Orasi Ilmiah di Universitas Pancasila, Mahfud MD Tegaskan Pentingnya Menjaga Hukum
loading...
A
A
A
Menurut Mahfud, para pejabat itu dapat dikatakan sebagai pengkhianat jika tidak menjunjung tinggi aturan hukum yang telah ditetapan.
"Oleh karena itu negara dan pejabat-pejabatnya kalau tidak bisa melaksanakan hukum dengan baik, maka dia berkhianat terhadap bangsa dan negara," tegas Mahfud MD.
Dalam orasi yang sama, mahfud MD juag sempat memberikan contoh salah satu negara yang pemimpinnya menyepelekan hukum dan selalu mengubah konstitusi hingga negara tersebut mengalami kehancuran.
Mahfud bercerita presiden di negara tersebut melakukan kecurangan dalam pemilu meski negaranya berprinsip demokrasi. Rakyatnya selalu disuruh memilih namun yang menang tetap presiden tersebut.
"Saat berkali-kali dia jadi presiden, akhirnya ingin mengubah konstitusi, ya begitu lagi agar dia bisa berkuasa selamanya," jelas Mahfud.
Adapun presiden yang dimaksud adalah Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Mahfud menjelaskan Presiden Mugabe kerap menggelar pemilu untuk pemilihan presiden, namun kotak suara pemilihan tak dihitung depan publik tetapi di Istana.
"Tetap gelar pemilu, kotak suaranya dibawa ke Istana usai pemilihan. Tak beberapa lama, Mugabe mengumumkan dia menang pemilu dengan suara 92 persen," jelasnya.
Mahfud mengatakan tak ada penghitungan di depan umum, tak ada berita acara apa pun selama Mugabe menggelar pemilu yang selalu dimenangkannya, hingga Zimbabwe terpuruk.
"Kini Zimbabwe bangkrut, jatuh dalam kemiskinan," tutupnya.
"Oleh karena itu negara dan pejabat-pejabatnya kalau tidak bisa melaksanakan hukum dengan baik, maka dia berkhianat terhadap bangsa dan negara," tegas Mahfud MD.
Dalam orasi yang sama, mahfud MD juag sempat memberikan contoh salah satu negara yang pemimpinnya menyepelekan hukum dan selalu mengubah konstitusi hingga negara tersebut mengalami kehancuran.
Mahfud bercerita presiden di negara tersebut melakukan kecurangan dalam pemilu meski negaranya berprinsip demokrasi. Rakyatnya selalu disuruh memilih namun yang menang tetap presiden tersebut.
"Saat berkali-kali dia jadi presiden, akhirnya ingin mengubah konstitusi, ya begitu lagi agar dia bisa berkuasa selamanya," jelas Mahfud.
Adapun presiden yang dimaksud adalah Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Mahfud menjelaskan Presiden Mugabe kerap menggelar pemilu untuk pemilihan presiden, namun kotak suara pemilihan tak dihitung depan publik tetapi di Istana.
"Tetap gelar pemilu, kotak suaranya dibawa ke Istana usai pemilihan. Tak beberapa lama, Mugabe mengumumkan dia menang pemilu dengan suara 92 persen," jelasnya.
Mahfud mengatakan tak ada penghitungan di depan umum, tak ada berita acara apa pun selama Mugabe menggelar pemilu yang selalu dimenangkannya, hingga Zimbabwe terpuruk.
"Kini Zimbabwe bangkrut, jatuh dalam kemiskinan," tutupnya.