Fase Indah untuk BUMN Inhan Indonesia
loading...
A
A
A
KABAR menggembirakan untuk industri dirgantara Tanah Air tersuguh di sela Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024, awal September lalu. Apa itu? PT Dirgantara Indonesia (DI) berhasil mengamankan penjualan pesawat terbarunya, N219 Nurtanio, sebanyak lima unit dari pemerintah Republik Demokratik Kongo. Transaksi melibatkan perusahaan milik konglomerat Setiawan Djodi, Setdco Group.
baca juga: Optimasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia
Penandatanganan kontrak jual beli yang bertempat di BICC The Westin Bali Resort, Nusa Dua, Bali (3/9) dilakukan Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan dan Setiawan Djody sebagai CEO Setdco Group. Turut menyaksikan prosesi itu, Menteri PPN RI/Bappenas Suharso Monoarfa dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.
Masih di bulan September, PTDI kembali meraih komitmen penjualan dua unit N219 dengan perusahaan nasional, PT Indo Aviasi Perkasa. Transaksi ini diraih di sela even Bali International Air Show (BIAS) 2024 yang digelar di Bandara Ngurah Rai Bali. Dokumen Letter of Intent (LoI) kesepakatan itu ditandatangani Gita Amperiawan dengan CEO PT Indo Aviasi Perkasa, Septo Adjie Sudiro. Rencananya, pesawat akan dimanfaatkan untuk mendukung program Transformasi Ekonomi Kepulauan Riau.
Untuk transaksi ke Kongo, jika ditelusuri, Afrika merupakan pasar tradisional bagi PTDI. Sebelumnya, sejumlah negara di Benua Hitam itu telah mengoperasikan pesawat karya anak bangsa, terutama CN234 dan NC212, di antaranya Senegal, Pantai Gading, Burkina Faso, dan Guinea. Pesawat dimanfaatkan bukan hanya untuk kepentingan militer, tapi juga transportasi sipil.
Dalam perspektif PTDI, Afrika merupakan pasar potensial untuk pertumbuhan industri aviasi yang harus dimanfaatkan. Mengapa? Menurut CEO PT DI Gita Amperiawan, Afrika memiliki kebutuhan signifikan terhadap pesawat-pesawat regional yang memiliki kapasitas beroperasi di bandara-bandara dengan infrastruktur belum optimal. Pesawat N219 bisa menjawab kebutuhan itu karena didesain khusus untuk penerbangan perintis di medan sulit.
Transaksi penjualan yang berhasil dicatatkan PTDI menjadi indikasi masa depan cerah perusahaan plat merah tersebut. Sebelumnya, kinerja positif dari sisi marketing juga dicapai ajang Singapore Airshow 2024. Bersama Indo Pacific Resources, perusahaan asal Malaysia, PTDI menandatangani Letter of Intent (LoI) pembelian sebanyak 23 unit helikopter angkut medium class, dengan end user di sebuah negara di Asia Tenggara.
Pada awal 2024, PTDI juga meraih kontrak pengadaan empat unit pesawat multiperan CN235-220 dari Allied Aeronautics Limited (AAL), perusahaan lokal di Nigeria untuk end user angkatan darat. Selain untuk ekspor, PTDI juga berhasil memanen pemesanan domestik untuk produk N219, NC212i. Hingga kini CN235-220 tetap menjadi andalan PTDI, termasuk untuk memenuhi kontrak tiga unit pesawat senilai USD85 juta dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Dijadwalkan, pesawat tersebut sudah mulai dikirim pada 2026.
Sukses meraih sejumlah transaksi selama 2024 ini melambungkan optimisme perseroan bisa mendapatkan pendapatan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2024, anggota holding BUMN industri pertahanan (inhan) ini menargetkan pendapatan mencapai Rp3,7 triliun atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang tahun 2023. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp24 miliar.
baca juga: Industri Pertahanan Swasta Aset Strategis Bangsa
Kinerja positif PTDI juga diraih oleh BUMN Industri Pertahanan (Inhan) yang berada di bawah holding Defense Industry Indonesia atau Defend ID lainnya seperti PT PAL, PT Pindad, dan PT LEN. Tahun 2024 ini seolah menjadi tahun penuh keberuntungan. Sukses ini tentu ditopang banyak variabel, seperti dukungan pemerintah yang mengutamakan akuisisi alutsista , termasuk melalui skema transfer of technology (ToT); inovasi; kesiapan sumber daya manusia (SDM), kepercayaan terhadap kwalitas produk made in Indonesia yang semakin tinggi, kemampuan pemasaran, dan faktor lainnya.
Apa yang dicapai hari ini menjadi modal berharga untuk meraih asa lebih baik di masa depan. Termasuk untuk mencapai target Defend ID menjadi bagian Top 40 Global Defense Companies pada 2034. Dalam jangka pendek, yakni 2026, Defend ID percaya diri bisa melewati salah satu perusahaan pertahanan terbesar di Asia asal Singapura, yakni ST Engineering.
