Dulu, Kini dan Esok: Bincang Reflektif Asosiasi Pematung Indonesia Jakarta
loading...
A
A
A
Keniscayaan bahwa seni rupa hari ini telah melintas batas, sehingga perkembangan seni patung juga sejalan arah perkembangan zaman dikomentari oleh Ketua API Pusat, Arsono bahwa kepengurusannya sejak 2018 yang salah satunya bertanggung jawab dalam membangkitkan kesadaran publik bahwa patung memberi paras khusus bagi perkembangan kota urban.
Maka, dengan kehadiran proyek patung publik dengan Jogjakarta Sreet Sculpture Project (JSSP) Arsono meneruskan program kepengurusan pendahulunya yang dianggap baik, sejak 2015.
“Saya berharap kedepan, dalam masa kepengurusan API sekarang, terutama API Pusat mulai menginisiasi rekaman arsip-arsip penting dan catatan-catatan sejarah untuk mampu menyusun Buku Sejarah Patung Indonesia sejak tahun 50-an, yakni era Kesanggaran sampai API yang sekarang’, ujar Arsono.
(Baca: Menyoal Kontra PK “Djoko Tjandra”)
“Tantangan kedepan adalah membuat Taman Patung sebagai etalase Museum Patung Tanpa Batas-Sculpture Park, yakni diapresiasi publik sekaligus diakses secara global, tak hanya oleh kolektor-kolektor privat dan manifestasi perjalanan sejarah patung modern kita sejak awal sampai yang kontemporer” imbuh Arsono.
Sementara itu, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto menjelaskan bahwa API adalah elemen organisasi modern para seniman dalam ekosistem seni rupa kita.
“API itu perkumpulan modern yang memberi perspektif tentang progresifitas seni patung dan Galeri Nasional Indonesia dalam perannya akan menjadi mitra yang lebih aktif di masa depan bagi API” ungkapnya “Menimbang Galeri Nasional Indonesia wakil dari pemerintahan yang berperan mempertemukan kreator, apresian dan masyarakat” jelas Pustanto menambahkan.
Pameran Stay@Home 2020 API Jakarta
Kurator Pameran Benny Ronald Tahalele dalam presentasi Pameran Virtual menjelaskan bahwa tema terkait dengan bagaimana seniman merespon kondisi pandemi sekarang ini. Selain itu, tantangan abad digital, dengan menekankan pada semangat untuk terus berkarya memakai piranti digital dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan terbaru, meskipun dari rumah dan studio masing-masing.
“Meskipun jarak fisik terbatasi dan kemampuan sosialisasi antar pematung berbulan-bulan dihentikan, semoga Pameran Stay@Home mampu memicu ide-ide yang lebih kreatif sebab biasanya dalam kondisi krisis; justru seniman mampu maksimal mengkristalkan pun menghasilkan karya-karya terbaiknya” katanya.
Maka, dengan kehadiran proyek patung publik dengan Jogjakarta Sreet Sculpture Project (JSSP) Arsono meneruskan program kepengurusan pendahulunya yang dianggap baik, sejak 2015.
“Saya berharap kedepan, dalam masa kepengurusan API sekarang, terutama API Pusat mulai menginisiasi rekaman arsip-arsip penting dan catatan-catatan sejarah untuk mampu menyusun Buku Sejarah Patung Indonesia sejak tahun 50-an, yakni era Kesanggaran sampai API yang sekarang’, ujar Arsono.
(Baca: Menyoal Kontra PK “Djoko Tjandra”)
“Tantangan kedepan adalah membuat Taman Patung sebagai etalase Museum Patung Tanpa Batas-Sculpture Park, yakni diapresiasi publik sekaligus diakses secara global, tak hanya oleh kolektor-kolektor privat dan manifestasi perjalanan sejarah patung modern kita sejak awal sampai yang kontemporer” imbuh Arsono.
Sementara itu, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto menjelaskan bahwa API adalah elemen organisasi modern para seniman dalam ekosistem seni rupa kita.
“API itu perkumpulan modern yang memberi perspektif tentang progresifitas seni patung dan Galeri Nasional Indonesia dalam perannya akan menjadi mitra yang lebih aktif di masa depan bagi API” ungkapnya “Menimbang Galeri Nasional Indonesia wakil dari pemerintahan yang berperan mempertemukan kreator, apresian dan masyarakat” jelas Pustanto menambahkan.
Pameran Stay@Home 2020 API Jakarta
Kurator Pameran Benny Ronald Tahalele dalam presentasi Pameran Virtual menjelaskan bahwa tema terkait dengan bagaimana seniman merespon kondisi pandemi sekarang ini. Selain itu, tantangan abad digital, dengan menekankan pada semangat untuk terus berkarya memakai piranti digital dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan terbaru, meskipun dari rumah dan studio masing-masing.
“Meskipun jarak fisik terbatasi dan kemampuan sosialisasi antar pematung berbulan-bulan dihentikan, semoga Pameran Stay@Home mampu memicu ide-ide yang lebih kreatif sebab biasanya dalam kondisi krisis; justru seniman mampu maksimal mengkristalkan pun menghasilkan karya-karya terbaiknya” katanya.