Keluarga Tangguh Bencana Investasi Bangsa

Jum'at, 11 Mei 2018 - 13:14 WIB
Keluarga Tangguh Bencana Investasi Bangsa
Keluarga Tangguh Bencana Investasi Bangsa
A A A
Sufendi Hariyanto
Magister Manajemen Bencana
Pascasarjana Unair

KELUARGA merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Keluarga berkualitas tidak sekadar yang sejahtera secara ekonomi.

Keluarga juga harus dapat menjalankan fungsi atau perannya dalam menyiapkan dan mendidik manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berkarakter, serta berkepribadian. Menurut BKKBN, seperti disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 87/2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, ada 8 fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.

Keluarga menjadi institusi pertama dan utama dalam membentuk karakter, mental, serta kualitas SDM. Sehingga perlu ditanamkan kembali secara mendalam kesadaran kepada segenap masyarakat, termasuk dalam penanaman kebiasaan siap siaga bencana. Keluarga yang modern bukanlah keluarga yang melimpahkan peran dan tanggung jawabnya kepada pihak lain.

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara bahkan menempatkan keluarga di urutan pertama dari 3 lingkungan pusat pendidikan. Karakter unggul manusia diturunkan dari keluarganya. Jika sebuah keluarga menganut nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih, kerja keras, religius, kejujuran dan bertanggung jawab, maka manusia-manusia yang dihasilkan didalamnya juga akan mewarisi sifat-sifat tersebut.

Dalam keluarga peran orang tua tak hanya mendidik dan membimbing, namun juga memberikan teladan bagi anak-anaknya. Keluarga yang berkualitas, tangguh, dan memiliki ketahanan adalah institusi paling handal untuk menempa fisik, mental, dan moral manusia-manusia Indonesia. Ketika orang tua memiliki kesadaran tinggi untuk mendampingi dan melakukan pendidikan kepada anak-anaknya, saat itulah transfer nilai dan pembentukan karakter berlangsung

Keluarga yang siaga akan mendukung kesiapsiagaan dan upaya pengurangan risiko sebagai sebuah budaya bagi peradaban Indonesia. Ada tujuh langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk membuat keluarga tangguh dan survive di saat bencana atau kedaruratan terjadi.
Ketujuh langkah ini dijalankan sejak masa sebelum terjadi bencana sampai setelah bencana terjadi. Langkah 1-4 adalah pada fase pra-bencana, langkah 5 saat terjadi bencana/kedaruratan, dan langkah 6-7 dilakukan setelah bencana/kedaruratan.

Ketujuh langkah tersebut yakni (1) Kenali Ancaman di Sekitar Rumah, (2) Buat Rencana Darurat untuk Keluarga, (3) Siapkan Tas Darurat, (4) Amankan Rumah dan Lakukan Simulasi Bersama Seluruh Anggota Keluarga, (5) Tindakan Melindungi Diri di Saat Kedaruratan Terjadi, (6) Bagaimana Memberikan Pertolongan Darurat, dan (7) Jaga Komunikasi dan Waspadai Bahaya Susulan.

Ketujuh langkah yang berurutan tersebut di atas saling terkait dalam pelaksanaannya.

1. Kenali Ancaman di Sekitar Rumah
Langkah awal dalam upaya menyelamatkan dan membuat keluarga yang siaga adalah mengenali dan memahami lingkungan sekitar dimana kita tinggal. Untuk memahaminya, kita bisa melakukan observasi dan menanyakan apakah daerah tempat tinggal pernah terkena bencana (misalnya, banjir, longsor, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll) kepada warga yang sudah lebih lama dari anda tinggal didaerah tempat tinggal anda. Buatlah daftar ancaman-ancaman tersebut dan kajilah apakah rumah anda sudah aman atau belum.

2. Buat Rencana Darurat Untuk Keluarga
Bila anda sudah tahu ancaman-ancaman yang ada, maka selanjutnya buatlah rencana darurat untuk keluarga. Rencana darurat ini harus dibahas oleh semua anggota keluarga (termasuk pembantu rumah, tukang kebun, kerabat yang tinggal bersama anda) untuk akhirnya nantinya difahami oleh semua penghuni rumah.

Tentukan jalur evakuasi sehingga mempermudah keluarga menuju tempat aman yang telah disepakati. Gunakanlah peta interaktif untuk menentukan jalur evakuasi dan titik kumpul, misalnya menggunakan Google Earth atau Google Map, Street Map dll. Tentukan titik kumpul disaat anda tidak bisa menjangkau rumah karena berbagai hal akibat bencana/kedaruratan.

3. Siapkan Tas Darurat
Langkah kesiapsiagaan berikutnya adalah siapkan tas darurat dan siapkan tas pertolongan pertama (First Aid) kemudian isilah tas-tas tersebut. Sediakanlah APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Kemudian pelajarilah bagaimana cara memberikan pertolongan pertama, menggunakan alat-alat darurat dan juga bagaimana menggunakan APAR.