Melihat tren positif dan optimisme yang dimunculkan memancing pertanyaan bagaimana kinerja positif belakangan ini bisa dicapai dan apakah target tinggi yang dicanangkan tersebut realistis atau sekadar mimpi? Bagaimana perusahaan plat merah yang sebelumnya dianggap biasa saja, kini memiliki gairah untuk berkembang dan melangkah jauh ke depan?
Dukungan Sejumlah Variabel
Tak dapat dimungkiri, tumbuh dan berkembangnya BUMN Inhan secara fundamental didukung lahirnya UU No 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Keberadaannya menjadi landasan hukum pengembangan industri pertahanan Tanah Air untuk memenuhi kebutuhan peralatan TNI dan Polri.
Seperti tercantum dalam Bab II, konstitusi tersebut memandang penyelenggaraan Inhan sangat penting bukan hanya untuk mendorong terwujudnya kemandirian alutsista, tapi juga untuk menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap tenaga kerja, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia terutama dalam bidang pertahanan.
baca juga: India Yakin Industri Pertahanan Indonesia Mampu Produksi Alutsista Mandiri
Lantas siapa yang dimaksud sebagai Inhan? Konstitus menyebut Inhan -seperti tercantum dalam Pasal 9 UU No 16 Tahun 2012- meliputi industri alat utama, industri komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen dan/atau pendukung (perbekalan), serta industri bahan baku. Posisi industri alat utama diemban BUMN, yang sekaligus menjadi pemadu utama atau lead integrator yang menghasilkan alat utama sistem senjata dan/atau mengintegrasikan semua komponen utama, komponen, dan bahan baku menjadi alat utama.
Berdasar fakta tersebut, BUMN Inhan seperti PTDI, PT Pindad, PT PAL, PT LEN merupakan pemain utama dalam Indah negeri ini. Walaupun sudah ada UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau UU Omnibus Law yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja pada 30 Desember 2022, yang memberikan hak sama kepada perusahaan pertahanan swasta nasional, posisi BUMN Inhan tentu masih mendapat prioritas.
Dalam mengawal implementasi kebijakan nasional dalam perencanaan, perumusan, pelaksanaan, pengendalian, sinkronisasi, dan evaluasi industri pertahanan, Presiden membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Sejauh ini, KKIP sudah membuat masterplanpengembangan Inhan, dengan target yang ingin dicapai adalah terwujudnya Inhan yang profesional, efektif, efisien, dan inovatif; mandiri; serta memiliki kemampuan memproduksi dan memelihara alpahankam.
Untuk mendukung upaya mewujudkan target tersebut, pemerintah mengeluarkan PPP No 76 Tahun 2014 tentang Mekanisme Imbal Dagang dalam Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dari Luar Negeri. Melalui peraturan pemerintah itulah ditetapkan tentang kandungan lokal dan offset yang sangat bermanfaat untuk mengakselerasi perkembangan Inhan nasional. Dalam aturan offset inilah disebut tentang pengembangan bersama, alih teknologi atau transfer of technology (ToT), alih kompetensi melalui pelatihan dan pendidikan, dan lainnya.
Gairah industri pertahanan domestik, termasuk yang dirasakan BUMN Inhan, juga didukung belanja alutsista yang dilakukan pemerintah terus menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Pada 2025, misalnya, pagu indikatif anggaran untuk Kemenhan sebesar Rp155 Triliun. Jumlah ini jauh lebih besar dibanding anggaran 2024 sebesar Rp139,27 Triliun, Rp134 Triliun (2023), dan Rp133 Triliun (2022).
Kendati demikian, jika dirasiokan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, besaran anggaran ini masih terbilang kurang karena tidak sampai menyentuh 1 persen dari PDB. Sedangkan rerata rasio global untuk anggaran pertahanan mencapai 2-3 persen dari PDB. Jika pemerintah menaikkan rasio anggaran dari PDB pada angka 1-2 persen, dipastikan Inhan nasional akan semakin bergairah karena akan semakin banyak belanja alutsista yang dilakukan Kemenhan untuk mendukung kekuatan TNI.
Kehadiran Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan harus diakui menjadi variabel penting meningkatnya akuisisi alutsista untuk TNI. Saat menghadiri The Ist Defend ID’s Day di hangar helikopter PTDI di Bandung (15/06/2023) Prabowo mengklaim kontrak industri pertahanan dengan BUMN Inhan naik hingga 800 persen selama dia menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena dia mendapat tugas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mewujudkan industri pertahanan yang kuat dan mandiri. Karena itulah, ke depan dia ingin industri pertahanan nasional bisa bangkit dan berprestasi.
