Pasang Surut Partai Politik Islam di Dunia Muslim

Senin, 25 November 2024 - 13:56 WIB
loading...
A A A
PJD dipaksa untuk setuju dengan penandatanganan Perjanjian Abraham oleh Raja Muhammad dengan Israel meskipun ada ketidaksetujuan yang kuat di dalam jajarannya. Kekalahan telak untuk suara PJD turun dari 125 kursi pada 2016 menjadi 12 pada 2019.

Dalam lanskap politik, Politik salafisme memberikan warna lain dalam politik, khususnya di Mesir. Sebagai Gerakan yang apolitis, menarik melihat kiprah politik dari salafis. Asal-usul Salafi politik terletak di Arab Saudi pada tahun 1960-an dan interaksi antara cendekiawan Ikhwanul Muslimin dan aktivis Wahhabi/Salafi.

Memadukan prinsip-prinsip Ikhwani dan Salafi guna menciptakan doktrin politik berdasarkan manhaj Salafi. Para Salafi politik berpandangan khotbah dan pendidikan itu penting, perubahan sistemik juga diperlukan agar prinsip-prinsip Salafi dihormati atau dipromosikan oleh negara. Perkembangan dalam 20 tahun terakhir menandai kemunculan serius gerakan politik Salafi. Kadang-kadang disebut neo-Salafisme atau neo-Salafiyya.

Partai al-Nour adalah salah satu fenomena. Partai Salafi terbesar dan paling sukses dalam kancah politik di Mesir. Dasarnya adalah organisasi Salafist Call yang berbasis di Alexandria.

Partai ini menerima pendanaan Arab Saudi yang signifikan. Ia memiliki hubungan yang ambivalen dengan Ikhwanul Muslimin.

Awalnya partai al-Nour bersekutu dengan Partai Kebebasan dan Keadilan Ikhwanul Muslimin pada pemilu 2011-2012, tetapi berselisih dengan kepemimpinan FJP. Al-Nour kemudian membentuk Blok Islam mereka sendiri dengan partai-partai Salafi lainnya. Blok Islam menjadi kelompok terbesar kedua di parlemen dengan 28% suara dan 123 kursi. Al-Nour memiliki 107 kursi, partai terbesar kedua setelah FJP

Keberhasilan al-Nour dipantik karena beberapa faktor. Kemampuan untuk memobilisasi basis dukungan masyarakat yang kuat. Efektivitas khotbah Salafi melalui media baru, terutama media sosial; banyak pengkhotbah Salafi populer dan karismatik yang mendukung al-Nour.

Citra oposisi berprinsip terhadap rezim Mubarak, dibandingkan dengan Ikhwanul Muslimin, yang dipandang terlalu akomodatif. Kebijakan Al-Nour berfokus pada pendidikan Islam dan masalah moralitas.

Mendukung penggulingan militer Mursi dan mendukung kepresidenan Sisi. Namun, terjadi pembalikan tajam nasib elektoral pada tahun 2015; di mana ia hanya memenangkan 11 kursi. Partai ini memudar prospek politiknya di bawah rezim Sisi.

Singkatnya, partai-partai politik Islam sangat beragam dengan corak ideologi yang berbeda. Namun, Ketika mereka masuk ke dalam system pemerintahan mereka mengalami pelunakan ideologi dan ikut beradaptasi dan menggunakan pragmatism politik agar bisa ikut dalam system pemerintahan. Satu hal yang pasti Ketika di dalam sistem ideologi Islamnya melunak dan acap berkoalisi dengan partai yang beragam. Ini yang disebut dengan tesis inklusi moderat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1234 seconds (0.1#10.140)