Dari #KaburAjaDulu hingga #IndonesiaGelap: Belajar dari Bangladesh
loading...
A
A
A
Puncaknya, pada pemilu yang telah memenangkan Hasina untuk periode kelimanya menurut International Crisis Group “berjalan tanpa integritas”. Di mana koalisi partai yang berkuasa dan lembaga penegak hukum, terutama polisi, membantu menciptakan lingkungan intimidasi dan ketakutan kepada rakyat pemilih.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam pemilu yang dilaksanakan di Bangladesh sebagai pemilu yang tidak berlangsung bebas dan adil serta mengutuk kekerasan yang dialami oleh kelompok oposisi dan masyarakat sipil. Kementerian Luar Negeri Inggris (UK Foreign Office) mengutuk tindakan intimidasi dan kekerasan yang terjadi selama pemilihan umum di Bangladesh, terutama tidak adanya aturan dan proses hukum yang menjamin persaingan yang kredibel, terbuka, dan adil serta menghormati hak asasi manusia.
Parlemen Eropa (The European Parliament), dalam resolusinya pada 14 September 2024, juga menyatakan keprihatinan serius tentang situasi hak asasi manusia yang memburuk di Bangladesh. Akhirnya, pemilih yang berpartisipasi pada pemilu parlemen anjlok hanya sekitar 40% saja.
Dan ketika Hasina dilantik, ia langsung dihadapkan pada kebijakannya yang kontroversi tentang aturan kuota penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) dimana lowongan PNS dibatasi kuota. Jatah istimewa diberikan ke anak pejabat dan kroninya. Praktik berpuluh tahun itu akhirnya memicu kemarahan generasi muda. Anak muda menggelar unjuk rasa berjilid-jilid meminta reformasi kuota PNS. Reformasi ini merupakan tuntutan para mahasiswa. Mereka lulus dari universitas-universitas yang baik dengan nilai bagus.
Sayangnya, mereka tidak bisa memperoleh pekerjaan. Puncaknya, kala pengunjuk rasa menyerbu rumah dinas PM Bangladesh, Hasina bersama keluarganya kabur ke Agartala, India hingga akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya.
Ada sejumlah variabel yang melatarbelakangi yang membuat situasi sosial-politik di Bangladesh terakumulasi hingga menjatuhkan rezim Hasina yang sudah berkuasa selama lebih dari 20 tahun. Pertama, pada tahun 2023, 40% dari pemuda Bangladesh berusia 15-29 tahun tidak memiliki pekerjaan atau terjerumus dalam kondisi pengangguran. Mereka berpendidikan cukup namun tidak memiliki kesempatan untuk meraih kehidupan yang layak.
Kedua, sesuai laporan pemerintah Bangladesh, pada pertengahan 2023, lebih dari 37 juta orang menghadapi kesulitan ekonomi dan kerawanan pangan, dengan harga listrik dan gas naik tiga kali lipat dalam satu tahun. Ditambah korupsi yang merajalela di antara pejabat tinggi yang memunculkan ketidaksetaraan yang suram.
Di mana 10% orang terkaya dari populasi mengendalikan 41% dari pendapatan negara, sementara 10% terbawah hanya menerima 1,3%. Dengan demikian, beberapa tahun terakhir sebelum kejatuhan rezim Hasina telah menyaksikan lonjakan orang Bangladesh yang mengadu nasib dan mencari penghidupan di Kanada.
Ketiga, kecenderungan otoritarianisme pemerintah Hasina dimana ditengah kesulitan ekonomi namun kebebasan dan hak asasi warga dirampas sehingga menciptakan ketidakpuasan.
Asal-Usul Sosial (Social Origins) #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap
Berdasarkan data lembaga pemantau media sosial Drone Emprit, tren percakapan #KaburAjaDulu terpantau mulai digaungkan di platform media sosial X sejak Januari 2025. Namun, Drone Emprit sempat melacak bahwa tagar ini mulai muncul pada setidaknya September 2023.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam pemilu yang dilaksanakan di Bangladesh sebagai pemilu yang tidak berlangsung bebas dan adil serta mengutuk kekerasan yang dialami oleh kelompok oposisi dan masyarakat sipil. Kementerian Luar Negeri Inggris (UK Foreign Office) mengutuk tindakan intimidasi dan kekerasan yang terjadi selama pemilihan umum di Bangladesh, terutama tidak adanya aturan dan proses hukum yang menjamin persaingan yang kredibel, terbuka, dan adil serta menghormati hak asasi manusia.
Parlemen Eropa (The European Parliament), dalam resolusinya pada 14 September 2024, juga menyatakan keprihatinan serius tentang situasi hak asasi manusia yang memburuk di Bangladesh. Akhirnya, pemilih yang berpartisipasi pada pemilu parlemen anjlok hanya sekitar 40% saja.
Dan ketika Hasina dilantik, ia langsung dihadapkan pada kebijakannya yang kontroversi tentang aturan kuota penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) dimana lowongan PNS dibatasi kuota. Jatah istimewa diberikan ke anak pejabat dan kroninya. Praktik berpuluh tahun itu akhirnya memicu kemarahan generasi muda. Anak muda menggelar unjuk rasa berjilid-jilid meminta reformasi kuota PNS. Reformasi ini merupakan tuntutan para mahasiswa. Mereka lulus dari universitas-universitas yang baik dengan nilai bagus.
Sayangnya, mereka tidak bisa memperoleh pekerjaan. Puncaknya, kala pengunjuk rasa menyerbu rumah dinas PM Bangladesh, Hasina bersama keluarganya kabur ke Agartala, India hingga akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya.
Ada sejumlah variabel yang melatarbelakangi yang membuat situasi sosial-politik di Bangladesh terakumulasi hingga menjatuhkan rezim Hasina yang sudah berkuasa selama lebih dari 20 tahun. Pertama, pada tahun 2023, 40% dari pemuda Bangladesh berusia 15-29 tahun tidak memiliki pekerjaan atau terjerumus dalam kondisi pengangguran. Mereka berpendidikan cukup namun tidak memiliki kesempatan untuk meraih kehidupan yang layak.
Kedua, sesuai laporan pemerintah Bangladesh, pada pertengahan 2023, lebih dari 37 juta orang menghadapi kesulitan ekonomi dan kerawanan pangan, dengan harga listrik dan gas naik tiga kali lipat dalam satu tahun. Ditambah korupsi yang merajalela di antara pejabat tinggi yang memunculkan ketidaksetaraan yang suram.
Di mana 10% orang terkaya dari populasi mengendalikan 41% dari pendapatan negara, sementara 10% terbawah hanya menerima 1,3%. Dengan demikian, beberapa tahun terakhir sebelum kejatuhan rezim Hasina telah menyaksikan lonjakan orang Bangladesh yang mengadu nasib dan mencari penghidupan di Kanada.
Ketiga, kecenderungan otoritarianisme pemerintah Hasina dimana ditengah kesulitan ekonomi namun kebebasan dan hak asasi warga dirampas sehingga menciptakan ketidakpuasan.
Asal-Usul Sosial (Social Origins) #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap
Berdasarkan data lembaga pemantau media sosial Drone Emprit, tren percakapan #KaburAjaDulu terpantau mulai digaungkan di platform media sosial X sejak Januari 2025. Namun, Drone Emprit sempat melacak bahwa tagar ini mulai muncul pada setidaknya September 2023.
Lihat Juga :