Dewan Adat Dayak Dukung Ganjar-Mahfud dan Titip 3 Aspirasi
loading...
A
A
A
Cornelius kemudian menerangkan tiga aspirasinya itu dengan gamblang dan jelas. Pertama terkait konflik agraria. Selama ini, masyarakat Dayak menjadi korban dengan banyaknya investasi perusahaan besar di Kalbar yang memakan lahan masyarakat adat.
Hampir 70 persen lahan masyarakat adat masuk dalam lingkup perusahaan besar, baik sawit maupun batu bara. "Kalau ini dibiarkan dan tidak ada kebijakan atau regulasi yang berpihak pada kami, maka masa depan anak cucu kami akan terancam. Anak cucu kami pasti akan kesulitan karena tidak memiliki lahan," tegasnya.
Kedua terkait perkembangan sumber daya manusia (SDM). Cornelius berharap Ganjar memperhatikan peningkatan SDM khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan. Sebab sampai saat ini, banyak masyarakat adat Dayak yang kesulitan mengakses pendidikan.
"Selain itu, banyak juga SDM kami yang sudah sekolah tinggi, menjadi profesor, doktor, insinyur, dan lainnya. Tapi dalam pembangunan IKN saja, kami tidak dilibatkan. Jangankan level tinggi, tukang sapu saja saya tidak yakin ada dari masyarakat Dayak," ucapnya.
Aspirasi ketiga adalah peningkatan ekonomi masyarakat adat Dayak. Ia mencontohkan, banyak kebijakan yang diambil pemerintah saat ini tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat Dayak. Misalnya terkait Hak Guna Usaha (HGU) selama 90 tahun dan dapat diperpanjang selama 90 tahun.
"Kalau seperti ini terus, mimpi memiliki generasi emas di 2045 tidak akan terwujud di Kalbar, karena generasi Dayak akan menjadi generasi lumpur. Kami harap Pak Ganjar mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap masyarakat adat khususnya Dayak Kalbar," pungkasnya.
Ganjar dengan serius mendengarkan saran dan masukan yang disampaikan masyarakat Dayak Kalbar itu. Satu per satu saran masukan ia catat dengan seksama dan dijawab dengan bahasa yang terang dan sederhana.
"Saya sangat senang mendapat sambutan luar biasa, dikasih pakaian adat Dayak dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Terima kasih banyak, saya merasa terhormat dan surprise dengan semua ini," ucap Ganjar.
Setiap berkeliling ke seluruh Indonesia, ia banyak mendengar saran dan masukan dari masyarakat, termasuk masyarakat adat. Masalahnya hampir sama, tentang konflik agraria, SDM, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
"Saya mencatat semua masukan dan saya sadar betapa amanat ini sangat berat. Saya tidak akan mampu kalau berjuang sendiri, saya baru mampu jika mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat, termasuk masyarakat adat," jelasnya.
Hampir 70 persen lahan masyarakat adat masuk dalam lingkup perusahaan besar, baik sawit maupun batu bara. "Kalau ini dibiarkan dan tidak ada kebijakan atau regulasi yang berpihak pada kami, maka masa depan anak cucu kami akan terancam. Anak cucu kami pasti akan kesulitan karena tidak memiliki lahan," tegasnya.
Kedua terkait perkembangan sumber daya manusia (SDM). Cornelius berharap Ganjar memperhatikan peningkatan SDM khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan. Sebab sampai saat ini, banyak masyarakat adat Dayak yang kesulitan mengakses pendidikan.
"Selain itu, banyak juga SDM kami yang sudah sekolah tinggi, menjadi profesor, doktor, insinyur, dan lainnya. Tapi dalam pembangunan IKN saja, kami tidak dilibatkan. Jangankan level tinggi, tukang sapu saja saya tidak yakin ada dari masyarakat Dayak," ucapnya.
Aspirasi ketiga adalah peningkatan ekonomi masyarakat adat Dayak. Ia mencontohkan, banyak kebijakan yang diambil pemerintah saat ini tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat Dayak. Misalnya terkait Hak Guna Usaha (HGU) selama 90 tahun dan dapat diperpanjang selama 90 tahun.
"Kalau seperti ini terus, mimpi memiliki generasi emas di 2045 tidak akan terwujud di Kalbar, karena generasi Dayak akan menjadi generasi lumpur. Kami harap Pak Ganjar mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap masyarakat adat khususnya Dayak Kalbar," pungkasnya.
Ganjar dengan serius mendengarkan saran dan masukan yang disampaikan masyarakat Dayak Kalbar itu. Satu per satu saran masukan ia catat dengan seksama dan dijawab dengan bahasa yang terang dan sederhana.
"Saya sangat senang mendapat sambutan luar biasa, dikasih pakaian adat Dayak dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Terima kasih banyak, saya merasa terhormat dan surprise dengan semua ini," ucap Ganjar.
Setiap berkeliling ke seluruh Indonesia, ia banyak mendengar saran dan masukan dari masyarakat, termasuk masyarakat adat. Masalahnya hampir sama, tentang konflik agraria, SDM, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
"Saya mencatat semua masukan dan saya sadar betapa amanat ini sangat berat. Saya tidak akan mampu kalau berjuang sendiri, saya baru mampu jika mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat, termasuk masyarakat adat," jelasnya.