Meningkatnya anggaran pertahan dan semangat Inhan yang kuat dan mandiri menjadi berkah bagi Inhan nasional -baik BUMN Inhan maupun industri pertahanan swasta, karena mendapat prioritas. Di sisi lain, kapasitas industri pertahanan nasional terbilang mampu menjawab tantangan dan sekaligus tuntutan dengan melakukan produksi bersama ataupun ToT dengan mitra asing, di antaranya yang mengemuka adalah kerjasama dengan beberapa perusahaan industri pertahanan terkemuka dunia seperti Aselsan, Havelsan, Thales, dan Naval Group.
baca juga: Semakin Diperhitungkan, Industri Pertahanan Indonesia Incar Peringkat 50 Besar Dunia
Selain faktor internal, perkembangan global juga memengaruhi belanja alutsista secara luas. Faktor dimaksud berupa dinamika Laut China Selatan (LCS) hingga pecahnya perang Rusia-Ukraina telah memacu perlombaan senjata (arm race) di dunia. SIPRI dalam pers rilis ‘’Global Military Spending Surges Amid War Rising Tensions and Insecurity’’ yang dirilis pada 22 April 2024 mengungkap pengeluaran militer dunia meningkat selama sembilan tahun berturut-turut hingga mencapai rekor tertinggi sebesar USD2.443 miliar.
Dipaparkan, untuk pertama kalinya sejak 2009, pengeluaran militer meningkat di kelima wilayah geografis yang ditetapkan oleh SIPRI, dengan peningkatan yang sangat besar tercatat di Eropa, Asia dan Oseania, serta Timur Tengah.Menurut Nan Tian, Peneliti Senior pada Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI, tren tersebut merupakan respons langsung terhadap kemerosotan perdamaian dan keamanan global. Negara-negara memprioritaskan kekuatan militer tetapi mereka menghadapi risiko spiral aksi-reaksi dalam lanskap geopolitik dan keamanan yang semakin tidak stabil.
Sedikit banyak, melonjaknya belanja alutsista global membawa berkah untuk Inhan Indonesia. Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose PT Pindad, misalnya, saat menerima kunjungan Presiden Jokowi (19/09/2023) membeberkan banyak negara berminat dengan alat utama sistem pertahanan atau alutsista buatan PT Pindad. Salah satu pelanggannya adalah Amerika Serikat (AS) yang meminta pengiriman dua kontainer amunisi setiap bulan. Selain amunisi, permintaan senjata pistol dan kendaraan tempur juga meningkat.
Langkah pemerintah membentuk holdingdan program strategis BUMN Inhan atau Defend ID menjadi variabel strategis untuk mengonsolidasi dan mengakselerasi BUMN Inhan Indonesia. Adapun BUMN Inhan yang menjadi anggota holding adalah PT LEN Industri yang juga merupakan induk dari Defend ID, PT Pindad, PTDI, PT PAL Indonesia, dan PT Dahana.
Presiden Jokowi saat meluncurkan Defend ID di PT PAL Indonesia, Surabaya (20/04/2022) berharap keberadaan Defend ID bisa menjadi batu lompatan untuk bertransformasi dalam membangun ekosistem industri pertahanan yang kuat, modern, mandiri, menguasai pasar domestik, dan mampu bersaing di pasar global.
Bahkan kala itu Jokowi menarget Defend ID dapat mendorong peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sampai 100 persen sehingga dapat menurunkan impor alat pertahanan dan keamanan, meningkatkan produk-produk pertahanan unggulan, dan menjadi top 50 perusahaan pertahanan dunia pada 2024. Pada 2022, Defend ID telah duduk di nomor 70 dunia.
Direktur Utama Len, Bobby Rasyidinyang ditunjuk memimpin holding menyebut Defend ID diharapkan mampu mewujudkan kemandirian Inhan nasional untuk menuju Indonesia Emas 2045. Menurut dia, pembentukan holding dipilih sebagai opsi konsolidasi paling optimal dibanding dengan opsi peleburan.
Seperti dikutip dalam laporan ‘’Pendirian Holding BUMN Industri Pertahanan Ditandatangani Presiden Jokowi’’ dalam www.len.co.id, opsi ini dipilih dengan memperhitungkan faktor peningkatan pendapatan, penghematan biaya, optimalisasi modal, reputasibrand, proses dan waktu pendirian, kontrol, dilusi, disrupsi operasional dan peraturan. Dengan demikian konsolidasi melalui holding dengan nama Defend ID merupakan solusi untuk mempercepat kemandirian industri pertahanan Indonesia karena dapat menyeimbangkan faktor penciptaan nilai dan faktor kemudahan implementasi.
