Enam Bulan Berlalu, Pandemi Covid-19 Belum Terkendali
loading...
A
A
A
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo memaparkan, pada awal gugus tugas pihaknya cenderung mengejar penugasan pemenuhan kebutuhan pelayanan untuk kesehatan, APD, ventilator bersama Kemenkes, pemenuhan reagen, PCR mesin, dan berbagai macam kelengkapan untuk rumah sakit.
Namun, setelah melihat perkembangan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menandaskan perlu ada strategi baru dalam penanganan Covid ini. Hal ini juga belajar dari Amerika Serikat yang memiliki sistem kesehatan lebih baik, tetapi korban jiwa tetap banyak yang berjatuhan. Misalnya Amerika Serikat (AS), korban jiwa tetap berjatuhan. (Baca juga: Mulai Hari Ini, Seluruh ASN DKI Bekerja hanya 5,5 Jam Perhari)
“Termasuk di negara kita korban jiwa sudah mendekati angka 7.800 orang dan lebih dari 100 dokter kita sudah wafat. Tadi malam kami memfasilitasi doa bersama dengan seluruh organisasi kedokteran dan dengan pimpinan (Komisi VIII DPR), tokoh-tokoh lintas agama, termasuk juga tokoh-tokoh masyarakat,” ujar Doni.
Merespons kondisi itulah strategi penanganan pandemi tidak boleh berpacu pada penanganan kesehatan, tetapi bergerak di hulunya, yaitu dalam program perubahan perilaku. Apabila ini bisa dilakukan dengan baik, dia yakin bahwa masyarakat akan semakin patuh terhadap protokol kesehatan dan risiko terpapar semakin kecil.
“Sehingga beban RS tidak terlalu berat dan memberikan ruang ke dokter untuk relaksasi. Dokter tidak kelelahan, dokter tidak kehabisan tenaga dan waktu, cara kita melindungi dokter,” ucapnya.
Selanjutnya melakukan perlindungan terhadap kelompok rentan dengan melakukan upaya preventif. Untuk tenaga kesehatan (nakes) pihaknya sudah menggunakan dana siap pakai sebesar Rp83 miliar untuk pemenuhan gizi dan vitamin, angka itu untuk tahap pertama. “Sehingga dokter mendapatkan asupan gizi tambahan,” imbuh Doni.
Pada kesempatan sama dia memaparkan sejumlah soal yang menghambat penanganan Covid-19. Persoalan dimaksud antara lain masih ada provinsi yang tidak percaya dengan pandemi korona. Bahkan mengangap pandemi global itu sebagai sebuah konspirasi dan rekayasa. Untuk itu pihaknya menerjunkan tim pakar ke provinsi tersebut. “Ada juga masyarakat yang menganggap dirinya tidak mungkin terpapar Covid-19," ujar dia.
Tes Terendah, Kasus Positif Tertinggi
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan bahwa sejauh ini baru 4 provinsi saja yang sudah memenuhi target harian dan standar WHO. Daerah dimaksud adalah DKI Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Yogyakarta. "Dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta dilakukan testing sebanyak 30.000 setiap harinya," ujar Doni. (Baca juga: Pentagon: China Lirik Indonesia untuk Jadi Pangkalan Militernya)
Menurut dia, target tes harian ini terkendala oleh banyaknya petugas laboratorium yang terpapar Covid. Padahal pihaknya berupaya meningkatkan itu dengan pendistribusian alat PCR ke berbagai daerah. Hanya saja, karena banyak petugas laboratorium terpapar sehingga, laboratorium pun harus ditutup sementara.
Namun, setelah melihat perkembangan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menandaskan perlu ada strategi baru dalam penanganan Covid ini. Hal ini juga belajar dari Amerika Serikat yang memiliki sistem kesehatan lebih baik, tetapi korban jiwa tetap banyak yang berjatuhan. Misalnya Amerika Serikat (AS), korban jiwa tetap berjatuhan. (Baca juga: Mulai Hari Ini, Seluruh ASN DKI Bekerja hanya 5,5 Jam Perhari)
“Termasuk di negara kita korban jiwa sudah mendekati angka 7.800 orang dan lebih dari 100 dokter kita sudah wafat. Tadi malam kami memfasilitasi doa bersama dengan seluruh organisasi kedokteran dan dengan pimpinan (Komisi VIII DPR), tokoh-tokoh lintas agama, termasuk juga tokoh-tokoh masyarakat,” ujar Doni.
Merespons kondisi itulah strategi penanganan pandemi tidak boleh berpacu pada penanganan kesehatan, tetapi bergerak di hulunya, yaitu dalam program perubahan perilaku. Apabila ini bisa dilakukan dengan baik, dia yakin bahwa masyarakat akan semakin patuh terhadap protokol kesehatan dan risiko terpapar semakin kecil.
“Sehingga beban RS tidak terlalu berat dan memberikan ruang ke dokter untuk relaksasi. Dokter tidak kelelahan, dokter tidak kehabisan tenaga dan waktu, cara kita melindungi dokter,” ucapnya.
Selanjutnya melakukan perlindungan terhadap kelompok rentan dengan melakukan upaya preventif. Untuk tenaga kesehatan (nakes) pihaknya sudah menggunakan dana siap pakai sebesar Rp83 miliar untuk pemenuhan gizi dan vitamin, angka itu untuk tahap pertama. “Sehingga dokter mendapatkan asupan gizi tambahan,” imbuh Doni.
Pada kesempatan sama dia memaparkan sejumlah soal yang menghambat penanganan Covid-19. Persoalan dimaksud antara lain masih ada provinsi yang tidak percaya dengan pandemi korona. Bahkan mengangap pandemi global itu sebagai sebuah konspirasi dan rekayasa. Untuk itu pihaknya menerjunkan tim pakar ke provinsi tersebut. “Ada juga masyarakat yang menganggap dirinya tidak mungkin terpapar Covid-19," ujar dia.
Tes Terendah, Kasus Positif Tertinggi
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan bahwa sejauh ini baru 4 provinsi saja yang sudah memenuhi target harian dan standar WHO. Daerah dimaksud adalah DKI Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Yogyakarta. "Dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta dilakukan testing sebanyak 30.000 setiap harinya," ujar Doni. (Baca juga: Pentagon: China Lirik Indonesia untuk Jadi Pangkalan Militernya)
Menurut dia, target tes harian ini terkendala oleh banyaknya petugas laboratorium yang terpapar Covid. Padahal pihaknya berupaya meningkatkan itu dengan pendistribusian alat PCR ke berbagai daerah. Hanya saja, karena banyak petugas laboratorium terpapar sehingga, laboratorium pun harus ditutup sementara.