Pemerintah Bentuk Satgas untuk Tekan Kasus Kekerasan Anak di Sekolah
loading...
A
A
A
Maka dari itu, langkah-langkah konkret perlu diambil untuk mengatasi hambatan tersebut. Pertama dengan melakukan kampanye edukasi yang lebih intensif mengenai keberadaan dan fungsi kanal pelaporan.
“Pendidikan ini harus merata, mencakup tidak hanya kalangan pendidik dan orang tua, tetapi juga masyarakat luas. Dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat lebih proaktif dalam menggunakan kanal pelaporan saat diperlukan,” paparnya.
Menurut Chatarina, guru sebagai agen utama dalam membentuk karakter anak-anak memegang peran penting dalam kesuksesan kanal pelaporan. Oleh karena itu, pelatihan yang berkualitas tinggi perlu diberikan kepada para pendidik.
“Mereka harus dilibatkan dalam pemahaman mendalam tentang cara mengidentifikasi tanda-tanda kekerasan anak dan prosedur pelaporan yang tepat,” sambungnya.
Tidak kalah pentingnya juga peran orang tua dalam menyokong keberhasilan kanal pelaporan. Para orang tua perlu didorong untuk terlibat secara aktif dalam pemantauan keamanan anak-anak mereka dan melaporkan setiap kejadian yang mencurigakan.
Menurutnya, hal ini memerlukan peningkatan kesadaran orang tua tentang pentingnya kanal pelaporan sebagai alat untuk melindungi anak-anak dari potensi risiko kekerasan.
“Peningkatan transparansi dan keterbukaan mengenai proses pelaporan serta jaminan keamanan bagi pelapor adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap kanal tersebut,” ucapnya.
Chatarina mengakui masih ada tantangan agar program ini dapat berjalan maksimal. Terutama pandangan atau stereotipe di berbagai daerah bahwa kekerasan anak merupakan hal wajar bagian dari pendidikan.
“Beberapa masih menganggap kekerasan sebagai bagian dari pendidikan anak, terutama melalui sanksi fisik yang dianggap sebagai metode disiplin,” ucapnya.
“Pendidikan ini harus merata, mencakup tidak hanya kalangan pendidik dan orang tua, tetapi juga masyarakat luas. Dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat lebih proaktif dalam menggunakan kanal pelaporan saat diperlukan,” paparnya.
Menurut Chatarina, guru sebagai agen utama dalam membentuk karakter anak-anak memegang peran penting dalam kesuksesan kanal pelaporan. Oleh karena itu, pelatihan yang berkualitas tinggi perlu diberikan kepada para pendidik.
“Mereka harus dilibatkan dalam pemahaman mendalam tentang cara mengidentifikasi tanda-tanda kekerasan anak dan prosedur pelaporan yang tepat,” sambungnya.
Tidak kalah pentingnya juga peran orang tua dalam menyokong keberhasilan kanal pelaporan. Para orang tua perlu didorong untuk terlibat secara aktif dalam pemantauan keamanan anak-anak mereka dan melaporkan setiap kejadian yang mencurigakan.
Menurutnya, hal ini memerlukan peningkatan kesadaran orang tua tentang pentingnya kanal pelaporan sebagai alat untuk melindungi anak-anak dari potensi risiko kekerasan.
“Peningkatan transparansi dan keterbukaan mengenai proses pelaporan serta jaminan keamanan bagi pelapor adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap kanal tersebut,” ucapnya.
Chatarina mengakui masih ada tantangan agar program ini dapat berjalan maksimal. Terutama pandangan atau stereotipe di berbagai daerah bahwa kekerasan anak merupakan hal wajar bagian dari pendidikan.
“Beberapa masih menganggap kekerasan sebagai bagian dari pendidikan anak, terutama melalui sanksi fisik yang dianggap sebagai metode disiplin,” ucapnya.