Peluang dan Tantangan
Kinerja positif BUMN Inhan tidak hanya ditunjukkan PTDI. PT Pindad, PT PAL, PT LEN, dan PT Dahana juga menyuguhkan performa sama. Secara keseluruhan, seperti disampaikan dalam RUPS Laporan Keuangan Kinerja Tahun Anggaran 2023 Defend ID, pada 2023 lalu kinerja keuangan dari Defend ID melonjak dengan indikasi pertumbuhan kontrak mencapai 29,7 persen dibandingkan dengan audit tahun 2022. Kenaikan juga terjadi pada pendapatan (27,93 persen), laba bersih (56 persen), aset perusahaan (19 persen), dan entitas perusahaan (35 persen).
baca juga: Industri Pertahanan Swasta Aset Strategis Bangsa
Bobby Rasyidinmemastikan arus kas di kelima entitas di bawah Defend ID semuanya positif. Dalam paparannya saat jumpa pers, pertumbuhan pendapatan pada 2023 sebesar 27,93 persen atau senilai Rp25,22 triliun, terdiri atas pertumbuhan pendapatan PT Pindad 32 persen, PT Len 24 persen, PT Dahana 16 persen, PTDI 14 persen, dan PT PAL 14 persen.
Faktor utama pendongkrak kinerja positif Defend ID ternyata adalah dukungan kuat dari pemerintah, khususnya Kemenhan yang dipimpin Prabowo. Diungkapkan Bobby, pada periode sebelumnya selama 5 tahun dari 2014–2019 BUMN Inhan hanya menerima 30 kontrak dengan nilai sekitar Rp20 triliun. Sedangkan sejak 2019–2024, Defend ID saat ini mengantongi 160 lebih kontrak pengadaan alutsista, dengan nilai Rp190 triliun.
Selain PTDI, capaian kinerja positif selama 2023 melecut kepercayaan diri angota BUMN Inhan lain untuk meraih kinerja lebih baik di 2024. PT LEN misalnya, berikhtiar untuk menjadi korporasi yang tangguh dan terus bertumbuh di tengah semakin besarnya tantangan yang harus dihadapi, dengan pertumbuhan hingga 11,6 persen dari target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).
Dari Surabaya, PT PAL menarget pendapatan usaha meningkat 42,0 persen dibanding Prognosa 2023 atau sebesar Rp5,1 triliun. Sedangkan PT DI menargetkan pendapatan pada 2024 sebesar Rp 3,7 triliun atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang 2023. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp24 miliar.
Perkembangan positif yang digapai PTDI dan BUMN Inhan lain menjadi modalitas berharga untuk mencapai prestasi lebih baik di tahun-tahun mendatang. Peluang meningkatkan penjualan produk alutsista pada masa mendatang sangat terbuka karena produk-produk alutsista made in Indonesia sudah mulai dikenal dan diakui kwalitasnya.
Di sisi lain, permintaan dunia akan berbagai jenis alutsista sudah pasti akan terus meningkat di tengah instabilitas global yang memicu arm race. Dampaknya, negara-negara di dunia berlomba menaikkan anggaran belanja pertahanannya, hingga rata-rata anggaran pertahanan global naik menjadi 2-3 persen dari PDB seperti disampaikan World Bank.
Begitu pun permintaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan TNI, juga Polri, juga akan meningkat seiring dengan naiknya alokasi anggaran untuk pertahanan. Peluang tersebut tentu juga disambut pemain alutsista utama global. Karena itu tidak ada pilihan bagi BUMN Inhan untuk terus meningkatkan kapasitas dalam penguasa teknologi state of the art dan meningkatkan kapasitas SDM.
Upaya mencapai tujuan jelas tidak mudah. Karena itu, kemitraan yang sudah dibangun dengan perusahaan terkemuka dunia seperti Thales, Naval Group, Aselsan, Havelsan, Roketsan, FNSS dan lain merupakan langkah tepat untuk mendapat alih kompetensi atau transfer knowledge dan ToT. Ke depan kemitraan perlu dipertajam dan diperluas dengan partnerstrategis lain.
Terbentuknya holding Defend ID harus dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkuat ekosistem pertahanan dan menyinergikan potensi kekuatan yang dimiliki masing-masing BUMN Inhan. Sinergi kekuatan menjadi modal penting untuk mencapai kemandirian alutsista, dan sisi lain mewujudkan Defend ID menjadi perusahaan alutsista terkemuka global dan masuk jajaran Top 40 Global Defense Companies pada 2034.
baca juga: Menhan Prabowo Berkomitmen Hapus Budaya Korupsi di Industri Pertahanan
Kehadiran pesawat N219 yang menjadi andalan masa depan PTDI bisa dianggap sebagai wujud terbangunnya sinergi di antara perusahaan anggota Defend ID, dan juga perusahaan lain seperti PT LEN, PT Nusantara Turbin dan Propulsi, serta PT Infoglobal Teknologi Semesta. Pada 2022 saat Menkomarves Luhut B Pandjaitan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) N219 mencapai 44,69 persen.
