Implementasi Inovasi Program Kampung Garam di Kebumen

Minggu, 14 Januari 2024 - 19:13 WIB
loading...
A A A
Kebutuhan garam konsumsi untuk penduduk Kabupaten Kebumen telah lama tergantung pada pasokan dari luar daerah. Dengan jumlah penduduk mencapai 1,3 juta jiwa, kebutuhan garam konsumsi per tahunnya mencapai 4.191 ton. Ketergantungan pada impor garam dari daerah lain menyebabkan defisit perdagangan.

Inisiatif pendirian Kampung Garam dianggap sebagai suatu inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan garam lokal, sekaligus merangsang upaya mencapai ketahanan pangan melalui produksi garam mentah dan berbagai produk olahan garam (garam konsumsi, garam kesehatan, dan garam industri). Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk mengembangkan destinasi wisata di kampung garam dan memberdayakan masyarakat pesisir melalui pendampingan serta penguatan kelembagaan kelompok dan koperasi.

Kampung Garam Kebumen dibangun melalui tiga tahapan. Pertama, perencanaan yang melibatkan pembentukan tim inovasi, penyusunan masterplan usaha garam, dan riset unggulan daerah untuk menilai kelayakan usaha garam. Kedua, pelaksanaan yang mencakup koordinasi dengan stakeholder internal dan eksternal, pelatihan, pemberian akses teknologi, pengembangan kelembagaan kelompok dan koperasi, pembuatan demplot produksi dan pengolahan garam, serta pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan dengan pembiayaan dari masyarakat, pemerintah, dan CSR BUMN serta swasta.

Ketiga, monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara periodik setiap bulan oleh tim inovasi internal, seperti Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Kabupaten Kebumen dan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Selain dari tahapan untuk membangun Kampung Garam Kebumen menjadi kampung yang lebih maju dan menarik adapun beberapa manfaat. Pertama, Kampung Garam berfungsi sebagai kawasan observasi dan penelitian untuk pengembangan pemanfaatan garam di wilayah Jawa Tengah. Kedua, inovasi ini bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan dengan memproduksi garam mentah dan produk olahan garam (seperti garam konsumsi), serta mengurangi ketergantungan pada impor garam.

Ketiga, program ini memberdayakan kelompok SDM petani garam secara menyeluruh melalui pembentukan kelompok usaha, pembinaan, dan peningkatan kapasitas. Keempat, kompleks Kampung Garam, dengan pemandangan tunel-tunel, menjadi daya tarik sendiri dan dapat dijadikan tempat wisata, bahkan eduwisata.

Pengunjung tidak hanya dapat menyaksikan pengelolaan garam, tetapi juga dapat mengambil foto dengan latar belakang tunel-tunel garam yang instagramable dan menikmati spot foto lainnya. Selain itu, pengunjung dapat merelaksasi kaki mereka dengan merendamnya di kolam air garam.

Kampung Garam Kebumen telah bertransformasi menjadi destinasi eduwisata atau wisata pendidikan yang banyak diminati oleh siswa-siswi sekolah dan pengunjung umum. Selain Desa Mirit Petikusan, kampung garam juga telah diperluas ke wilayah lain, seperti Kecamatan Klirong, Kecamatan Puring, dan Kecamatan Petanahan.

Selain menjadi tujuan wisata, Kampung Garam ini juga dijadikan sebagai model produksi garam yang diacungi contoh oleh daerah lain. Rencananya, konsep Kampung Garam ini akan diperluas dan diadaptasi di wilayah-wilayah sepanjang garis Pantai Selatan Jawa. Dengan pengembangan ini, diharapkan kampung-kampung garam dapat memenuhi kebutuhan garam lokal hingga mencapai tingkat swasembada garam nasional.

Kesimpulan
Hasil analisis studi pustaka menyimpulkan bahwa penerapan Program Kampung Garam di Kabupaten Kebumen berhasil memberdayakan potensi alam dan sumber daya manusia di daerah tersebut. Sebelum program ini diterapkan, masyarakat pesisir, terutama para petani garam, hanya mampu menghasilkan garam krosok dengan nilai ekonomi rendah, sekitar Rp2.000 per kg dan kualitasnya juga rendah karena proses pengolahan yang masih bersifat tradisional.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0717 seconds (0.1#10.140)