Kasus Covid-19 Terus Meroket, Masyarakat Diminta Tetap Jaga Diri
loading...
A
A
A
Yahya memaparkan beberapa masalah dalam penanganan Covid-19. Pertama, lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Bahkan koordinasi antar kementerian dan lembaga di pemerintah pusat pun kurang baik.
Hal itu terlihat dari langkah pemerintah membentuk struktur baru yang menangani penanganan Covid-19 dari aspek kesehatan dan penanganan ekonomi. Kedua, rendahnya serapan anggaran penanganan Covid-19. (Baca juga: Begini Suasana Hari Pertama Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
“Salah satunya akibat lambatnya pencairan anggaran dari Kemenkeu, khususnya untuk sektor kesehatan. Serapan anggaran Covid-19 sampai Agustus 2020, baru sekitar 25%. Yang terendah sektor kesehatan sekitar 7%,” tutur Zaini.
Masalah ketiga ialah masih terbatasnya fasilitas di rumah sakit rujukan. Diantaranya kekurangan ruang isolasi bertekanan negatif dan ventilator. Keempat, masyarakat kurang disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. “Munculnya kluster-kluster baru di perkantoran dan kawasan Indonesia menjadi bukti,” ucapnya.
Kepala Departemen Epidemiologi FKM UI Tri Yunis Miko Wahyono memaparkan, dalam sehari kasus positif Covid-19 menembus angka 2.000-3.000 maka dalam 10 hari sudah puluhan ribu. Belum lagi terduganya, bisa lebih dari itu. “Ini yang saya takutkan. Disisi lain, banyak juga petugas kesehatan yang bakal tumbang. Ini akan memicu kepanikan besar,” kata Tri Yunis.
Melihat kondisi tersebut, dia tak menyalahkan upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi. Hal itu penting untuk menjaga stabilitas dengan mendorong banyak kegiatan ekonomi aktif kem bali. Di sisi lain, ini akan meningkatkan kontak antar manusia. Misalnya kegiatan di pasar tradisional sehingga memunculkan kluster baru yang terpapar Covid-19. (Baca juga: Gubernur Anies Bikin Bank DKI Borong Penghargaan)
“Adanya pelonggaran sosial membuat peningkatan kontak langsung. Konsekuensinya ini bisa meningkatkan transmisi Covid-19 ,” ujarnya.
Tri Yunis mengingatkan bahwa pemerintah harus waspada. Apalagi sekarang kasus di Indonesia sudah mencapai 175.000 lebih. Mau tidak mau, Satgas Covid-19 nasional maupun daerah harus berhati-hati dalam membuat strategi.
Selain itu, petugas kesehatan juga harus disiapkan. Bila perlu, semua tenaga kesehatan dari swasta, baik dokter yang baru bekerja maupun yang baru lulus ikut dilibatkan. (Lihat Videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
Termasuk juga meningkatkan jumlah sukarelawan untuk membantu menangani layanan kesehatan Covid-19. “Kalau bisa dibayar oleh negara, dikasih insentif yang besar sehingga mereka mau. Karena bagaimanapun ini perlu tanggung jawab bersama, tidak hanya negara, tapi juga semua rakyatnya. Jadi mulai siapkan cadangan uang dan cadangan tenaga kesehatan,” sarannya. (Dita Angga/FW Bahtiar)
Hal itu terlihat dari langkah pemerintah membentuk struktur baru yang menangani penanganan Covid-19 dari aspek kesehatan dan penanganan ekonomi. Kedua, rendahnya serapan anggaran penanganan Covid-19. (Baca juga: Begini Suasana Hari Pertama Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
“Salah satunya akibat lambatnya pencairan anggaran dari Kemenkeu, khususnya untuk sektor kesehatan. Serapan anggaran Covid-19 sampai Agustus 2020, baru sekitar 25%. Yang terendah sektor kesehatan sekitar 7%,” tutur Zaini.
Masalah ketiga ialah masih terbatasnya fasilitas di rumah sakit rujukan. Diantaranya kekurangan ruang isolasi bertekanan negatif dan ventilator. Keempat, masyarakat kurang disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. “Munculnya kluster-kluster baru di perkantoran dan kawasan Indonesia menjadi bukti,” ucapnya.
Kepala Departemen Epidemiologi FKM UI Tri Yunis Miko Wahyono memaparkan, dalam sehari kasus positif Covid-19 menembus angka 2.000-3.000 maka dalam 10 hari sudah puluhan ribu. Belum lagi terduganya, bisa lebih dari itu. “Ini yang saya takutkan. Disisi lain, banyak juga petugas kesehatan yang bakal tumbang. Ini akan memicu kepanikan besar,” kata Tri Yunis.
Melihat kondisi tersebut, dia tak menyalahkan upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi. Hal itu penting untuk menjaga stabilitas dengan mendorong banyak kegiatan ekonomi aktif kem bali. Di sisi lain, ini akan meningkatkan kontak antar manusia. Misalnya kegiatan di pasar tradisional sehingga memunculkan kluster baru yang terpapar Covid-19. (Baca juga: Gubernur Anies Bikin Bank DKI Borong Penghargaan)
“Adanya pelonggaran sosial membuat peningkatan kontak langsung. Konsekuensinya ini bisa meningkatkan transmisi Covid-19 ,” ujarnya.
Tri Yunis mengingatkan bahwa pemerintah harus waspada. Apalagi sekarang kasus di Indonesia sudah mencapai 175.000 lebih. Mau tidak mau, Satgas Covid-19 nasional maupun daerah harus berhati-hati dalam membuat strategi.
Selain itu, petugas kesehatan juga harus disiapkan. Bila perlu, semua tenaga kesehatan dari swasta, baik dokter yang baru bekerja maupun yang baru lulus ikut dilibatkan. (Lihat Videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
Termasuk juga meningkatkan jumlah sukarelawan untuk membantu menangani layanan kesehatan Covid-19. “Kalau bisa dibayar oleh negara, dikasih insentif yang besar sehingga mereka mau. Karena bagaimanapun ini perlu tanggung jawab bersama, tidak hanya negara, tapi juga semua rakyatnya. Jadi mulai siapkan cadangan uang dan cadangan tenaga kesehatan,” sarannya. (Dita Angga/FW Bahtiar)