Beberapa komponen yang disebut buatan dalam negeri antara lain landing gear dan avionics. Ditargetkan TKDN N219 bisa meningkat sampai 70 persen, sehingga bisa memberikan lebih banyak nilai tambah untuk perusahaan nasional. PTDI dalam postingan Instagram pada 28 Juni 2024 menyebut pengembangan pesawat N219 adalah salah satu upaya PTDI dalam menciptakan dampak pertumbuhan terhadap ekosistem industri dalam negeri. (*)
baca juga: Optimasi Industri Pertahanan Nasional Indonesia
Penandatanganan kontrak jual beli yang bertempat di BICC The Westin Bali Resort, Nusa Dua, Bali (3/9) dilakukan Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan dan Setiawan Djody sebagai CEO Setdco Group. Turut menyaksikan prosesi itu, Menteri PPN RI/Bappenas Suharso Monoarfa dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.
Masih di bulan September, PTDI kembali meraih komitmen penjualan dua unit N219 dengan perusahaan nasional, PT Indo Aviasi Perkasa. Transaksi ini diraih di sela even Bali International Air Show (BIAS) 2024 yang digelar di Bandara Ngurah Rai Bali. Dokumen Letter of Intent (LoI) kesepakatan itu ditandatangani Gita Amperiawan dengan CEO PT Indo Aviasi Perkasa, Septo Adjie Sudiro. Rencananya, pesawat akan dimanfaatkan untuk mendukung program Transformasi Ekonomi Kepulauan Riau.
Untuk transaksi ke Kongo, jika ditelusuri, Afrika merupakan pasar tradisional bagi PTDI. Sebelumnya, sejumlah negara di Benua Hitam itu telah mengoperasikan pesawat karya anak bangsa, terutama CN234 dan NC212, di antaranya Senegal, Pantai Gading, Burkina Faso, dan Guinea. Pesawat dimanfaatkan bukan hanya untuk kepentingan militer, tapi juga transportasi sipil.
Dalam perspektif PTDI, Afrika merupakan pasar potensial untuk pertumbuhan industri aviasi yang harus dimanfaatkan. Mengapa? Menurut CEO PT DI Gita Amperiawan, Afrika memiliki kebutuhan signifikan terhadap pesawat-pesawat regional yang memiliki kapasitas beroperasi di bandara-bandara dengan infrastruktur belum optimal. Pesawat N219 bisa menjawab kebutuhan itu karena didesain khusus untuk penerbangan perintis di medan sulit.
Transaksi penjualan yang berhasil dicatatkan PTDI menjadi indikasi masa depan cerah perusahaan plat merah tersebut. Sebelumnya, kinerja positif dari sisi marketing juga dicapai ajang Singapore Airshow 2024. Bersama Indo Pacific Resources, perusahaan asal Malaysia, PTDI menandatangani Letter of Intent (LoI) pembelian sebanyak 23 unit helikopter angkut medium class, dengan end user di sebuah negara di Asia Tenggara.
Pada awal 2024, PTDI juga meraih kontrak pengadaan empat unit pesawat multiperan CN235-220 dari Allied Aeronautics Limited (AAL), perusahaan lokal di Nigeria untuk end user angkatan darat. Selain untuk ekspor, PTDI juga berhasil memanen pemesanan domestik untuk produk N219, NC212i. Hingga kini CN235-220 tetap menjadi andalan PTDI, termasuk untuk memenuhi kontrak tiga unit pesawat senilai USD85 juta dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Dijadwalkan, pesawat tersebut sudah mulai dikirim pada 2026.
Sukses meraih sejumlah transaksi selama 2024 ini melambungkan optimisme perseroan bisa mendapatkan pendapatan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2024, anggota holding BUMN industri pertahanan (inhan) ini menargetkan pendapatan mencapai Rp3,7 triliun atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang tahun 2023. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp24 miliar.
baca juga: Industri Pertahanan Swasta Aset Strategis Bangsa
Kinerja positif PTDI juga diraih oleh BUMN Industri Pertahanan (Inhan) yang berada di bawah holding Defense Industry Indonesia atau Defend ID lainnya seperti PT PAL, PT Pindad, dan PT LEN. Tahun 2024 ini seolah menjadi tahun penuh keberuntungan. Sukses ini tentu ditopang banyak variabel, seperti dukungan pemerintah yang mengutamakan akuisisi alutsista , termasuk melalui skema transfer of technology (ToT); inovasi; kesiapan sumber daya manusia (SDM), kepercayaan terhadap kwalitas produk made in Indonesia yang semakin tinggi, kemampuan pemasaran, dan faktor lainnya.
Apa yang dicapai hari ini menjadi modal berharga untuk meraih asa lebih baik di masa depan. Termasuk untuk mencapai target Defend ID menjadi bagian Top 40 Global Defense Companies pada 2034. Dalam jangka pendek, yakni 2026, Defend ID percaya diri bisa melewati salah satu perusahaan pertahanan terbesar di Asia asal Singapura, yakni ST Engineering.
Melihat tren positif dan optimisme yang dimunculkan memancing pertanyaan bagaimana kinerja positif belakangan ini bisa dicapai dan apakah target tinggi yang dicanangkan tersebut realistis atau sekadar mimpi? Bagaimana perusahaan plat merah yang sebelumnya dianggap biasa saja, kini memiliki gairah untuk berkembang dan melangkah jauh ke depan?
