Ramadan Milik Semua: Melewati Pemilu 2024, Menuju Indonesia Harmoni
loading...
A
A
A
"Selain mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ibadah puasa Ramadan juga menekankan pentingnya mengerti penderitaan yang dialami oleh orang lain. Jika telah begitu, maka muncullah yang namanya sehat sosial atau kesalehan sosial. Seseorang bisa dikatakan saleh secara sosial ketika dia bisa membangun hubungan harmonis dengan orang lain," ungkapnya.
Menurutnya, ibadah puasa Ramadan seharusnya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, dan menjauhkan diri dari sikap intoleransi. Bahkan dalam situasi ekonomi dan kehidupan sehari-hari, khususnya di bulan Ramadan, solidaritas dan tolong-menolong harus tetap dijunjung tinggi.
Selain itu, lanjutnya, Lingkungan yang kondusif bisa dibangun ketika seorang yang berpuasa tidak hanya memaknai puasa secara sempit, atau terbatas pada menahan makan, minum, dan hubungan suami istri. Namun, ia juga mampu menahan amarah, perkataan kasar, atau yang menyakitkan orang lain. Tentunya hal ini tidak hanya berlaku kepada hubungan sesama umat Islam saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat, terlepas apapun golongan atau agamanya.
Direktur Amir Mahmud Center ini menekankan bahwa bulan Ramadan harus dijadikan momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan, empati, dan toleransi. Perbedaan yang biasa terjadi, seperti dimulainya waktu puasa menjadi hal sepele jika dibandingkan dengan esensi dari ibadah itu sendiri.
"Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan moral. Dengan memanfaatkan momen ini dengan baik, umat beragama di Indonesia dapat membentuk masyarakat yang lebih baik, lebih damai, dan lebih toleran," katanya.
Lihat Juga: Apakah Bulan Puasa 2025 Sekolah Libur? Ternyata Adalah Janji Prabowo-Sandi Waktu Pemilu 2019
Menurutnya, ibadah puasa Ramadan seharusnya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, dan menjauhkan diri dari sikap intoleransi. Bahkan dalam situasi ekonomi dan kehidupan sehari-hari, khususnya di bulan Ramadan, solidaritas dan tolong-menolong harus tetap dijunjung tinggi.
Selain itu, lanjutnya, Lingkungan yang kondusif bisa dibangun ketika seorang yang berpuasa tidak hanya memaknai puasa secara sempit, atau terbatas pada menahan makan, minum, dan hubungan suami istri. Namun, ia juga mampu menahan amarah, perkataan kasar, atau yang menyakitkan orang lain. Tentunya hal ini tidak hanya berlaku kepada hubungan sesama umat Islam saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat, terlepas apapun golongan atau agamanya.
Direktur Amir Mahmud Center ini menekankan bahwa bulan Ramadan harus dijadikan momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan, empati, dan toleransi. Perbedaan yang biasa terjadi, seperti dimulainya waktu puasa menjadi hal sepele jika dibandingkan dengan esensi dari ibadah itu sendiri.
"Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan moral. Dengan memanfaatkan momen ini dengan baik, umat beragama di Indonesia dapat membentuk masyarakat yang lebih baik, lebih damai, dan lebih toleran," katanya.
Lihat Juga: Apakah Bulan Puasa 2025 Sekolah Libur? Ternyata Adalah Janji Prabowo-Sandi Waktu Pemilu 2019
(abd)