Kota Ramah Sepeda

Kamis, 19 September 2019 - 07:05 WIB
Kota Ramah Sepeda
Kota Ramah Sepeda
A A A
DKI JAKARTA selama ini masih jauh dari predikat kota ramah sepeda. Jalur untuk pesepeda memang sudah tersedia di beberapa kawasan, terutama di sekitar pusat bisnis dan perkantoran, tetapi itu belum cukup memadai. Jalur untuk pesepeda ini juga tak jarang dirampas oleh pengguna jalan lain, baik oleh pemotor maupun pengendara mobil. Akibatnya masih cukup sulit mengajak orang menjadikan kebiasaan bersepeda ke tempat kerja sebagai tren.

Kondisi ini berbeda dengan banyak kota besar di dunia. Di beberapa kota Eropa dan Amerika, sepeda justru menjadi kendaraan utama warganya menuju tempat beraktivitas. Jumlah pesepeda di jalan raya bahkan bisa jadi lebih banyak bila dibandingkan dengan pemotor ataupun pengguna mobil.

Banyak faktor yang membuat kebiasaan bersepeda di kota maju ini tumbuh baik. Selain jalur sepeda yang lebar dan nyaman, kultur masyarakatnya juga mendukung. Hak-hak pesepeda sangat dihormati oleh pengguna jalan lain. Majalah Travelounge pada 2012 pernah membuat peringkat kota-kota dunia yang ramah sepeda. Kota yang mendapat predikat terbaik di antaranya Amsterdam, Berlin, Chicago, Kopenhagen, Paris, Perth, dan Ottawa.

Berlin salah satu kota besar di Eropa yang bisa disebut sebagai surganya para pesepeda. Sedikitnya ada 400.000 warga Berlin yang mengayuh sepeda ke tempat kerja setiap harinya. Ini bukan jumlah yang kecil. Perbandingannya dari 1.000 penduduk Berlin, 710 orang di antaranya adalah pengayuh sepeda. Panjang jalur pesepeda mencapai 620 km.

Meski dihormati, pesepeda tidak bisa sembarangan mengayuh pedal. Kecepatan maksimal yang diperbolehkan hanya 30 km/jam. Saking nyamannya bersepeda di Berlin, turis yang datang ke kota ini bisa berkeliling kota menggunakan sepeda sewaan. Dengan bantuan pemandu wisata, berbagai destinasi wisata di kota terbesar kedua di Eropa ini bisa dijelajahi dengan sepeda.

Jakarta tentu masih jauh untuk disamakan dengan Berlin dan kota lain di dunia. Namun upaya untuk menjadikan Jakarta sebagai kota ramah sepeda perlu didukung. Ada banyak manfaat jika kultur bersepeda ini ditumbuhkan. Manfaat pertama tentu untuk pesepeda sendiri, terutama dari sisi kesehatan. Sudah terbukti bersepeda secara teratur dapat merangsang dan meningkatkan kinerja jantung, paru-paru, dan sirkulasi aliran darah.

Bersepeda juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Adapun bagi pemerintah kota, kebiasaan bersepeda warga kota akan membantu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dengan begitu kemacetan jalan raya bisa berkurang dan kualitas udara bisa lebih baik karena menurunnya emisi gas buang. Kita tahu kemacetan masih menjadi problem akut Jakarta, selain kualitas udaranya yang memprihatinkan.

Atas dasar ini pula Pemprov DKI Jakarta mulai menyiapkan jalur sepeda. Saat ini ada 17 jalur sepeda di Ibu Kota yang akan diuji coba mulai 20 September hingga 19 November 2019. Uji coba jalur sepeda ini akan dibagi dalam tiga fase. Jalur sepeda tersebut antara lain terdapat di Jalan Medan Merdeka Selatan, Sudirman, Imam Bonjol, Cideng Timur, Kebon Sirih di Jakarta Pusat; Jalan Sisingamangaraja, Panglima Polim, dan RS Fatmawati Raya di Jakarta Selatan; serta Jalan Matraman Raya, Jatinegara Barat, dan Jatinegara Timur di Jakarta Timur.

Tentu jumlah jalur sepeda ini belum seberapa jika targetnya ingin mengurangi kemacetan dan mengatasi polusi. Namun dari sini terlihat ada semangat mengajak warga kota untuk berubah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan berencana membuat instruksi gubernur soal penggunaan sepeda ke kantor ini.

Namun pihaknya memilih menyiapkan fasilitasnya terlebih dulu. Fasilitas yang paling dibutuhkan bagi pesepeda selain jalur yang lebar adalah tempat parkir sepeda dan kamar mandi khusus untuk pesepeda. Anies pun berencana memerintahkan setiap kantor agar menyiapkan kamar mandi khusus untuk pesepeda ini.

Jalur sepeda ini nanti sebagian akan memanfaatkan tepi trotoar atau jalur pedestrian. Dalam setahun terakhir kondisi trotoar di sebagian wilayah Ibu Kota memang jauh lebih baik. Selain rapi, trotoar Ibu Kota juga jauh lebih lebar. Karena menggunakan tepi trotoar, harus dipastikan jalur pesepeda ini steril dari gangguan apa pun.

Ini penting mengingat Pemprov DKI Jakarta juga akan mengizinkan pedagang kaki lima (PKL) berjualan di trotoar. Jangan sampai keberadaan PKL yang dilegalkan justru mengurangi atau bahkan mengambil jalur pesepeda. Jika jalur sepeda ini terbukti efektif, ke depan diharapkan akan semakin banyak jalur yang dibuat untuk pesepeda di Ibu Kota.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9489 seconds (0.1#10.140)