan maju dengan elektabilitas rendah tentu akan merugikan koalisi, sementara masih ada kader dengan elektabilitas tinggi. Karena kita tahu siapa Mbak Puan," kata dia.
Namun, jika Ganjar tidak dipilih tentu saja akan ada konsekuensinya juga. Ganjar bisa berpaling dari PDIP dan menjadi lawan koalisi PDIP. "Kemungkinan kalau Ganjar tidak diduetkan ya dia bisa keluar dari PDIP. Itu hitung-hitungan kalau elektabilitasnya tetap bagus. Karena sudah pasti dengan elektabilitas itu akan ada koalisi lain yang berminat," terangnya.
( ).
Lagi pula, lanjut dia, Ganjar sendiri telah berada di masa akhir masa jabatan karena sudah dua periode menjabat Gubernur Jateng. "Artinya, kalau Ganjar ingin kariernya mentok di situ-situ saja ya dia lebih memilih mengakhiri jabatan sebagai Gubernur. Tetapi sebagai politisi tentu dia ingin terus mengembangkan kariernya ke posisi yang lebih tinggi, capres atau cawapres," tandasnya.
(zik)