Tiga Bank Syariah Satukan Kekuatan
loading...
A
A
A
LANGKAH penggabungan (merger) tiga bank syariah pelat merah sudah berjalan. Hal itu ditandai penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) dan pembentukan Integration Management Office (IMO) yang bertujuan merancang intergrasi ketiga bank menjadi entitas baru. Selain itu, tim IMO juga mempersiapkan rencana bisnis bank yang harus dituntaskan paling lambat November mendatang. Ketiga bank syariah milik negara yang akan dimerger adalah PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah dan entitas baru (hasil merger) nanti akan dinamai Bank Amanah.
Penggabungan tiga bank syariah itu, bakal melahirkan bank syariah terbesar di dunia, sebagaimana diklaim oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. “Dengan bergabungnya rekan-rekan semua menjadi dalam satu bank, satu keluarga Insya Allah Indonesia akan memiliki bank syariah terbesar,” katanya. Proses merger tersebut menjadi efektif setelah mendapat persetujuan dari otoritas yang berwenang, dan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dari masing-masing pihak, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, telah ditetapkan Bank BRI Syariah menjadi bank survivor alias entitas yang menerima penggabungan (surviving entity). Kepastian Bank BRI Syariah selaku survivor terungkap dari keterbukaan informasi perseroan selaku perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adanya keterbukaan informasi tersebut melambungkan harga saham perusahaan yang berkode BRIS hingga 16,11% ke level Rp1.045 per saham dari sebelumnya di level Rp920 per saham sesaat setelah pembukaan sesi pertama perdagangan di lantai bursa, Selasa (13/10).
Kementerian BUMN menargetkan merger bank syariah paling lambat terwujud pada Februari tahun depan. Terbentuknya sebuah bank syariah yang besar dan kuat dapat menjadi tambahan pilihan untuk masyarakat yang mencari pendanaan. Kini menjadi pertanyaan, pasca-merger ketiga bank tersebut berapa aset total yang dimiliki? Saat ini atau per Juni 2020, Bank Syariah Mandiri memiliki aset sekitar Rp114,4 triliun atau meningkat sekitar 13,26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Disusul, Bank BNI Syariah dengan aset sebesar Rp50,78 triliun per Juni 2020 atau naik 17,8% dibandingkan periode Juni 2019. Dan, Bank BRI Syariah memiliki aset sebesar Rp 49,6 triliun per Juni 2020 atau meningkat 34,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jadi, total aset tiga bank syariah pelat merah sebesar Rp214,78 triliun.
Langkah Kementerian BUMN menggabungkan ketiga bank syariah tersebut disambut antusias oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagaimana selalu ditegaskan Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam berbagai kesempatan bahwa Indonesia harus memiliki lembaga keuangan syariah yang besar. Pihak OJK memang sudah lama “mengidankam” perbankan syariah masuk kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, yakni bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun sehingga daya saing menjadi lebih kuat.
Lalu, bagaimana dengan kinerja perbankan syariah di era pandemi Covid-19 yang telah memorak-porandakan perekonomian nasional? Perbankan syariah dinyatakan masih mampu bertahan dari dampak serangan virus korona. Setidaknya terlihat dari indikator penguasaan pangsa pasar (market share) yang terus bertumbuh dari sebesar 5,78% pada 2017 menjadi 6,18% pada Juni 2020. Selain itu, Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Toni E.B Subari mengklaim bahwa perbankan syariah nasional terus berkembang dengan pertumbuhan yang menggembirakan. Tercermin dari pertumbuhan baik aset, pembiayaan, dana pihak ketiga yang semakin tinggi. Sayangnya, pihak Asbisindo tidak menunjukkan angka-angka kinerja yang diklaim bertumbuh pesat.
Tahun lalu, perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan double digit dengan market share pembiayaan naik menjadi 5%. Data terbaru OJK menunjukkan mayoritas pembiayaan bank syariah digelontorkan pada sektor bukan lapangan usaha, seperti pemilik rumah tinggal sebesar Rp83,7 triliun, pemilik peralatan rumah tangga lainnya atau multiguna sebesar Rp55,8 triliun.
