Naga-naga Pejuang

Sabtu, 30 November 2019 - 04:34 WIB
Naga-naga Pejuang
Naga-naga Pejuang
A A A
Rahmat Sahid
Jurnalis, Penikmat Film Indonesia, Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

AWAL pekan lalu, Presiden ke-5 yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menemani putrinya Puan Maharani menonton film Naga Bonar Reborn, di XXI Plaza Senayan, Jakarta.

Film hasil kolaborasi sutradara Dedi Setiadi dengan produser Trimedya Panjaitan dan Gusti Randa ini salah satunya menampilkan adegan Puan Maharani, yang berperan sebagai utusan Soekarno.

Film Naga Bonar Reborn merupakan film komedi romantisme. Meski ada sejumlah kesamaan dengan film Naga Bonar yang dibintangi Deddy Mizwar pada 1987 lalu, tetapi film Naga Bonar Reborn lebih menonjolkan sentuhan milenial. Gading Marten yang memerankan sosok Naga Bonar terlihat begitu menjiwai dalam keseluruhan adegan yang mengisahkan latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Belanda, dan berikutnya pasukan Jepang.

Salah satu adegan yang menonjol dalam film Naga Bonar, baik versi yang dibintangi Deddy Mizwar maupun Gading Marten adalah cerita lucu perjalanan hidup seorang pencopet, sejak masa kecilnya hingga ketika dewasa, ikut berjuang merebut kemerdekaan.

Atas hasil rembug sesama teman seperjuangan, Naga Bonar menyebut dirinya sebagai jenderal dalam pasukan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara. Dengan logat Bataknya, kelucuan cerita sang jenderal makin mengocok perut, terutama dalam adegan jatuh cintanya sang jenderal kepada Kirana (diperankan oleh Citra Kirana), seorang perempuan cantik anak dokter, yang memergokinya mencopet.

Sama halnya dengan film Naga Bonar versi Deddy Mizwar, di film Naga Bonar Reborn selain tetap memposisikan sebagai film komedi, juga tetap ada pesan moral tentang semangat nasionalisme dan kebangsaan.

Hal itu tergambar di kegigihan Naga Bonar dalam merebut kemerdekaan, meski di lain sisi ia juga bersemangat mendapatkan perempuan incarannya. Bahkan, walau ada atau tidak adanya sang pujaan hati, sang jenderal tetap konsisten berjuang untuk masa depan Indonesia.

Pesan moral juga begitu menonjol dalam hubungan antara Naga Bonar dan sang ibu (Emak). Sebandel apapun Naga Bonar yang kemudian dikenal sebagai raja copet, ia tetaplah sosok pria yang begitu menghormati dan taat pada ibunya. Bahkan, ketika Naga Bonar masih kecil, ia sudah berani melawan tentara Belanda yang sewenang-wenang memungut pajak ke ibunya.

Hal berkesan lainnya di film Naga Bonar Reborn, yakni kepiawaian Ketua DPR Puan Maharani dalam memerankan utusan Soekarno. Puan terlihat begitu heroik mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Dengan lantang Puan membakar semangat para pejuang di Tanah Sumatera untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

"Mari kita maju ke garis terdepan. Meski senjata kita hanya bambu runcing, tetapi semangat kita tetap membara, demi membela sang dwiwarna merah putih, berkibar di Tanah Air kita tercinta. Sekali merdeka tetap merdeka," teriak Puan di hadapan para pejuang yang dipimpin Jenderal Naga Bonar.

Dari sisi alur cerita, film Naga Bonar Reborn memang cukup menarik, karena mampu menghadirkan inspirasi dan semangat nasionalisme dalam kemasan komedi. Apalagi penyajian dan penggarapannya juga kental dengan sentuhan milenial.

Hanya satu hal yang perlu kritisi dari sisi pengambilan gambar yang kurang sempurna. Misalnya dalam adegan di suatu pasar yang latar peristiwanya ditarik ke era 40-an, tetapi masih nampak tiang listrik dengan bentangan kabelnya yang sedikit mengganggu pemandangan.

Di luar cerita tentang film, tentu kehadiran Megawati Soekarnoputri bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, Menteri Sosial Juliari Batubara, Sekjen PDIP Hasto Kristianto, serta anggota DPR dan pejabat lainnya yang menonton langsung film ini juga patut diapresiasi.

Naga Bonar adalah inspirasi perjuangan, layaknya keteguhan sikap politik dan konsistensi perjuangan si 'Naga Merah', julukan yang disematkan rezim Orde Baru terhadap Megawati Soekarnoputri.

Sebutan Naga Merah disematkan oleh instrumen kekuasaan masa itu, dalam operasinya untuk memantau dan mengendalikan Megawati dalam gerakan politik. Namun yang terjadi sebaliknya. Dalam perjalanan demokrasi di Indonesia, sang Naga Merah malah banyak menginspirasi semangat perjuangan.

Perlawanan Sang Naga Merah bahkan tak bisa dibendung di percaturan politik Indonesia, sejak era otoriter Orde Baru hingga era reformasi. Selain Naga Merah, di masa itu ada pula 'Naga Hijau' yang dilekatkan kepada sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Kedua tokoh ini gerakannya dalam upaya menghidupkan demokrasi selalu dikontrol dan diwaspadai, karena dianggap sebagai ancaman rezim kala itu. Suatu ketika, Megawati pernah menceritakan bagaimana ketika dirinya diposisikan sebagai Naga Merah.

Karena gelora perjuangannya, ia sempat diinterogasi oleh aparat hukum yang dijadikan alat kekuasaan. Kepada oknum aparat yang menginterogasinya, Megawati menegaskan bahwa dirinya tak tahu apa-apa tentang Naga Merah.

Megawati juga membantah tuduhan bertindak inkonstitusional di negara yang bapaknya notabene salah satu pendirinya. Naga Merah, Naga Hijau dan Naga Bonar, potret gigih anak bangsa menjaga dan merawat Indonesia.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4277 seconds (0.1#10.140)