Dukungan Sejumlah Variabel
Tak dapat dimungkiri, tumbuh dan berkembangnya BUMN Inhan secara fundamental didukung lahirnya UU No 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Keberadaannya menjadi landasan hukum pengembangan industri pertahanan Tanah Air untuk memenuhi kebutuhan peralatan TNI dan Polri.
Seperti tercantum dalam Bab II, konstitusi tersebut memandang penyelenggaraan Inhan sangat penting bukan hanya untuk mendorong terwujudnya kemandirian alutsista, tapi juga untuk menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap tenaga kerja, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia terutama dalam bidang pertahanan.
baca juga: India Yakin Industri Pertahanan Indonesia Mampu Produksi Alutsista Mandiri
Lantas siapa yang dimaksud sebagai Inhan? Konstitus menyebut Inhan -seperti tercantum dalam Pasal 9 UU No 16 Tahun 2012- meliputi industri alat utama, industri komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen dan/atau pendukung (perbekalan), serta industri bahan baku. Posisi industri alat utama diemban BUMN, yang sekaligus menjadi pemadu utama atau lead integrator yang menghasilkan alat utama sistem senjata dan/atau mengintegrasikan semua komponen utama, komponen, dan bahan baku menjadi alat utama.
Berdasar fakta tersebut, BUMN Inhan seperti PTDI, PT Pindad, PT PAL, PT LEN merupakan pemain utama dalam Indah negeri ini. Walaupun sudah ada UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau UU Omnibus Law yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja pada 30 Desember 2022, yang memberikan hak sama kepada perusahaan pertahanan swasta nasional, posisi BUMN Inhan tentu masih mendapat prioritas.
Dalam mengawal implementasi kebijakan nasional dalam perencanaan, perumusan, pelaksanaan, pengendalian, sinkronisasi, dan evaluasi industri pertahanan, Presiden membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Sejauh ini, KKIP sudah membuat masterplanpengembangan Inhan, dengan target yang ingin dicapai adalah terwujudnya Inhan yang profesional, efektif, efisien, dan inovatif; mandiri; serta memiliki kemampuan memproduksi dan memelihara alpahankam.
Untuk mendukung upaya mewujudkan target tersebut, pemerintah mengeluarkan PPP No 76 Tahun 2014 tentang Mekanisme Imbal Dagang dalam Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dari Luar Negeri. Melalui peraturan pemerintah itulah ditetapkan tentang kandungan lokal dan offset yang sangat bermanfaat untuk mengakselerasi perkembangan Inhan nasional. Dalam aturan offset inilah disebut tentang pengembangan bersama, alih teknologi atau transfer of technology (ToT), alih kompetensi melalui pelatihan dan pendidikan, dan lainnya.
Gairah industri pertahanan domestik, termasuk yang dirasakan BUMN Inhan, juga didukung belanja alutsista yang dilakukan pemerintah terus menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Pada 2025, misalnya, pagu indikatif anggaran untuk Kemenhan sebesar Rp155 Triliun. Jumlah ini jauh lebih besar dibanding anggaran 2024 sebesar Rp139,27 Triliun, Rp134 Triliun (2023), dan Rp133 Triliun (2022).
Kendati demikian, jika dirasiokan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, besaran anggaran ini masih terbilang kurang karena tidak sampai menyentuh 1 persen dari PDB. Sedangkan rerata rasio global untuk anggaran pertahanan mencapai 2-3 persen dari PDB. Jika pemerintah menaikkan rasio anggaran dari PDB pada angka 1-2 persen, dipastikan Inhan nasional akan semakin bergairah karena akan semakin banyak belanja alutsista yang dilakukan Kemenhan untuk mendukung kekuatan TNI.
Kehadiran Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan harus diakui menjadi variabel penting meningkatnya akuisisi alutsista untuk TNI. Saat menghadiri The Ist Defend ID’s Day di hangar helikopter PTDI di Bandung (15/06/2023) Prabowo mengklaim kontrak industri pertahanan dengan BUMN Inhan naik hingga 800 persen selama dia menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena dia mendapat tugas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mewujudkan industri pertahanan yang kuat dan mandiri. Karena itulah, ke depan dia ingin industri pertahanan nasional bisa bangkit dan berprestasi.
