Fitur Verifikasi Wajah, Antisipasi Mitra Gojek agar Terhindar Cyber Crime

Sabtu, 19 September 2020 - 13:42 WIB
loading...
Fitur Verifikasi Wajah, Antisipasi Mitra Gojek agar Terhindar Cyber Crime
Lebih dari 90 persen mitra Gojek merasa lebih aman dari ancaman keamanan digital. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Lebih dari 90 persen mitra Gojek merasa lebih aman dari ancaman keamanan digital. Hal tersebut merupakan poin penting untuk tetap produktif di tengah masih tingginya kejahatan berbasis manipulasi psikologis (social engineering) atau cyber crime pada situasi pandemi Covid-19 (virus Corona).

(Baca juga: Serangan Siber Kian Masif, Elsam: Hukum Seolah Tidak Berdaya)

Hasil riset dilakukan Gojek mencatat mayoritas mitra driver (sebesar 92%) menyatakan bahwa akun mitra driver mereka kini lebih aman. Salah satunya dengan adanya fitur verifikasi wajah. Ditambah kenyamanan dalam beraktivitas sebagai buah dari sistem suspensi yang transparan.

Hal yang sama juga dirasakan mitra merchant Gojek. Mayoritas mitra merchant GoFood (sebesar 93%) merasa aman dalam memanfaatkan GoBiz sebagai platform untuk berjualan dan pembayaran non-tunai .

(Baca juga: Cyber Crime Tinggi, Indonesia Wajib Tingkatkan Cyber Security)

Berdasarkan hasil survei, tiga aspek utama yang membuat mitra merchant tenang berusaha dengan menggunakan GoBiz adalah keamanan pembayaran, keamanan data usaha, serta keleluasaan dalam pengelolaan mandiri akun GoBiz.

Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Seno Hartono mengatakan beberapa kejahatan berbasis social engineering memang tetap terjadi di masa Pandemi Covid-19. Sehingga perlu didukung penguatan fitur keamanan dan edukasi.

Kejahatan dimaksud di antaranya Pishing atau penipuan berkedok transfer perbankan. Kemudian Phone Scams (scam kartu kredit, penipu menelepon korban meminta One Time Password/OTP), SMShing (penipuan mengatakan korban menang undian), Impersonation (penipuan bagi-bagi kuota internet) dan sebagainya.

"Tipe manipulasi psikologis ini tidak memanfaatkan kerentanan sistem namun memanfaatkan kelengahan dan kelemahan kompetensi digital si pengguna teknologi. Dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang bermigrasi ke online, maka para pelaku manipulasi psikis ini pun mengincar mereka," ungkap Tony, Sabtu (19/9/2020).

Maka kata Tony, sangat penting untuk melakukan edukasi yang terus menerus dan konsisten. Tujuannya supaya individu serta para pelaku usaha pengguna teknologi bisa memahami dan menghindari tipe penipuan seperti itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1517 seconds (0.1#10.140)