Abai Protokol Covid 19? Di Pakistan Masjid Digembok, Imam Dibawa Polisi
loading...
A
A
A
Kisruh berakhir setelah pemerintah setempat dan aparat keamanan bertemu dengan tokoh-tokoh agama. Akhirnya tercapai kesepakatan,"Ibadah di masjid boleh dilanjutkan, asalkan mematuhi protokol kesehatan yang diawasi petugas,” papar Andi Ahmad Bastari, Minister Counsellor KBRI Pakistan kepada SINDOnews.
Jumlah jemaah pun dibatasi dengan pengawasan aparat keamanan. “Bila ada masjid yang berani melanggar kesepakatan, maka sanksinya adalah penggembokan pintu, dan imamnya dibawa ke kantor polisi,” sahutnya.
Salat Tarawih sendiri di negeri Asia Selatan ini memakan waktu cukup lama. Imam-imam salat tarawih membaca surat-surat panjang dalam 21 rakaat. Mereka mematok target untuk khatam Al-Quran sebelum akhir Ramadan. Namun jemaah bergeming. Tidak ada yang meninggalkan masjid sebelum rakaat terakhir tuntas. “Bacaan surat panjang imam tidak menimbulkan kebosanan, karena ayat-ayat suci dilantunkan dengan fasih dan suara merdu,” lanjutnya.
Dalam kondisi normal, pada umumnya suasana Ramadan di Pakistan sama dengan di Indonesia. Pada pagi hari, pasar dan toko sepi. Masyarakat baru beraktivitas menjelang waktu solat zuhur. Bedanya, durasi puasa di Pakistan sedikit lebih lama. Azan subuh pukul 4.00 dan magrib pukul 6.53.
Suasana mulai hidup menjelang sore. Masyarakat mulai menyesaki pasar untuk berbelanja aneka makanan untuk iftar. Keramaian berlangsung hingga larut malam. Semua pusat perbelanjaan, rumah makan, ramai hingga menjelang waktu sahur. Masjid selalu penuh dengan jemaah yang menunaikan salat lima waktu maupun salat tarawih.
KBRI menyelenggarakan buka puasa bersama dengan WNI setiap hari Jumat dan Sabtu. Menu favorit WNI dan diaspora Indonesia sama dengan di tanah air, kolak pisang untuk takjil, lantas sajian utamanya aneka olahan ayam dan daging.
Bagi yang kangen makan tempe, sebenarnya tersedia di sana. Pemasoknya kelompok mahasiswa Indonesia yang mencari tambahan dengan membuat penganan fermentasi kedele. Namun produksinya sangat terbatas. Sebab itu, tutur Bastari,”Tempe merupakan menu istimewa karena langka.”
Selain tempe, ada juga tahu buatan warga negara Tiongkok. Sayang, rasanya,”Tidak seenak tahu Bandung.”
Namun kondisi saat ini sungguh jauh berbeda. Iftar bersama dan tadarus di masjid dilarang. Pemerintah membatasi hanya toko kebutuhan pokok dan apotik yang boleh buka dari pukul 09.00 hingga 17.00. Aktifitas perkantoran menurun drastis.
Sekarang iftar dengan mahasiswa hanya dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom. Sebelum azan magrib berkumandang, Duta Besar RI memberi sambutan, lalu dilanjutkan kultum oleh seorang perwakilan mahasiswa. KBRI memasok sembako ke asrama mahasiswa. Mereka pun melepas lapar dan dahaga di kamar masing-masing.
Jumlah jemaah pun dibatasi dengan pengawasan aparat keamanan. “Bila ada masjid yang berani melanggar kesepakatan, maka sanksinya adalah penggembokan pintu, dan imamnya dibawa ke kantor polisi,” sahutnya.
Salat Tarawih sendiri di negeri Asia Selatan ini memakan waktu cukup lama. Imam-imam salat tarawih membaca surat-surat panjang dalam 21 rakaat. Mereka mematok target untuk khatam Al-Quran sebelum akhir Ramadan. Namun jemaah bergeming. Tidak ada yang meninggalkan masjid sebelum rakaat terakhir tuntas. “Bacaan surat panjang imam tidak menimbulkan kebosanan, karena ayat-ayat suci dilantunkan dengan fasih dan suara merdu,” lanjutnya.
Dalam kondisi normal, pada umumnya suasana Ramadan di Pakistan sama dengan di Indonesia. Pada pagi hari, pasar dan toko sepi. Masyarakat baru beraktivitas menjelang waktu solat zuhur. Bedanya, durasi puasa di Pakistan sedikit lebih lama. Azan subuh pukul 4.00 dan magrib pukul 6.53.
Suasana mulai hidup menjelang sore. Masyarakat mulai menyesaki pasar untuk berbelanja aneka makanan untuk iftar. Keramaian berlangsung hingga larut malam. Semua pusat perbelanjaan, rumah makan, ramai hingga menjelang waktu sahur. Masjid selalu penuh dengan jemaah yang menunaikan salat lima waktu maupun salat tarawih.
KBRI menyelenggarakan buka puasa bersama dengan WNI setiap hari Jumat dan Sabtu. Menu favorit WNI dan diaspora Indonesia sama dengan di tanah air, kolak pisang untuk takjil, lantas sajian utamanya aneka olahan ayam dan daging.
Bagi yang kangen makan tempe, sebenarnya tersedia di sana. Pemasoknya kelompok mahasiswa Indonesia yang mencari tambahan dengan membuat penganan fermentasi kedele. Namun produksinya sangat terbatas. Sebab itu, tutur Bastari,”Tempe merupakan menu istimewa karena langka.”
Selain tempe, ada juga tahu buatan warga negara Tiongkok. Sayang, rasanya,”Tidak seenak tahu Bandung.”
Namun kondisi saat ini sungguh jauh berbeda. Iftar bersama dan tadarus di masjid dilarang. Pemerintah membatasi hanya toko kebutuhan pokok dan apotik yang boleh buka dari pukul 09.00 hingga 17.00. Aktifitas perkantoran menurun drastis.
Sekarang iftar dengan mahasiswa hanya dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom. Sebelum azan magrib berkumandang, Duta Besar RI memberi sambutan, lalu dilanjutkan kultum oleh seorang perwakilan mahasiswa. KBRI memasok sembako ke asrama mahasiswa. Mereka pun melepas lapar dan dahaga di kamar masing-masing.