Mampukah N219 Amphibious Sukses di Pasaran?
loading...
A
A
A
Selain menarget pemerintah daerah dan perusahaan swasta untuk melayani layanan mobilitas wilayah kepulauan, Kementerian Pertahanan juga membutuhkan pesawat jenis ini untuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI. Selain itu, pesawat jenis sama juga dibutuhkan negara lain yang memiliki spesifikasi gografis serupa. Berdasar data, seperti di kawasan Asia Pasifik, terdapat 150 unit pesawat aktif, dan 45% dari total populasi tersebut telah memasuki masa aging.
Melansir laman resmi pemerintahindonesia.go.id, N219 Amphibious bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor, seperti layanan pariwisata, layanan perjalanan dinas pemerintahan, oil and gas company, layanan kesehatan masyarakat, SAR dan penanggulangan bencana, dan pengawasan wilayah maritim.
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan juga menyampaikan bahwa pesawat N219 Amphibious memainkan peran penting dalam memenuhi seluruh rute perintis di wilayah Indonesia seperti Kepulauan Riau secara optimum, untuk membuka akses dan menjangkau pulau-pulau kecil yang belum memiliki bandara/airstrip, serta membuka peluang pengembangan pariwisata dan kekayaan alam laut di pulau-pulau kecil tersebut.
Dia lantas membeberkan, saat ini tercatat sebanyak 8 unit populasi pesawat amfibi di Indonesia. Sedangkan potensi kebutuhan pesawat amfibi di Indonesia dalam 10 tahun kedepan sebanyak 54 unit dan kebutuhan tersebut direncanakan dapat dipenuhi oleh pesawat N219 Amphibious.
Secara teori dan potensi, baik N219 maupun N219 Amphibious memang sangat besar. Untuk N219 misalnya, PT DI sejak awal sudah gembar-gembor sejumlah pemeritah daerah, perusahaan penerbangan Aviastar dan Trigana Air, perusahaan logistik, dan bahkan negara sahabat seperti Kroasia, Laos, dan Thailand sudah menyampaikan minatnya.
Jumlah total N219 yang diminati mencapai ratusan unit. Bahkan pada ajang Indo Defence 2022, PT DI menandatangani kontrak jual beli 11 pesawat N219 dengan PT Karya Logistik Indotama (PT KLI). Sedangkan Kementerian Pertahanan disebut PT DI telah memesan 10 unit pesawat N219, dan teranyar TNI AD memesan 10 unit.
Demi merespons pesanan, sejak awal PT DI menargetkan produksi N-219 pada 2017 rata-rata 6 unit per tahun, lalu pada 2018 sebanyak 10 unit per tahun. Pada 2019 ditingkatkan sebanyak 18 unit per tahun, dan maksimal adalah 20 unit per tahun dengan melihat pula kebutuhan pasar. Dengan kapasitas produksi saat ini, pengerjaan dan pengiriman pesawat dilakukan secara bertahap selama 44 bulan sejak pengukuhan kontrak. Pesawat pertama rencananya diselesaikan setelah bulan ke 24, Selanjutnya PT DI melakukan pengiriman tiap 4 bulan.
baca juga: Pesawat Buatan PTDI Mulai Terjual, N219 Dibeli Perusahaan Logistik
Memang masih tanda tanya apakah kontrak pembelian tersebut sudah efektif atau belum mengingat hingga tahun 2023 hampir berakhir belum ada kabar pengiriman N219 ke pembeli, padahal rencana produksi sudah dirancang sejak 2017. Mungkin pula marketing N219 terkendala pandemi, hingga mengalami penundaan. Tentu diharapkan pesanan benar-benar diikuti dengan transaksi.
Namun bila ada kendala skema pembiayaan, PT DI tentu harus bekerja keras untuk meyakinkan perbankan atau lembaga keuangan agar bisa menjembatani transaksi. Sedangkan jika terbentur mahalnya harga satuan N219 atau N219 Amphibious, maka PT DI harus berupaya meningkatkan TKDN hingga 60 persen seperti ditargetkan.
Melansir laman resmi pemerintahindonesia.go.id, N219 Amphibious bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor, seperti layanan pariwisata, layanan perjalanan dinas pemerintahan, oil and gas company, layanan kesehatan masyarakat, SAR dan penanggulangan bencana, dan pengawasan wilayah maritim.
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan juga menyampaikan bahwa pesawat N219 Amphibious memainkan peran penting dalam memenuhi seluruh rute perintis di wilayah Indonesia seperti Kepulauan Riau secara optimum, untuk membuka akses dan menjangkau pulau-pulau kecil yang belum memiliki bandara/airstrip, serta membuka peluang pengembangan pariwisata dan kekayaan alam laut di pulau-pulau kecil tersebut.
Dia lantas membeberkan, saat ini tercatat sebanyak 8 unit populasi pesawat amfibi di Indonesia. Sedangkan potensi kebutuhan pesawat amfibi di Indonesia dalam 10 tahun kedepan sebanyak 54 unit dan kebutuhan tersebut direncanakan dapat dipenuhi oleh pesawat N219 Amphibious.
Secara teori dan potensi, baik N219 maupun N219 Amphibious memang sangat besar. Untuk N219 misalnya, PT DI sejak awal sudah gembar-gembor sejumlah pemeritah daerah, perusahaan penerbangan Aviastar dan Trigana Air, perusahaan logistik, dan bahkan negara sahabat seperti Kroasia, Laos, dan Thailand sudah menyampaikan minatnya.
Jumlah total N219 yang diminati mencapai ratusan unit. Bahkan pada ajang Indo Defence 2022, PT DI menandatangani kontrak jual beli 11 pesawat N219 dengan PT Karya Logistik Indotama (PT KLI). Sedangkan Kementerian Pertahanan disebut PT DI telah memesan 10 unit pesawat N219, dan teranyar TNI AD memesan 10 unit.
Demi merespons pesanan, sejak awal PT DI menargetkan produksi N-219 pada 2017 rata-rata 6 unit per tahun, lalu pada 2018 sebanyak 10 unit per tahun. Pada 2019 ditingkatkan sebanyak 18 unit per tahun, dan maksimal adalah 20 unit per tahun dengan melihat pula kebutuhan pasar. Dengan kapasitas produksi saat ini, pengerjaan dan pengiriman pesawat dilakukan secara bertahap selama 44 bulan sejak pengukuhan kontrak. Pesawat pertama rencananya diselesaikan setelah bulan ke 24, Selanjutnya PT DI melakukan pengiriman tiap 4 bulan.
baca juga: Pesawat Buatan PTDI Mulai Terjual, N219 Dibeli Perusahaan Logistik
Memang masih tanda tanya apakah kontrak pembelian tersebut sudah efektif atau belum mengingat hingga tahun 2023 hampir berakhir belum ada kabar pengiriman N219 ke pembeli, padahal rencana produksi sudah dirancang sejak 2017. Mungkin pula marketing N219 terkendala pandemi, hingga mengalami penundaan. Tentu diharapkan pesanan benar-benar diikuti dengan transaksi.
Namun bila ada kendala skema pembiayaan, PT DI tentu harus bekerja keras untuk meyakinkan perbankan atau lembaga keuangan agar bisa menjembatani transaksi. Sedangkan jika terbentur mahalnya harga satuan N219 atau N219 Amphibious, maka PT DI harus berupaya meningkatkan TKDN hingga 60 persen seperti ditargetkan.