Kembali kepada langkah Kementerian BUMN menggabungkan tiga bank syariah pelat merah, ini memang harus diapresiasi dengan baik. Indonesia dengan populasi umat muslim terbesar di dunia sudah sepantasnya memiliki bank syariah yang besar dan kuat pula. Jadi, bank syariah terutama yang dimiliki negara tak perlu banyak cukup satu bank tetapi bisa diandalkan. Kita berharap bank hasil merger nanti bisa mengantarkan Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. (*)
Penggabungan tiga bank syariah itu, bakal melahirkan bank syariah terbesar di dunia, sebagaimana diklaim oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. “Dengan bergabungnya rekan-rekan semua menjadi dalam satu bank, satu keluarga Insya Allah Indonesia akan memiliki bank syariah terbesar,” katanya. Proses merger tersebut menjadi efektif setelah mendapat persetujuan dari otoritas yang berwenang, dan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dari masing-masing pihak, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, telah ditetapkan Bank BRI Syariah menjadi bank survivor alias entitas yang menerima penggabungan (surviving entity). Kepastian Bank BRI Syariah selaku survivor terungkap dari keterbukaan informasi perseroan selaku perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adanya keterbukaan informasi tersebut melambungkan harga saham perusahaan yang berkode BRIS hingga 16,11% ke level Rp1.045 per saham dari sebelumnya di level Rp920 per saham sesaat setelah pembukaan sesi pertama perdagangan di lantai bursa, Selasa (13/10).
Kementerian BUMN menargetkan merger bank syariah paling lambat terwujud pada Februari tahun depan. Terbentuknya sebuah bank syariah yang besar dan kuat dapat menjadi tambahan pilihan untuk masyarakat yang mencari pendanaan. Kini menjadi pertanyaan, pasca-merger ketiga bank tersebut berapa aset total yang dimiliki? Saat ini atau per Juni 2020, Bank Syariah Mandiri memiliki aset sekitar Rp114,4 triliun atau meningkat sekitar 13,26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Disusul, Bank BNI Syariah dengan aset sebesar Rp50,78 triliun per Juni 2020 atau naik 17,8% dibandingkan periode Juni 2019. Dan, Bank BRI Syariah memiliki aset sebesar Rp 49,6 triliun per Juni 2020 atau meningkat 34,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jadi, total aset tiga bank syariah pelat merah sebesar Rp214,78 triliun.
Langkah Kementerian BUMN menggabungkan ketiga bank syariah tersebut disambut antusias oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagaimana selalu ditegaskan Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam berbagai kesempatan bahwa Indonesia harus memiliki lembaga keuangan syariah yang besar. Pihak OJK memang sudah lama “mengidankam” perbankan syariah masuk kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, yakni bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun sehingga daya saing menjadi lebih kuat.
Lalu, bagaimana dengan kinerja perbankan syariah di era pandemi Covid-19 yang telah memorak-porandakan perekonomian nasional? Perbankan syariah dinyatakan masih mampu bertahan dari dampak serangan virus korona. Setidaknya terlihat dari indikator penguasaan pangsa pasar (market share) yang terus bertumbuh dari sebesar 5,78% pada 2017 menjadi 6,18% pada Juni 2020. Selain itu, Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Toni E.B Subari mengklaim bahwa perbankan syariah nasional terus berkembang dengan pertumbuhan yang menggembirakan. Tercermin dari pertumbuhan baik aset, pembiayaan, dana pihak ketiga yang semakin tinggi. Sayangnya, pihak Asbisindo tidak menunjukkan angka-angka kinerja yang diklaim bertumbuh pesat.
Tahun lalu, perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan double digit dengan market share pembiayaan naik menjadi 5%. Data terbaru OJK menunjukkan mayoritas pembiayaan bank syariah digelontorkan pada sektor bukan lapangan usaha, seperti pemilik rumah tinggal sebesar Rp83,7 triliun, pemilik peralatan rumah tangga lainnya atau multiguna sebesar Rp55,8 triliun.
Kembali kepada langkah Kementerian BUMN menggabungkan tiga bank syariah pelat merah, ini memang harus diapresiasi dengan baik. Indonesia dengan populasi umat muslim terbesar di dunia sudah sepantasnya memiliki bank syariah yang besar dan kuat pula. Jadi, bank syariah terutama yang dimiliki negara tak perlu banyak cukup satu bank tetapi bisa diandalkan. Kita berharap bank hasil merger nanti bisa mengantarkan Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. (*)
(bmm)