Tantangan Efisiensi Investasi di Indonesia: ICOR

Senin, 18 November 2024 - 14:44 WIB
loading...
Tantangan Efisiensi...
Candra Fajri Ananda, Staf Khusus Menteri Keuangan RI. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

EFISIENSI investasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur efisiensi ini adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR digunakan untuk mengukur jumlah investasi yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit tambahan produk domestik bruto (PDB).

Nilai ICOR yang rendah, dengan rentang antara 0 hingga 1, menunjukkan bahwa suatu negara dapat memanfaatkan investasi dengan sangat efisien, sehingga biaya investasi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi relatif lebih murah. Sebaliknya, ICOR yang mendekati 1 menunjukkan efisiensi yang lebih rendah, di mana investasi yang besar hanya menghasilkan pertumbuhan yang kecil.

Nilai ICOR sering dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait dengan lingkungan investasi, di antaranya adalah perizinan, infrastruktur, regulasi daerah, korupsi, serta ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA). Proses perizinan yang sederhana, cepat, dan transparan dapat menurunkan hambatan administratif, sehingga meningkatkan efisiensi investasi. Begitu juga infrastruktur yang memadai – terutama akses jalan, Listrik, air bersih, pelabuhan, dan logistik – juga berkontribusi menurunkan biaya distribusi dan transportasi, sehingga meningkatkan daya saing ekonomi.

Sebaliknya, infrastruktur yang buruk akan menaikkan biaya logistik, menyebabkan ICOR menjadi lebih tinggi karena investasi yang besar hanya memberikan hasil ekonomi yang minim. Pun regulasi yang tumpang tindih atau kurang sinkron antara pemerintah pusat dan daerah juga sering kali memperumit iklim investasi, menurunkan efisiensi penggunaan modal.

Selain itu, praktik korupsi juga dapat menciptakan biaya tambahan yang tidak perlu, sehingga mengurangi produktivitas investasi. Di sisi lain, ketersediaan SDM yang berkualitas dan SDA yang melimpah dapat menjadi katalis untuk efisiensi investasi. Negara dengan tenaga kerja terampil mutlak lebih mampu memaksimalkan hasil dari setiap unit modal yang diinvestasikan, sementara SDA yang dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Alhasil, kombinasi dari faktor-faktor tersebut menciptakan lingkungan yang mendukung atau menghambat efisiensi investasi, yang pada akhirnya tercermin dalam nilai ICOR. Upaya untuk memperbaiki faktor-faktor tersebut merupakan langkah strategis bagi negara untuk meningkatkan daya tarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Negara-negara dengan ICOR rendah, seperti Vietnam dan Tiongkok, menunjukkan daya tarik investasi yang tinggi berkat infrastruktur yang memadai, sistem regulasi yang mendukung, serta tenaga kerja yang produktif. Sebaliknya, negara dengan ICOR tinggi cenderung menghadapi tantangan seperti korupsi, birokrasi yang rumit, atau stabilitas politik yang kurang mendukung. Bagi investor, ICOR menjadi indikator penting untuk menilai risiko dan potensi keuntungan investasi di suatu negara.

Di sisi lain, bagi pembuat kebijakan, memahami ICOR membantu dalam merumuskan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, seperti memperbaiki infrastruktur, menciptakan regulasi yang pro-investasi, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui nilai ICOR yang rendah, suatu negara tidak hanya mampu menarik lebih banyak investasi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Tantangan ICOR di Indonesia

Di Indonesia, ICOR mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, ICOR Indonesia tercatat sebesar 8,66, kemudian menurun menjadi 6,02 di 2022. Akan tetapi, pada 2023, ICOR kembali naik menjadi 6,33. Peningkatan ICOR pada 2023 menunjukkan bahwa efisiensi investasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0805 seconds (0.1#10.140)