Sosok Andi Taufan, Stafsus Presiden yang Suratnya ke Camat Bikin Geger
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi), Andi Taufan Garuda Putra atau biasa dipanggil Taufan tengah menjadi pembicaraan publik. Namanya mencuat karena suratnya kepada camat se-Indonesia viral di media sosial.
Surat berkop Sekretariat Kabinet itu berisi informasi dan permintaan dukungan kepada seluruh camat se-Indonesia terhadap PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menjalankan program Relawan Desa Lawan Covid-19.
Surat tersebut membuat Andi Taufan banjir kecaman. Selain isinya dinilai janggal, surat yang dilayangkannya itu menggunakan kop Sekretariat Kabinet. Apalagi PT Amartha adalah perusahaan yang dipimpinnya. ( )
Taufan merupakan pendiri dan saat ini masih aktif menjabat sebagai CEO Amartha, perusahaan pembiayaan digital atau fintech peer to peer (p2p) lending. Bisnis yang menyasar usaha mikro masyarakat kelas bawah itu didirikannya pada 2010 di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat.
Usahanya kian meroket. Pada 2016, Amartha berkembang menjadi perusahaan fintech yang berupaya menjangkau jutaan pelaku usaha mikro di Indonesia. Hingga 2019, Amartha memiliki sekitar 340 ribu mitra pada segmen mikro dan perempuan di desa-desa.
Ketika itu perusahaan mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mencatatkan penyaluran pendanaan hingga Rp 1,6 triliun. Kurang lebih selama sepuluh tahun, Amartha mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya, penghargaan di SDG Finance Geneva Summit 2019 dari United Nations Development Programme (UNDP). ( )
Jejak Pendidikan
Kesuksesan Taufan dalam menjalankan bisnisnya tak lepas dari semangatnya meniti pendidikan dan karier. Pria kelahiran Jakarta 24 Januari 1987 itu merupakan sarjana Bisnis Institut Teknologi Bandung (ITB) dan telah mendapatkan gelar Master Administrasi Publik di Harvard Kennedy School.
Usai menyelesaikan studinya, Taufan bekerja sebagai konsultan bisnis di IBM Global Business Services selama hampir dua tahun. Belum genap dua tahun bekerja sebagai konsultan, dia justru memutuskan keluar dari pekerjaannya. Alasannya, ia melihat banyak pelaku usaha mikro di pedesaan yang mengalami kesulitan finansial. Sejak itulah ia perlahan memulai perjalanannya membangun Amartha.
Sederetan prestasi diraih pria 33 tahun selama kuliah dan berkarir. Taufan memperoleh berbagai penghargaan seperti Entrepreneur of the Year Finalist dari EY, Satu Indonesia Award dari Astra, Laureate Global Fellow, International Youth Foundation, dan Ganesha Innovation Champion Awards dari Alumni ITB.
Minta Maaf
Lantaran surat kontroversialnya kepada seluruh camat terkait kerja sama perusahaannya dalam penanganan Covid-19, Taufan akhirnya meminta maaf kepada publik. Dia pun menyataan segera menarik kembali surat tersebut.
“Tentunya hal ini akan menjadi pelajaran penting bagi saya sebagai anak muda yang ingin memberikan kontribusi untuk negeri, agar tetap mengikuti kaidah aturan dalam sistem birokrasi,” ujar Taufan dalam pernyataannya kepada media, Selasa 14 April 2020.
Taufan mengaku surat tersebut semata-mata bertujuan baik untuk penanganan wabah Covid-19. Ia pun menyadari ada kesalahan prosedur birokrasi yang dilakukannya.
“Maksud saya berbuat baik. Dukungan itu murni berlandaskan kemanusiaan. Pembiayaannya pun diklaim dibebankan sepenuhnya kepada Amartha dan donasi masyarakat,” tuturnya.
Surat berkop Sekretariat Kabinet itu berisi informasi dan permintaan dukungan kepada seluruh camat se-Indonesia terhadap PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menjalankan program Relawan Desa Lawan Covid-19.
Surat tersebut membuat Andi Taufan banjir kecaman. Selain isinya dinilai janggal, surat yang dilayangkannya itu menggunakan kop Sekretariat Kabinet. Apalagi PT Amartha adalah perusahaan yang dipimpinnya. ( )
Taufan merupakan pendiri dan saat ini masih aktif menjabat sebagai CEO Amartha, perusahaan pembiayaan digital atau fintech peer to peer (p2p) lending. Bisnis yang menyasar usaha mikro masyarakat kelas bawah itu didirikannya pada 2010 di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat.
Usahanya kian meroket. Pada 2016, Amartha berkembang menjadi perusahaan fintech yang berupaya menjangkau jutaan pelaku usaha mikro di Indonesia. Hingga 2019, Amartha memiliki sekitar 340 ribu mitra pada segmen mikro dan perempuan di desa-desa.
Ketika itu perusahaan mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mencatatkan penyaluran pendanaan hingga Rp 1,6 triliun. Kurang lebih selama sepuluh tahun, Amartha mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya, penghargaan di SDG Finance Geneva Summit 2019 dari United Nations Development Programme (UNDP). ( )
Jejak Pendidikan
Kesuksesan Taufan dalam menjalankan bisnisnya tak lepas dari semangatnya meniti pendidikan dan karier. Pria kelahiran Jakarta 24 Januari 1987 itu merupakan sarjana Bisnis Institut Teknologi Bandung (ITB) dan telah mendapatkan gelar Master Administrasi Publik di Harvard Kennedy School.
Usai menyelesaikan studinya, Taufan bekerja sebagai konsultan bisnis di IBM Global Business Services selama hampir dua tahun. Belum genap dua tahun bekerja sebagai konsultan, dia justru memutuskan keluar dari pekerjaannya. Alasannya, ia melihat banyak pelaku usaha mikro di pedesaan yang mengalami kesulitan finansial. Sejak itulah ia perlahan memulai perjalanannya membangun Amartha.
Sederetan prestasi diraih pria 33 tahun selama kuliah dan berkarir. Taufan memperoleh berbagai penghargaan seperti Entrepreneur of the Year Finalist dari EY, Satu Indonesia Award dari Astra, Laureate Global Fellow, International Youth Foundation, dan Ganesha Innovation Champion Awards dari Alumni ITB.
Minta Maaf
Lantaran surat kontroversialnya kepada seluruh camat terkait kerja sama perusahaannya dalam penanganan Covid-19, Taufan akhirnya meminta maaf kepada publik. Dia pun menyataan segera menarik kembali surat tersebut.
“Tentunya hal ini akan menjadi pelajaran penting bagi saya sebagai anak muda yang ingin memberikan kontribusi untuk negeri, agar tetap mengikuti kaidah aturan dalam sistem birokrasi,” ujar Taufan dalam pernyataannya kepada media, Selasa 14 April 2020.
Taufan mengaku surat tersebut semata-mata bertujuan baik untuk penanganan wabah Covid-19. Ia pun menyadari ada kesalahan prosedur birokrasi yang dilakukannya.
“Maksud saya berbuat baik. Dukungan itu murni berlandaskan kemanusiaan. Pembiayaannya pun diklaim dibebankan sepenuhnya kepada Amartha dan donasi masyarakat,” tuturnya.
(dam)