Positif Corona Makin Banyak, Masyarakat Harus Disiplin Protokol Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah orang terpapar virus Corona (Covid-19) semakin banyak. Hal tersebut akan menambah fasilitas kesehatan dan tenaga medis. Bahkan bukan tidak mungkin, dokter dan perawat, akan kewalahan menangani pasien Covid-19
(Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Sampai dengan hari ini, sudah ada 102 dokter dan 70 perawat meninggal dunia akibat Covid-19. Ini alarm buat semua orang di negeri ini agar mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Pemerintah diminta membuat kebijakan yang komprehensif dan gerakan besar untuk mencegah penularan virus Sars Cov-II.
(Baca juga: Pemeriksaan Covid-19 di RI Hanya 46,85% dari Standar WHO)
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif fadillah mengatakan penularan utama virus ini melalui droplet. Maka, masyarakat harus menjalankan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).
"Bila ini dijadikan gerakan semesta, saya usul ini Bapak Presiden (langsung), jadi seluruh komponen bergerak. Hari ini belum sehingga kita seolah-olah tidak serius menghadapi ini," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin malam (31/8/2020).
Harif menilai masyarakat sekarang terlihat biasa-biasa saja ketika beraktivitas di luar rumah. Di daerah penyangga DKI Jakarta, menurutnya, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal, sekitar 40-60 persen masyarakat bekerja di DKI Jakarta.
Di sisi lain, DKI Jakarta merupakan episentrum utama penyebaran virus Sars Cov-II. Pada Minggu (30/8/2020), jumlah kasus positif di ibu kota mencapai 1.094 orang.
"Kalau DKI menjadi episentrum dengan kasus per hari lebih dari 500 orang, bukan tidak mungkin diperiksanya di laboratorium DKI Jakarta. Padahal mereka tinggalnya di Jabar. Itu potensi (penularan) bagi lingkungan rumahnya," jelas Harif.
Sementera itu, Kasatgas Penanganan Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan masyarakat sebenarnya sudah mengetahui cara-cara pencegahan penularan virus Sars Cov-II.
Sosialisasi dari pemerintah mengenai larangan keluar rumah jika tak penting, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, sudah menggaung sejak awal Covid-19 merebak di Indonesia pada awal Maret lalu.
Zubairi menerangkan pencegahan penyebaran Covid-19 pernah berhasil pada awal pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Saat itu, rumah sakit sakit banyak penuh karena yang tanpa gejala pun dirawat. Sekarang yang tanpa gejala diminta isolasi mandiri karena rumah sakit rujukan penuh.
"Kondisi sekarang jauh lebih buruk dibandingkan dulu. Kita pernah berhasil waktu mau lebaran. Kendaraan yang mau keluar Jakarta, langsung diputar balik. Artinya, PSBB penuh. Kalau enggak mau lockdown ya PSBB lagi," pungkasnya.
(Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Sampai dengan hari ini, sudah ada 102 dokter dan 70 perawat meninggal dunia akibat Covid-19. Ini alarm buat semua orang di negeri ini agar mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Pemerintah diminta membuat kebijakan yang komprehensif dan gerakan besar untuk mencegah penularan virus Sars Cov-II.
(Baca juga: Pemeriksaan Covid-19 di RI Hanya 46,85% dari Standar WHO)
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif fadillah mengatakan penularan utama virus ini melalui droplet. Maka, masyarakat harus menjalankan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).
"Bila ini dijadikan gerakan semesta, saya usul ini Bapak Presiden (langsung), jadi seluruh komponen bergerak. Hari ini belum sehingga kita seolah-olah tidak serius menghadapi ini," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin malam (31/8/2020).
Harif menilai masyarakat sekarang terlihat biasa-biasa saja ketika beraktivitas di luar rumah. Di daerah penyangga DKI Jakarta, menurutnya, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal, sekitar 40-60 persen masyarakat bekerja di DKI Jakarta.
Di sisi lain, DKI Jakarta merupakan episentrum utama penyebaran virus Sars Cov-II. Pada Minggu (30/8/2020), jumlah kasus positif di ibu kota mencapai 1.094 orang.
"Kalau DKI menjadi episentrum dengan kasus per hari lebih dari 500 orang, bukan tidak mungkin diperiksanya di laboratorium DKI Jakarta. Padahal mereka tinggalnya di Jabar. Itu potensi (penularan) bagi lingkungan rumahnya," jelas Harif.
Sementera itu, Kasatgas Penanganan Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan masyarakat sebenarnya sudah mengetahui cara-cara pencegahan penularan virus Sars Cov-II.
Sosialisasi dari pemerintah mengenai larangan keluar rumah jika tak penting, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, sudah menggaung sejak awal Covid-19 merebak di Indonesia pada awal Maret lalu.
Zubairi menerangkan pencegahan penyebaran Covid-19 pernah berhasil pada awal pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Saat itu, rumah sakit sakit banyak penuh karena yang tanpa gejala pun dirawat. Sekarang yang tanpa gejala diminta isolasi mandiri karena rumah sakit rujukan penuh.
"Kondisi sekarang jauh lebih buruk dibandingkan dulu. Kita pernah berhasil waktu mau lebaran. Kendaraan yang mau keluar Jakarta, langsung diputar balik. Artinya, PSBB penuh. Kalau enggak mau lockdown ya PSBB lagi," pungkasnya.
(maf)