Informasi Bohong Tentang COVID-19 Membuat Masyarakat Tidak Percaya Dokter dan RS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penanganan pandemi COVID-19 menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya, beredarnya informasi bohong ( hoaks ). Masyarakat diminta mencari tahu mengenai informasi yang meragukan kepada ahlinya.
Staf Khusus bidang Hukum Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo ), Henri Subiakto mengatakan masifnya informasi bohong tentang COVID-19 bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di dunia. Dia menyebut informasi bohong yang paling banyak mengenai asal-usul COVID-19. (Baca juga: Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran)
Henri menerangkan selama pandemi COVID-19 di Indonesia banyak peristiwa terjadi karena penyebaran informasi yang bohong. Masyarakat, menurutnya, banyak yang tidak percaya dengan dokter dan rumah sakit yang memvonis keluarganya positif COVID-19.
Contohnya, pengambilan paksa jenazah pasien COVID-19 dari rumah sakit. Peristiwa itu terjadi di sejumlah daerah, bahkan di kota sebesar Jakarta.
“Makanya harus hati-hati terhadap itu (informasi bohong). Percayalah pada orang-orang yang mempunyai kompetensi. Kalau urusan kesehatan serahkan pada dokter. Bukan pada media sosial (medsos),” ujar Henri dalam diskusi daring dengan tema “Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak hoaks”, Kamis (8/10/2020).
Informasi bohong semakin mudah tersebar dengan adanya medsos dan aplikasi pesan singkat di gawai. Beragam informasi silih berganti mengisi medsos tanpa ada sumber atau penanggung jawabmya. Sayangnya, masih ada orang yang mudah percaya atas informasi yang belum tentu kebenarannya.
Henri menjelaskan manusia berperilaku dan berpendapat dasarnya bukan realitas, tetapi apa yang dibayangkan tentang realitas. Dia menambahkangatakan orang yang membayangkan vaksin berasal dari sesuatu yang haram nantinya tidak akan mau menggunakannya. (Baca juga: Cegah Informasi Bohong, Intensifkan Edukasi Covid-19)
“Karena (dia) sudah membayangkan dari yang haram. Akan tetapi, kalau dia tahu itu dari penyakit atau kuman yang dilemahkan. Kuman tidak ada hubungannya dengan halal atau haram, dia akan terbuka (mau divaksin),” pungkasnya.
Staf Khusus bidang Hukum Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo ), Henri Subiakto mengatakan masifnya informasi bohong tentang COVID-19 bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di dunia. Dia menyebut informasi bohong yang paling banyak mengenai asal-usul COVID-19. (Baca juga: Klaster Baru Covid-19 Berpeluang Terjadi di Tengah Demonstran)
Henri menerangkan selama pandemi COVID-19 di Indonesia banyak peristiwa terjadi karena penyebaran informasi yang bohong. Masyarakat, menurutnya, banyak yang tidak percaya dengan dokter dan rumah sakit yang memvonis keluarganya positif COVID-19.
Contohnya, pengambilan paksa jenazah pasien COVID-19 dari rumah sakit. Peristiwa itu terjadi di sejumlah daerah, bahkan di kota sebesar Jakarta.
“Makanya harus hati-hati terhadap itu (informasi bohong). Percayalah pada orang-orang yang mempunyai kompetensi. Kalau urusan kesehatan serahkan pada dokter. Bukan pada media sosial (medsos),” ujar Henri dalam diskusi daring dengan tema “Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak hoaks”, Kamis (8/10/2020).
Informasi bohong semakin mudah tersebar dengan adanya medsos dan aplikasi pesan singkat di gawai. Beragam informasi silih berganti mengisi medsos tanpa ada sumber atau penanggung jawabmya. Sayangnya, masih ada orang yang mudah percaya atas informasi yang belum tentu kebenarannya.
Henri menjelaskan manusia berperilaku dan berpendapat dasarnya bukan realitas, tetapi apa yang dibayangkan tentang realitas. Dia menambahkangatakan orang yang membayangkan vaksin berasal dari sesuatu yang haram nantinya tidak akan mau menggunakannya. (Baca juga: Cegah Informasi Bohong, Intensifkan Edukasi Covid-19)
“Karena (dia) sudah membayangkan dari yang haram. Akan tetapi, kalau dia tahu itu dari penyakit atau kuman yang dilemahkan. Kuman tidak ada hubungannya dengan halal atau haram, dia akan terbuka (mau divaksin),” pungkasnya.
(kri)