Dari #KaburAjaDulu hingga #IndonesiaGelap: Belajar dari Bangladesh
loading...
A
A
A
Dari hasil pengamatan ini tampak bahwa 50,8% akun yang mencuitkan tagar ini adalah kelompok usia 19-29 tahun. Drone Emprit juga mengatakan tren tagar Kabur Aja Dulu di media sosial X menunjukkan pola yang organik dan bukan dari akun-akun bot. Sebaran akun yang menggunakan tagar Kabur Aja Dulu juga beragam.
Mayoritas di Indonesia, namun ada pula yang berada di Inggris, Korea Selatan, Singapura, Norwegia, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, hingga Belanda. Begitu juga dengan tagar Indonesia Gelap menjadi trending topic di media sosial X sejak Senin, 17 Februari 2025.
Bahkan, tagar tersebut menempati posisi pertama dengan jumlah postingan mencapai lebih dari 81.900 cuitan. Tagar tersebut semakin menggema seiring dengan aksi para mahasiswa yang digelar pada Senin, 17 Februari 2025.
Munculnya tagar Kabur Aja Dulu dan gerakan Indonesia Gelap bukan tanpa sebab. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai hampir 7,2 juta orang pada Februari 2024. Menurut data ini jumlah pengangguran berkurang sekitar 790 ribu orang atau menyusut 9,89% dibanding Februari 2023 (year-on-year/yoy).
Namun menurut data International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook pada April 2024, tingkat pengangguran di Indonesia pada 2024 mencapai 5,2%, menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Artinya walaupun angka pengangguran menurun, namun angkanya menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Bahkan pada Agustus 2024, jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 83,83 juta orang atau 57,95% dari total penduduk yang bekerja. Dari angka ini menunjukan bahwa separuh lebih dari penduduk Indonesia yang bekerja, mereka bekerja tanpa perlindungan hukum, tidak memiliki jaminan sosial hingga rentan menghadapi ketidakpastian ekonomi dan sosial. Contohnya mereka bekerja sebagai pengemudi ojek online, hingga buruh lepas atau freelance.
Hal ini terbukti, data hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Selama periode 2009-2014, lapangan kerja yang tercipta di sektor formal menyerap sebanyak 15,6 juta orang.
Jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada periode 2014-2019, dan kembali merosot pada periode 2019-2024 menjadi 2 juta orang saja. Hal ini menunjukkan bahwa peluang masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate).
Fakta ini juga didukung data BPS Februari 2024 menunjukkan, sebagian besar dari angkatan kerja lulusan baru (usia 15-24 tahun) yang terserap di sektor informal memiliki status pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga (unpaid/contributing family worker). Secara rinci, kelompok yang paling banyak menjadi pekerja tak dibayar adalah anak muda usia 15-19 tahun atau baru lulus sekolah (79,79 persen), disusul anak muda usia 20-24 tahun atau baru lulus perguruan tinggi (50,5 persen).
Situasi semakin suram ketika tren de-industrialisasi merambah Tanah Air. Situasi ini bisa dilihat dari menurunnya kontribusi sektor manufaktur (industri pengolahan) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Mayoritas di Indonesia, namun ada pula yang berada di Inggris, Korea Selatan, Singapura, Norwegia, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, hingga Belanda. Begitu juga dengan tagar Indonesia Gelap menjadi trending topic di media sosial X sejak Senin, 17 Februari 2025.
Bahkan, tagar tersebut menempati posisi pertama dengan jumlah postingan mencapai lebih dari 81.900 cuitan. Tagar tersebut semakin menggema seiring dengan aksi para mahasiswa yang digelar pada Senin, 17 Februari 2025.
Munculnya tagar Kabur Aja Dulu dan gerakan Indonesia Gelap bukan tanpa sebab. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai hampir 7,2 juta orang pada Februari 2024. Menurut data ini jumlah pengangguran berkurang sekitar 790 ribu orang atau menyusut 9,89% dibanding Februari 2023 (year-on-year/yoy).
Namun menurut data International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook pada April 2024, tingkat pengangguran di Indonesia pada 2024 mencapai 5,2%, menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Artinya walaupun angka pengangguran menurun, namun angkanya menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Bahkan pada Agustus 2024, jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 83,83 juta orang atau 57,95% dari total penduduk yang bekerja. Dari angka ini menunjukan bahwa separuh lebih dari penduduk Indonesia yang bekerja, mereka bekerja tanpa perlindungan hukum, tidak memiliki jaminan sosial hingga rentan menghadapi ketidakpastian ekonomi dan sosial. Contohnya mereka bekerja sebagai pengemudi ojek online, hingga buruh lepas atau freelance.
Hal ini terbukti, data hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Selama periode 2009-2014, lapangan kerja yang tercipta di sektor formal menyerap sebanyak 15,6 juta orang.
Jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada periode 2014-2019, dan kembali merosot pada periode 2019-2024 menjadi 2 juta orang saja. Hal ini menunjukkan bahwa peluang masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate).
Fakta ini juga didukung data BPS Februari 2024 menunjukkan, sebagian besar dari angkatan kerja lulusan baru (usia 15-24 tahun) yang terserap di sektor informal memiliki status pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga (unpaid/contributing family worker). Secara rinci, kelompok yang paling banyak menjadi pekerja tak dibayar adalah anak muda usia 15-19 tahun atau baru lulus sekolah (79,79 persen), disusul anak muda usia 20-24 tahun atau baru lulus perguruan tinggi (50,5 persen).
Situasi semakin suram ketika tren de-industrialisasi merambah Tanah Air. Situasi ini bisa dilihat dari menurunnya kontribusi sektor manufaktur (industri pengolahan) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Lihat Juga :