Di Hadapan Muslimat NU, Atikoh: Peran Perempuan Menentukan Nasib Bangsa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siti Atikoh Ganjar Pranowo memberikan semangat kepada para perempuan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk menuntut ilmu setinggi tingginya. Hal itu penting mengingat perempuan juga menentukan nasib bangsa.
Hal itu dikatakan Atikoh saat menghadiri Silaturahmi Perempuan Nahdliyin se-Kabupaten Ciamis di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Ciamis, Jawa Barat, Selasa (5/12/2023).
Setelah itu, Atikoh selanjutnya menghadiri pengajian ibu-ibu Muslimat NU Kota Banjar, Pondok Pesantren Mujtahidin As Sanusiyah Banjar. Dalam kesempatan itu, Atikoh mengatakan dirinya suka olahraga lari, d imana ada pepatah “Kalau kita mau berlari cepat itu sendirian, tapi kalau kita ingin berlari jauh dengan lama, maka kita berlari bersama-sama”.
“Kepada ibu-ibu penggerak, kita harus bergandengan tangan kompak, kita jangan takut misalnya ada intimidasi. Mohon maaf ibu ada kemungkinan kita diintimidasi, tak usah goyah, kita tidak akan goyah, kita perempuan adalah perempuan yang tangguh, perempuan yang kuat, tidak mudah tergoyahkan, yang penting kita berjalan di jalan kebenaran, kita memperjuangkan kebenaran dan untuk kemaslahatan umat,” tegas Atikoh.
Dikatakan Atikoh, dirinya bersama para perempuan Muslimat NU akan terus bersama agar Indonesia semakin berdaya. “Di tangan kita perempuan inilah Indonesia nasibnya ditentukan. Siap ya ibu-ibu ya?” Kata Atikoh.
“Siap,” jawab para ibu peserta kegiatan dengan serentak.
Pesan yang sama juga disampaikan Atikoh ketika menghadiri silaturahmi di Banjar. “Jangan mau diintimidasi dan dipecah belah kalau tujuan kita benar. Mungkin akan ada yang menggoyahkan keteguhan kita. Tapi kita konsisten. Meski nanti ada yang mengintimidasi, mari kita tanggung. Kita tunjukkan Muslimat bukan perempuan yang gampang rapuh dan goyah karena kita lah tiang negara Indonesia,” kata Atikoh penuh semangat.
Berbicara perempuan, Atikoh menegaskan keyakinannya bahwa perempuan adalah sebagai tiang negara. Maka jika perempuannya kuat, maka negara juga akan kuat. Karena itu, perempuan harus mendidik dan dididik secara dini. Anak-anak perempuan yang menggali ilmu di berbagai sekolah, termasuk yang berbasis keagamaan seperti pesantren, harus dibantu agar bisa menimba ilmu setinggi mungkin.
Hal itu dikatakan Atikoh saat menghadiri Silaturahmi Perempuan Nahdliyin se-Kabupaten Ciamis di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Ciamis, Jawa Barat, Selasa (5/12/2023).
Setelah itu, Atikoh selanjutnya menghadiri pengajian ibu-ibu Muslimat NU Kota Banjar, Pondok Pesantren Mujtahidin As Sanusiyah Banjar. Dalam kesempatan itu, Atikoh mengatakan dirinya suka olahraga lari, d imana ada pepatah “Kalau kita mau berlari cepat itu sendirian, tapi kalau kita ingin berlari jauh dengan lama, maka kita berlari bersama-sama”.
“Kepada ibu-ibu penggerak, kita harus bergandengan tangan kompak, kita jangan takut misalnya ada intimidasi. Mohon maaf ibu ada kemungkinan kita diintimidasi, tak usah goyah, kita tidak akan goyah, kita perempuan adalah perempuan yang tangguh, perempuan yang kuat, tidak mudah tergoyahkan, yang penting kita berjalan di jalan kebenaran, kita memperjuangkan kebenaran dan untuk kemaslahatan umat,” tegas Atikoh.
Dikatakan Atikoh, dirinya bersama para perempuan Muslimat NU akan terus bersama agar Indonesia semakin berdaya. “Di tangan kita perempuan inilah Indonesia nasibnya ditentukan. Siap ya ibu-ibu ya?” Kata Atikoh.
“Siap,” jawab para ibu peserta kegiatan dengan serentak.
Pesan yang sama juga disampaikan Atikoh ketika menghadiri silaturahmi di Banjar. “Jangan mau diintimidasi dan dipecah belah kalau tujuan kita benar. Mungkin akan ada yang menggoyahkan keteguhan kita. Tapi kita konsisten. Meski nanti ada yang mengintimidasi, mari kita tanggung. Kita tunjukkan Muslimat bukan perempuan yang gampang rapuh dan goyah karena kita lah tiang negara Indonesia,” kata Atikoh penuh semangat.
Berbicara perempuan, Atikoh menegaskan keyakinannya bahwa perempuan adalah sebagai tiang negara. Maka jika perempuannya kuat, maka negara juga akan kuat. Karena itu, perempuan harus mendidik dan dididik secara dini. Anak-anak perempuan yang menggali ilmu di berbagai sekolah, termasuk yang berbasis keagamaan seperti pesantren, harus dibantu agar bisa menimba ilmu setinggi mungkin.