10 Tahun Kerja Sama Ekonomi RI-China dalam Konteks Belt and Road Initiative
loading...
A
A
A
Harryanto Aryodiguno, PhD
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden
DALAM lanskap hubungan internasional yang terus berkembang, kehadiran Presiden Joko Widodo pada Belt and Road Forum di Beijing, China, membawa implikasi yang signifikan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia telah mengonfirmasi keikutsertaannya, dengan menegaskan hingga saat ini belum ada perubahan terhadap rencana tersebut. Hal ini menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk terlibat dalam Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ekonomi global terkemuka yang dipimpin oleh Tiongkok.
Kemungkinan pertemuan tatap muka antara Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping masih dalam pembahasan, dan rincian lebih lanjut mengenai rencana perjalanan ke Beijing sedang dirumuskan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan diplomasi yang terjadi, dimana kedua negara secara hati-hati mempertimbangkan cara paling efektif untuk mencapai tujuan masing-masing dalam kerangka BRI.
Tiongkok akan menjadi tuan rumah Forum BRI pada tanggal 17 hingga 18 Oktober 2023, dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan meresmikan acara tersebut. Tema yang diangkat pastinya yang menggarisbawahi komitmen China untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan bersama melalui BRI.
Acara diplomatik mendatang ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kawasan dan lebih meningkatkan kolaborasi ekonomi dengan China. Kehadiran Presiden Jokowi di Belt and Road Forum merupakan komitmen nyata untuk memanfaatkan manfaat kerja sama internasional dan sinergi ekonomi. Dunia akan menyaksikan kedua negara ini menavigasi medan diplomasi global yang kompleks, mencari jalan menuju kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Pembangunan ekonomi China ke luar negeri, terutama dalam kerangka BRI semakin condong ke Indonesia, negara yang sering dipuji sebagai “negara yang sedang bangkit” dan “negara yang penuh harapan.” Pergeseran cara pandang ini didorong oleh antisipasi terhadap percepatan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan. Ada beberapa faktor yang mendukung prospek positif ini, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam dinamika perekonomian global.
Yang pertama dan terpenting, peran Indonesia sebagai pemasok sumber daya penting yang signifikan, seperti minyak, emas, dan berbagai sumber daya alam lainnya, menempatkan Indonesia sebagai sasaran atau tujuan penting untuk bagi China untuk pembangunan ekonominya juga. Komoditas-komoditas di atas merupakan bagian penting dari cadangan devisa Indonesia yang besar dan memainkan peran penting dalam memperkuat pertukaran ekonomi dengan China.
Selain itu, Indonesia memiliki laju pertumbuhan generasi muda yang besar, yang merupakan sumber tenaga kerja yang berharga baik bagi industri dalam negeri maupun internasional. Populasi pemuda yang terus berkembang di negara ini merupakan sumber potensi bakat dan inovasi, sehingga semakin meningkatkan daya tariknya di mata mitra internasional seperti China.
Selain itu, Pemerintah Indonesia secara aktif mempromosikan ekspor untuk merangsang investasi besar. Dengan melakukan hal ini, mereka bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar utama bagi produk dan jasa China sekaligus menumbuhkan lingkungan bisnis yang berkembang untuk investasi skala besar.
Simbiosis mutualisme ini memperkuat kehadiran China di Indonesia, karena Indonesia adalah pemasok sumber daya dan pasar utama bagi barang dan jasa China. Wujud nyata kemitraan ini terlihat dalam berbagai forum kolaboratif, salah satu contohnya adalah BRI.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden
DALAM lanskap hubungan internasional yang terus berkembang, kehadiran Presiden Joko Widodo pada Belt and Road Forum di Beijing, China, membawa implikasi yang signifikan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia telah mengonfirmasi keikutsertaannya, dengan menegaskan hingga saat ini belum ada perubahan terhadap rencana tersebut. Hal ini menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk terlibat dalam Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ekonomi global terkemuka yang dipimpin oleh Tiongkok.
Kemungkinan pertemuan tatap muka antara Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping masih dalam pembahasan, dan rincian lebih lanjut mengenai rencana perjalanan ke Beijing sedang dirumuskan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan diplomasi yang terjadi, dimana kedua negara secara hati-hati mempertimbangkan cara paling efektif untuk mencapai tujuan masing-masing dalam kerangka BRI.
Tiongkok akan menjadi tuan rumah Forum BRI pada tanggal 17 hingga 18 Oktober 2023, dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan meresmikan acara tersebut. Tema yang diangkat pastinya yang menggarisbawahi komitmen China untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan bersama melalui BRI.
Acara diplomatik mendatang ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kawasan dan lebih meningkatkan kolaborasi ekonomi dengan China. Kehadiran Presiden Jokowi di Belt and Road Forum merupakan komitmen nyata untuk memanfaatkan manfaat kerja sama internasional dan sinergi ekonomi. Dunia akan menyaksikan kedua negara ini menavigasi medan diplomasi global yang kompleks, mencari jalan menuju kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Pembangunan ekonomi China ke luar negeri, terutama dalam kerangka BRI semakin condong ke Indonesia, negara yang sering dipuji sebagai “negara yang sedang bangkit” dan “negara yang penuh harapan.” Pergeseran cara pandang ini didorong oleh antisipasi terhadap percepatan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan. Ada beberapa faktor yang mendukung prospek positif ini, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam dinamika perekonomian global.
Yang pertama dan terpenting, peran Indonesia sebagai pemasok sumber daya penting yang signifikan, seperti minyak, emas, dan berbagai sumber daya alam lainnya, menempatkan Indonesia sebagai sasaran atau tujuan penting untuk bagi China untuk pembangunan ekonominya juga. Komoditas-komoditas di atas merupakan bagian penting dari cadangan devisa Indonesia yang besar dan memainkan peran penting dalam memperkuat pertukaran ekonomi dengan China.
Selain itu, Indonesia memiliki laju pertumbuhan generasi muda yang besar, yang merupakan sumber tenaga kerja yang berharga baik bagi industri dalam negeri maupun internasional. Populasi pemuda yang terus berkembang di negara ini merupakan sumber potensi bakat dan inovasi, sehingga semakin meningkatkan daya tariknya di mata mitra internasional seperti China.
Selain itu, Pemerintah Indonesia secara aktif mempromosikan ekspor untuk merangsang investasi besar. Dengan melakukan hal ini, mereka bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar utama bagi produk dan jasa China sekaligus menumbuhkan lingkungan bisnis yang berkembang untuk investasi skala besar.
Simbiosis mutualisme ini memperkuat kehadiran China di Indonesia, karena Indonesia adalah pemasok sumber daya dan pasar utama bagi barang dan jasa China. Wujud nyata kemitraan ini terlihat dalam berbagai forum kolaboratif, salah satu contohnya adalah BRI.