Tas darurat bisa diisikan dengan makanan darurat dan minuman darurat untuk sejumlah keluarga anda, untuk persiapan selama 3 hari. Juga masukkan lampu senter dan batere cadangannya. Power Bank yang sudah terisi penuh untuk tenaga cadangan alat komunikasi anda. Masukkan pula baju cadangan, selimut, kantong tidur, perlengkapan dan keperluan kelompok rentan (kanak-kanak dan balita, lansia dan ibu hamil serta anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu). Bagi anda yang Muslim perhatikan kehalalan pangan dan minum cadangan anda.

4. Amankan Rumah dan Lakukan Simulasi Bersama Seluruh Anggota Keluarga
Langkah keempat ini dilakukan setelah kita tahu dan mengidentifikasi bagian-bagian yang berbahaya di rumah. Cara mengamankan yang sederhana terhadap pecahan kaca misalnya adalah melapisinya dengan plastik transparan yang banyak dijual di pasaran. Menguatkan posisi lemari agar tidak roboh di saat ada guncangan adalah dengan mengikatnya ke dinding. Cara sederhana adalah memasang engsel di sisi lemari dan sisi tembok.

Untuk tabung gas adalah dengan menggunakan ban dalam bekas. Ikatkan tabung dengan ban dalam tersebut ke dinding. Lemari diikatkan ke dinding dengan tali agar tidak jatuh disaat ada gempa. Monitor komputer diikat dengan tali karet, agar bila terjadi gempa tidak jatuh.

Bagi anda yang akan membangun rumah, buatlah rumah tahan gempa. Silahkan melihat situs rumah aman gempa, dengan cara ketikkan rumah tahan atau aman gempa di mesin pencari Mbah Google.

5. Tindakan Melindungi Diri di Saat Kedaruratan Terjadi
Di saat bencana atau kedaruratan terjadi, anda harus bisa mengambil langkah mengamankan dan menyelamatkan diri. Misalnya untuk gempa yakni lindungi kepala, sembunyi di kolong meja atau tempat tidur, jauhi kaca, setelah gempa reda segera menuju kelapangan terbuka, dan bila berada di kendaraan, segeralah berhenti dan berjongkok atau meringkuk di sisi kendaraan. Jangan di kolong kendaraan. Jangan gunakan lift atau tangga jalan.

6. Bagaimana Memberikan Pertolongan Darurat
Setelah terjadinya bencana atau kedaruratan sering diiringi dengan adanya kasus darurat lainnya, misalnya terluka, patah tulang atau ancaman kebakaran pasca gempa akibat putusnya atau bocornya gas dilingkungan atau rumah anda. Pada langkah ini diharapkan anda sudah mempelajari pertolongan pertama, sehingga anda bisa memberikan bantuan hidup dasar (pijat jantung luar dan pernafasan buatan), menghentikan pendarahan, pertolongan patah tulang, luka dan evakuasi atau pemindahan korban terluka/sakit. Juga diharapkan anda sudah belajar bagaimana menggunakan APAR disaat anda menemukan kebakaran awal.

7. Jaga Komunikasi dan Waspadai Bahaya Susulan
Jagalah komunikasi dengan kerabat anda di saat bencana dan pasca. Ikuti perkembangan terakhir terkait bencana dan ancaman lanjutan dari lembaga yang terpercaya. Hati-hati dengan rumor dan berita menyesatkan.

Berita menyesatkan pascagempa kerap terjadi dengan menginformasikan akan terjadi gempa kembali dengan kekuatan yang lebih kuat dan disebutkan waktunya. Ingat, kejadian gempa belum bisa diramalkan, carilah informasi gempa ke BMKG, baik di situsnya www.bmkg.go.id maupun ikuti melalui media sosial sejak saat ini. Demikianpula sebaiknya keluarga memiliki nomor darurat dari lembaga terkait lainnya.

Kesiapsiagaan akan menentukan tingkat keselamatan. Hal ini dapat terwujud melalui pembinaan dan keteladanan yang bersumber dari keluarga. Peran aktif dan kreatif sebuah keluarga untuk senantiasa mewujudkan kesuksesan berbagai program pemerintah menjadi unsur yang sangat penting.

Dalam hal siap siaga bencana BNPB dapat melakukan kerja sama dengan instansi lain, misalnya BKKBN. Salah satu wujud kerja sama yang dapat dilakukan adalah sosialisasi siap siaga bencana yang terintegrasi dalam program-program pembangunan keluarga dan kependudukan.

Setali tiga uang, jika integrasi program ini berhasil maka tidak akan lagi jatuh banyak korban di masa depan akibat bencana. Keluarga yang kuat dan berketahanan adalah investasi untuk masa depan dan eksistensi bangsa. Karena membangun keluarga adalah membangun bangsa.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5439 seconds (0.1#10.140)