95 Persen Gen Z Habiskan Waktu di Medsos, Kominfo Imbau Jaga Kesehatan Mental

Sabtu, 27 April 2024 - 21:31 WIB
loading...
A A A
Perwakilan suara generasi Z sekaligus Founder @pasti.id & Mental Health Influencer Yofania Asyifa Jami memiliki cara unik dalam mengembangkan potensi diri di dunia digital.

Yofania yang juga survivor kesehatan mental kemudian berbagi tips dalam mengoptimalkan potensi diri Gen-Z dengan aneka platform digital yang ada sesuai preferensi, tergantung pada minat dan bakat masing-masing, seperti penyuka tulisan, dapat menggunakan Twitter/X. Sedangkan, penyuka audio visual dapat menggunakan Instagram atau YouTube.

"Meski bebas mengungkapkan apa pun di media sosial, terutama yang positif tetap saja harus ada batasnya. Untuk itu tidak berbagi berlebihan, terutama terkait data pribadi di media sosial," katanya.

Bagi Yofania, media sosial dapat digunakan sebagai sarana berinteraksi secara real time meski ada jarak yang memisahkan. Semakin beragamnya platform, juga membuka peluang untuk memperluas jaringan pertemanan dan interaksi sosial di dunia digital.

"Walaupun virtual, kita memiliki rasa keterlibatan secara langsung dan memiliki koneksi lebih. Kalau dulu kan kita hanya bisa sebatas komentar. Saat ini banyak platform yang membuat kita lebih terkoneksi,” kata Yofania.

Psikolog Klinis Marissa Meditania mengatakan, tantangan yang dihadapi Gen-Z di era sosial media yang pesat ini adalah soal pencarian jati diri.

Karena rentang umur Gen-Z saat ini antara belasan tahun hingga 25 tahun merupakan masa awal dalam menentukan langkah selanjutnya dan biasanya banyak Gen-Z yang sedang berada pada persimpangan jalan dalam mengambil keputusan.

"Media sosial mudah untuk diakses oleh siapa pun dan kapan pun menjadi rentan terhadap kondisi yang merugikan karena itu tetap harus menetapkan batasan dalam penggunaan media soial," ujarnya.

Marissa menambahkan saat menggunakan media sosial, otak mengeluarkan dopamin, zat dalam otak yang membuat orang merasa rileks sehingga media sosial sering menjadi pelarian dari masalah kehidupan nyata.

"Jadi main game dan medsos atau yang berelasi dengan gadget. Karena secara alamiah merasa rileks kita bisa addiction. Ketika tidak menggunakan gadget ada titik di mana seperti pengguna narkoba atau rokok yang sulit menetralisir perasaan terhadap gadget. Dan ketika tidak menggunakan gadget jadi cemas,” ungkap Marissa.

Namun, tantangan dunia digital tidak hanya dihadapi Gen-Z saja. Dengan kadar yang berbeda-beda setiap generasi sedang menghadapi tantangan dunia digital yang semakin tak terbendung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2143 seconds (0.1#10.140)