Sandiaga Uno dan Kemanusiaan
loading...
A
A
A
Dimas Akbar
Ketua Umum RuangSandi
Anggota Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19
BELAKANGAN ini berkembang opini negatif yang dilayangkan kepada Sandiaga Uno berkenaan dengan posisinya sebagai koordinator nasional/ketua umum Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid 19. Sebetulnya bukan tipikal Sandiaga Uno mengomentari opini negatif yang dilontarkan kepada dirinya. Sepanjang yang saya kenal, beliau memilih bekerja atau minimal memberi masukan strategis ketimbang menanggapi opini negatif terhadap dirinya.
Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid19, selanjutnya kita sebut saja RIB LC19, di deklarasikan pada tanggal 22 April 2020 di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat. Tempat yang mana sejak pandemi covid-19 dijadikan Rumah Sakit khusus Covid-19 oleh pemerintah.
Deklarasi berlangsung di halaman parkir Wisma Atlet dengan mematuhi protokol ketat, seperti cek suhu tubuh, wastafel cuci tangan, bilik disinfektan, kewajiban penggunaan masker, hingga physical and social distancing. Deklarasi dihadiri Kepala BIN Budi Gunawan, Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo, serta perwakilan tokoh-tokoh organisasi kemasyarakatan dan para relawan dari berbagai elemen komunitas.
Kemudian berkembang opini negatif bahwa Sandiaga Uno menjadi “kaki tangan pemerintah” akibat memimpin gerakan ini. Juga dikatakan Sandiaga Uno menjadi “kawan pemerintah” hanya karena mendistribusikan bantuan kepada masyarakat bersama beberapa nama yang dikenal sebagai pendukung pemerintah.
Saya sendiri sebagai yang ikut hadir pada deklarasi 22 April 2020 dan aktif di media sosial mendapat cukup banyak mention negatif tentang hal ini. Makanya saya akan coba jawab mengenai posisi Sandiaga Uno sebagai ketua umum gerakan ini dan partisipasi kami didalam gerakan ini.
Gerakan ini adalah gerakan yang berangkat dari misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19 yang memiliki dampak luas ke berbagai sektor kehidupan. Mulai dari kesehatan, perekonomian makro maupun mikro, psikis masyarakat, sosial kemasyarakatan, hingga nyawa manusia. Terus terang saya heran jika gerakan ini masih ditarik ke politik praktis kubu-kubuan.
Para tenaga medis yang terdiri dari dokter, bidan, perawat tidak pernah memakai kacamata politik praktis ketika menolong pasien. Dunia akan sangat kacau jika tenaga medis terlebih dahulu melihat preferensi politik si pasien sebelum mengambil tindakan.
Begitupun dengan Sandiaga Uno dan kami yang tergabung di RIB LC19. Sandiaga Uno adalah sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Bisa saja dia memilih diam dirumah sambil menikmati kehidupannya sebagai kaum yang telah mapan ekonomi.
Tapi Sandiaga Uno tidak mengambil opsi tersebut. Ia memilih terlibat aktif membantu masyarakat sekalipun posisinya di luar pemerintahan.
Ketua Umum RuangSandi
Anggota Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19
BELAKANGAN ini berkembang opini negatif yang dilayangkan kepada Sandiaga Uno berkenaan dengan posisinya sebagai koordinator nasional/ketua umum Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid 19. Sebetulnya bukan tipikal Sandiaga Uno mengomentari opini negatif yang dilontarkan kepada dirinya. Sepanjang yang saya kenal, beliau memilih bekerja atau minimal memberi masukan strategis ketimbang menanggapi opini negatif terhadap dirinya.
Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid19, selanjutnya kita sebut saja RIB LC19, di deklarasikan pada tanggal 22 April 2020 di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat. Tempat yang mana sejak pandemi covid-19 dijadikan Rumah Sakit khusus Covid-19 oleh pemerintah.
Deklarasi berlangsung di halaman parkir Wisma Atlet dengan mematuhi protokol ketat, seperti cek suhu tubuh, wastafel cuci tangan, bilik disinfektan, kewajiban penggunaan masker, hingga physical and social distancing. Deklarasi dihadiri Kepala BIN Budi Gunawan, Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo, serta perwakilan tokoh-tokoh organisasi kemasyarakatan dan para relawan dari berbagai elemen komunitas.
Kemudian berkembang opini negatif bahwa Sandiaga Uno menjadi “kaki tangan pemerintah” akibat memimpin gerakan ini. Juga dikatakan Sandiaga Uno menjadi “kawan pemerintah” hanya karena mendistribusikan bantuan kepada masyarakat bersama beberapa nama yang dikenal sebagai pendukung pemerintah.
Saya sendiri sebagai yang ikut hadir pada deklarasi 22 April 2020 dan aktif di media sosial mendapat cukup banyak mention negatif tentang hal ini. Makanya saya akan coba jawab mengenai posisi Sandiaga Uno sebagai ketua umum gerakan ini dan partisipasi kami didalam gerakan ini.
Gerakan ini adalah gerakan yang berangkat dari misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19 yang memiliki dampak luas ke berbagai sektor kehidupan. Mulai dari kesehatan, perekonomian makro maupun mikro, psikis masyarakat, sosial kemasyarakatan, hingga nyawa manusia. Terus terang saya heran jika gerakan ini masih ditarik ke politik praktis kubu-kubuan.
Para tenaga medis yang terdiri dari dokter, bidan, perawat tidak pernah memakai kacamata politik praktis ketika menolong pasien. Dunia akan sangat kacau jika tenaga medis terlebih dahulu melihat preferensi politik si pasien sebelum mengambil tindakan.
Begitupun dengan Sandiaga Uno dan kami yang tergabung di RIB LC19. Sandiaga Uno adalah sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Bisa saja dia memilih diam dirumah sambil menikmati kehidupannya sebagai kaum yang telah mapan ekonomi.
Tapi Sandiaga Uno tidak mengambil opsi tersebut. Ia memilih terlibat aktif membantu masyarakat sekalipun posisinya di luar pemerintahan.