Meningkatnya anggaran pertahan dan semangat Inhan yang kuat dan mandiri menjadi berkah bagi Inhan nasional -baik BUMN Inhan maupun industri pertahanan swasta, karena mendapat prioritas. Di sisi lain, kapasitas industri pertahanan nasional terbilang mampu menjawab tantangan dan sekaligus tuntutan dengan melakukan produksi bersama ataupun ToT dengan mitra asing, di antaranya yang mengemuka adalah kerjasama dengan beberapa perusahaan industri pertahanan terkemuka dunia seperti Aselsan, Havelsan, Thales, dan Naval Group.
baca juga: Semakin Diperhitungkan, Industri Pertahanan Indonesia Incar Peringkat 50 Besar Dunia
Selain faktor internal, perkembangan global juga memengaruhi belanja alutsista secara luas. Faktor dimaksud berupa dinamika Laut China Selatan (LCS) hingga pecahnya perang Rusia-Ukraina telah memacu perlombaan senjata (arm race) di dunia. SIPRI dalam pers rilis ‘’Global Military Spending Surges Amid War Rising Tensions and Insecurity’’ yang dirilis pada 22 April 2024 mengungkap pengeluaran militer dunia meningkat selama sembilan tahun berturut-turut hingga mencapai rekor tertinggi sebesar USD2.443 miliar.
Dipaparkan, untuk pertama kalinya sejak 2009, pengeluaran militer meningkat di kelima wilayah geografis yang ditetapkan oleh SIPRI, dengan peningkatan yang sangat besar tercatat di Eropa, Asia dan Oseania, serta Timur Tengah.Menurut Nan Tian, Peneliti Senior pada Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI, tren tersebut merupakan respons langsung terhadap kemerosotan perdamaian dan keamanan global. Negara-negara memprioritaskan kekuatan militer tetapi mereka menghadapi risiko spiral aksi-reaksi dalam lanskap geopolitik dan keamanan yang semakin tidak stabil.
Sedikit banyak, melonjaknya belanja alutsista global membawa berkah untuk Inhan Indonesia. Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose PT Pindad, misalnya, saat menerima kunjungan Presiden Jokowi (19/09/2023) membeberkan banyak negara berminat dengan alat utama sistem pertahanan atau alutsista buatan PT Pindad. Salah satu pelanggannya adalah Amerika Serikat (AS) yang meminta pengiriman dua kontainer amunisi setiap bulan. Selain amunisi, permintaan senjata pistol dan kendaraan tempur juga meningkat.
Langkah pemerintah membentuk holdingdan program strategis BUMN Inhan atau Defend ID menjadi variabel strategis untuk mengonsolidasi dan mengakselerasi BUMN Inhan Indonesia. Adapun BUMN Inhan yang menjadi anggota holding adalah PT LEN Industri yang juga merupakan induk dari Defend ID, PT Pindad, PTDI, PT PAL Indonesia, dan PT Dahana.
Presiden Jokowi saat meluncurkan Defend ID di PT PAL Indonesia, Surabaya (20/04/2022) berharap keberadaan Defend ID bisa menjadi batu lompatan untuk bertransformasi dalam membangun ekosistem industri pertahanan yang kuat, modern, mandiri, menguasai pasar domestik, dan mampu bersaing di pasar global.
Bahkan kala itu Jokowi menarget Defend ID dapat mendorong peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sampai 100 persen sehingga dapat menurunkan impor alat pertahanan dan keamanan, meningkatkan produk-produk pertahanan unggulan, dan menjadi top 50 perusahaan pertahanan dunia pada 2024. Pada 2022, Defend ID telah duduk di nomor 70 dunia.
Direktur Utama Len, Bobby Rasyidinyang ditunjuk memimpin holding menyebut Defend ID diharapkan mampu mewujudkan kemandirian Inhan nasional untuk menuju Indonesia Emas 2045. Menurut dia, pembentukan holding dipilih sebagai opsi konsolidasi paling optimal dibanding dengan opsi peleburan.
Seperti dikutip dalam laporan ‘’Pendirian Holding BUMN Industri Pertahanan Ditandatangani Presiden Jokowi’’ dalam www.len.co.id, opsi ini dipilih dengan memperhitungkan faktor peningkatan pendapatan, penghematan biaya, optimalisasi modal, reputasibrand, proses dan waktu pendirian, kontrol, dilusi, disrupsi operasional dan peraturan. Dengan demikian konsolidasi melalui holding dengan nama Defend ID merupakan solusi untuk mempercepat kemandirian industri pertahanan Indonesia karena dapat menyeimbangkan faktor penciptaan nilai dan faktor kemudahan implementasi.
Peluang dan Tantangan
Kinerja positif BUMN Inhan tidak hanya ditunjukkan PTDI. PT Pindad, PT PAL, PT LEN, dan PT Dahana juga menyuguhkan performa sama. Secara keseluruhan, seperti disampaikan dalam RUPS Laporan Keuangan Kinerja Tahun Anggaran 2023 Defend ID, pada 2023 lalu kinerja keuangan dari Defend ID melonjak dengan indikasi pertumbuhan kontrak mencapai 29,7 persen dibandingkan dengan audit tahun 2022. Kenaikan juga terjadi pada pendapatan (27,93 persen), laba bersih (56 persen), aset perusahaan (19 persen), dan entitas perusahaan (35 persen).
baca juga: Industri Pertahanan Swasta Aset Strategis Bangsa
Bobby Rasyidinmemastikan arus kas di kelima entitas di bawah Defend ID semuanya positif. Dalam paparannya saat jumpa pers, pertumbuhan pendapatan pada 2023 sebesar 27,93 persen atau senilai Rp25,22 triliun, terdiri atas pertumbuhan pendapatan PT Pindad 32 persen, PT Len 24 persen, PT Dahana 16 persen, PTDI 14 persen, dan PT PAL 14 persen.
