Meski Bipolar Disorder Afina Banyak Prestasi
loading...
A
A
A
Ketika saya tanya belajar dari mana semua itu? Otodidak. Belajar dari YouTube. Dan yang saya tahu, waktu itu hanya Afina dari 8 kelas yang ada yang piawai mengedit video dengan baik.
Dari situlah kemudian Afina tumbuh dan merasa bahwa siapapun bisa bangkit untuk bisa mencapai impiannya. Oleh karena itu pada saat kelas 2 SMA, Afina minta pertimbangan saya untuk fokus belajar sendiri pada jurusan IPS. Di sekolah Afina tidak ada jurusan IPS, semuanya jurusan IPA. Afina menyadari bahwa dia lebih tertarik pada IPS.
Kemudian dia membuat program sendiri belajar IPS. Buat jadwal, mengatur kebutuhan buku-buku, latihan termasuk menyiasati bagaimana agar nilai-nilai ulangan IPA-nya tidak terlalu mencolok tertinggal jauh. “Aku ingin lolos masuk seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Aku masuk Unpad,” tekad Afina.
Upayanya itu dibarengi dengan penjadwalan yang ketat dan ibadah yang makin rajin. Alhamdulillah akhirnya berhasil diterima di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad Angkatan tahun 2017.
Dari 4 kelas siswa putri ternyata hanya 2 orang yang lolos masuk seleksi tertulis PTN waktu itu. Sahabatnya yang diterima itu memang mengikuti pola belajar bareng Afina.
Semua orang kaget. Mana mungkin Afina yang langganan ranking terakhir sejak kelas 1 SD bisa diterima di ujian masuk seleksi tertulis PTN. ”Abah, usaha tidak akan pernah membohongi hasil," sambil tersenyum Afina berbisik pada saya.
Afina Bangkit, Jadi Duta Kesehatan Mental
Awalnya saya tidak tahu bahwa Afina mempunyai masalah di kuliahnya. Sampai satu hari Afina minta izin saya untuk menemui psikolog sendirian. Lalu ke psikiater.
Afina didiagnosa sebagai Bipolar Disorder. Orang yang mempunyai dua kutub mood. Ada manic dan depresi yang berlebihan. Sehingga mengganggu banyak aktivitas sosialnya. Pernah Afina mengurung diri di kamar kostnya 3 hari 3 malam, merasa tidak punya arti apa-apa dan hanya bisa menangis.
Afina menyadari dia tidak sendiri. Banyak orang seperti dia, yang di antara mereka butuh pertolongan. Agar bisa dipahami oleh orang-orang terdekatnya, terutama keluarga dan masyarakat.
“Ada orang yang lahir dengan potensi diabetes atau ashma yang terbawa dari keluarga. Begitu juga gangguan kesehatan mental,” itu yang sering Afina suarakan.
Dari situlah kemudian Afina tumbuh dan merasa bahwa siapapun bisa bangkit untuk bisa mencapai impiannya. Oleh karena itu pada saat kelas 2 SMA, Afina minta pertimbangan saya untuk fokus belajar sendiri pada jurusan IPS. Di sekolah Afina tidak ada jurusan IPS, semuanya jurusan IPA. Afina menyadari bahwa dia lebih tertarik pada IPS.
Kemudian dia membuat program sendiri belajar IPS. Buat jadwal, mengatur kebutuhan buku-buku, latihan termasuk menyiasati bagaimana agar nilai-nilai ulangan IPA-nya tidak terlalu mencolok tertinggal jauh. “Aku ingin lolos masuk seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Aku masuk Unpad,” tekad Afina.
Upayanya itu dibarengi dengan penjadwalan yang ketat dan ibadah yang makin rajin. Alhamdulillah akhirnya berhasil diterima di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad Angkatan tahun 2017.
Dari 4 kelas siswa putri ternyata hanya 2 orang yang lolos masuk seleksi tertulis PTN waktu itu. Sahabatnya yang diterima itu memang mengikuti pola belajar bareng Afina.
Semua orang kaget. Mana mungkin Afina yang langganan ranking terakhir sejak kelas 1 SD bisa diterima di ujian masuk seleksi tertulis PTN. ”Abah, usaha tidak akan pernah membohongi hasil," sambil tersenyum Afina berbisik pada saya.
Afina Bangkit, Jadi Duta Kesehatan Mental
Awalnya saya tidak tahu bahwa Afina mempunyai masalah di kuliahnya. Sampai satu hari Afina minta izin saya untuk menemui psikolog sendirian. Lalu ke psikiater.
Afina didiagnosa sebagai Bipolar Disorder. Orang yang mempunyai dua kutub mood. Ada manic dan depresi yang berlebihan. Sehingga mengganggu banyak aktivitas sosialnya. Pernah Afina mengurung diri di kamar kostnya 3 hari 3 malam, merasa tidak punya arti apa-apa dan hanya bisa menangis.
Afina menyadari dia tidak sendiri. Banyak orang seperti dia, yang di antara mereka butuh pertolongan. Agar bisa dipahami oleh orang-orang terdekatnya, terutama keluarga dan masyarakat.
“Ada orang yang lahir dengan potensi diabetes atau ashma yang terbawa dari keluarga. Begitu juga gangguan kesehatan mental,” itu yang sering Afina suarakan.