Faktor utama pendongkrak kinerja positif Defend ID ternyata adalah dukungan kuat dari pemerintah, khususnya Kemenhan yang dipimpin Prabowo. Diungkapkan Bobby, pada periode sebelumnya selama 5 tahun dari 2014–2019 BUMN Inhan hanya menerima 30 kontrak dengan nilai sekitar Rp20 triliun. Sedangkan sejak 2019–2024, Defend ID saat ini mengantongi 160 lebih kontrak pengadaan alutsista, dengan nilai Rp190 triliun.
Selain PTDI, capaian kinerja positif selama 2023 melecut kepercayaan diri angota BUMN Inhan lain untuk meraih kinerja lebih baik di 2024. PT LEN misalnya, berikhtiar untuk menjadi korporasi yang tangguh dan terus bertumbuh di tengah semakin besarnya tantangan yang harus dihadapi, dengan pertumbuhan hingga 11,6 persen dari target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).
Dari Surabaya, PT PAL menarget pendapatan usaha meningkat 42,0 persen dibanding Prognosa 2023 atau sebesar Rp5,1 triliun. Sedangkan PT DI menargetkan pendapatan pada 2024 sebesar Rp 3,7 triliun atau meningkat 19% dari prognosa penjualan sepanjang 2023. PTDI juga optimistis bisa mencetak laba bersih Rp24 miliar.
Perkembangan positif yang digapai PTDI dan BUMN Inhan lain menjadi modalitas berharga untuk mencapai prestasi lebih baik di tahun-tahun mendatang. Peluang meningkatkan penjualan produk alutsista pada masa mendatang sangat terbuka karena produk-produk alutsista made in Indonesia sudah mulai dikenal dan diakui kwalitasnya.
Di sisi lain, permintaan dunia akan berbagai jenis alutsista sudah pasti akan terus meningkat di tengah instabilitas global yang memicu arm race. Dampaknya, negara-negara di dunia berlomba menaikkan anggaran belanja pertahanannya, hingga rata-rata anggaran pertahanan global naik menjadi 2-3 persen dari PDB seperti disampaikan World Bank.
Begitu pun permintaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan TNI, juga Polri, juga akan meningkat seiring dengan naiknya alokasi anggaran untuk pertahanan. Peluang tersebut tentu juga disambut pemain alutsista utama global. Karena itu tidak ada pilihan bagi BUMN Inhan untuk terus meningkatkan kapasitas dalam penguasa teknologi state of the art dan meningkatkan kapasitas SDM.
Upaya mencapai tujuan jelas tidak mudah. Karena itu, kemitraan yang sudah dibangun dengan perusahaan terkemuka dunia seperti Thales, Naval Group, Aselsan, Havelsan, Roketsan, FNSS dan lain merupakan langkah tepat untuk mendapat alih kompetensi atau transfer knowledge dan ToT. Ke depan kemitraan perlu dipertajam dan diperluas dengan partnerstrategis lain.
Terbentuknya holding Defend ID harus dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkuat ekosistem pertahanan dan menyinergikan potensi kekuatan yang dimiliki masing-masing BUMN Inhan. Sinergi kekuatan menjadi modal penting untuk mencapai kemandirian alutsista, dan sisi lain mewujudkan Defend ID menjadi perusahaan alutsista terkemuka global dan masuk jajaran Top 40 Global Defense Companies pada 2034.
baca juga: Menhan Prabowo Berkomitmen Hapus Budaya Korupsi di Industri Pertahanan
Kehadiran pesawat N219 yang menjadi andalan masa depan PTDI bisa dianggap sebagai wujud terbangunnya sinergi di antara perusahaan anggota Defend ID, dan juga perusahaan lain seperti PT LEN, PT Nusantara Turbin dan Propulsi, serta PT Infoglobal Teknologi Semesta. Pada 2022 saat Menkomarves Luhut B Pandjaitan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) N219 mencapai 44,69 persen.
Beberapa komponen yang disebut buatan dalam negeri antara lain landing gear dan avionics. Ditargetkan TKDN N219 bisa meningkat sampai 70 persen, sehingga bisa memberikan lebih banyak nilai tambah untuk perusahaan nasional. PTDI dalam postingan Instagram pada 28 Juni 2024 menyebut pengembangan pesawat N219 adalah salah satu upaya PTDI dalam menciptakan dampak pertumbuhan terhadap ekosistem industri dalam negeri. (*)
(hdr)