10 Tahun Kerja Sama Ekonomi RI-China dalam Konteks Belt and Road Initiative

Senin, 16 Oktober 2023 - 11:35 WIB
loading...
10 Tahun Kerja Sama Ekonomi RI-China dalam Konteks Belt and Road Initiative
Harryanto Aryodiguno, Ph.D, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Harryanto Aryodiguno, PhD
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden

DALAM lanskap hubungan internasional yang terus berkembang, kehadiran Presiden Joko Widodo pada Belt and Road Forum di Beijing, China, membawa implikasi yang signifikan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia telah mengonfirmasi keikutsertaannya, dengan menegaskan hingga saat ini belum ada perubahan terhadap rencana tersebut. Hal ini menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk terlibat dalam Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ekonomi global terkemuka yang dipimpin oleh Tiongkok.

Kemungkinan pertemuan tatap muka antara Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping masih dalam pembahasan, dan rincian lebih lanjut mengenai rencana perjalanan ke Beijing sedang dirumuskan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan diplomasi yang terjadi, dimana kedua negara secara hati-hati mempertimbangkan cara paling efektif untuk mencapai tujuan masing-masing dalam kerangka BRI.

Tiongkok akan menjadi tuan rumah Forum BRI pada tanggal 17 hingga 18 Oktober 2023, dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan meresmikan acara tersebut. Tema yang diangkat pastinya yang menggarisbawahi komitmen China untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan bersama melalui BRI.

Acara diplomatik mendatang ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kawasan dan lebih meningkatkan kolaborasi ekonomi dengan China. Kehadiran Presiden Jokowi di Belt and Road Forum merupakan komitmen nyata untuk memanfaatkan manfaat kerja sama internasional dan sinergi ekonomi. Dunia akan menyaksikan kedua negara ini menavigasi medan diplomasi global yang kompleks, mencari jalan menuju kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Pembangunan ekonomi China ke luar negeri, terutama dalam kerangka BRI semakin condong ke Indonesia, negara yang sering dipuji sebagai “negara yang sedang bangkit” dan “negara yang penuh harapan.” Pergeseran cara pandang ini didorong oleh antisipasi terhadap percepatan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan. Ada beberapa faktor yang mendukung prospek positif ini, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam dinamika perekonomian global.

Yang pertama dan terpenting, peran Indonesia sebagai pemasok sumber daya penting yang signifikan, seperti minyak, emas, dan berbagai sumber daya alam lainnya, menempatkan Indonesia sebagai sasaran atau tujuan penting untuk bagi China untuk pembangunan ekonominya juga. Komoditas-komoditas di atas merupakan bagian penting dari cadangan devisa Indonesia yang besar dan memainkan peran penting dalam memperkuat pertukaran ekonomi dengan China.

Selain itu, Indonesia memiliki laju pertumbuhan generasi muda yang besar, yang merupakan sumber tenaga kerja yang berharga baik bagi industri dalam negeri maupun internasional. Populasi pemuda yang terus berkembang di negara ini merupakan sumber potensi bakat dan inovasi, sehingga semakin meningkatkan daya tariknya di mata mitra internasional seperti China.

Selain itu, Pemerintah Indonesia secara aktif mempromosikan ekspor untuk merangsang investasi besar. Dengan melakukan hal ini, mereka bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar utama bagi produk dan jasa China sekaligus menumbuhkan lingkungan bisnis yang berkembang untuk investasi skala besar.

Simbiosis mutualisme ini memperkuat kehadiran China di Indonesia, karena Indonesia adalah pemasok sumber daya dan pasar utama bagi barang dan jasa China. Wujud nyata kemitraan ini terlihat dalam berbagai forum kolaboratif, salah satu contohnya adalah BRI.

BRI bertindak sebagai platform kerja sama multilateral yang menjembatani China dengan negara-negara di seluruh dunia. Dampaknya terhadap hubungan China dengan negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia, tidak bisa dipungkiri.

China telah muncul sebagai mitra pembangunan utama bagi Indonesia, yang mencakup berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, dan bantuan keuangan. Keselarasan strategis ini merupakan bukti tumbuhnya sinergi antara kedua negara.

Seiring dengan meningkatnya perekonomian Indonesia, perannya dalam lanskap perekonomian global menjadi semakin signifikan. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan daya tariknya bagi mitra seperti China, yang memandang Indonesia sebagai landasan dalam strategi pertumbuhan mereka.

Hubungan yang saling menguntungkan antara kedua negara ini tidak hanya memperkuat pijakan China di Indonesia namun juga membuka jalan bagi masa depan yang saling menguntungkan yang ditandai dengan kemakmuran ekonomi dan kerja sama internasional.

Dalam konteks Ekonomi dan Politik Internasional, hubungan antara Indonesia dan China, terutama melalui kerja sama dalam BRI, mencerminkan dinamika yang kompleks. Faktor-faktor ekonomi dan politik memainkan peran penting dalam kerja sama ini, dan perspektif Politikal ekonomi seperti ini membantu kita memahami lebih dalam aspek-aspek kunci dalam hubungan ini.

Hubungan ekonomi yang semakin erat antara Indonesia dan China menciptakan tingkat interdependensi yang tinggi. Indonesia menyediakan sumber daya alam yang penting bagi perekonomian China, sementara China adalah salah satu mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia.

Ketergantungan saling menguatkan, yang pada gilirannya memengaruhi dinamika politik di antara keduanya. Kedua negara memiliki insentif untuk memastikan kelangsungan perdagangan yang menguntungkan.

Bagi Indonesia, menjaga kedaulatan ekonomi dalam perdagangan dengan China adalah prioritas. Seiring dengan peningkatan permintaan global terhadap sumber daya alam, Indonesia harus memastikan bahwa hubungan ekonomi dengan China memberikan manfaat jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi dan keamanan energi. Ini mencakup perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang bijak dan menjaga hak kedaulatan Indonesia.

BRI, sebagai platform investasi dan infrastruktur global, memainkan peran penting dalam hubungan ini. Investasi China dalam infrastruktur di Indonesia dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan konektivitas regional. Namun, Indonesia juga harus menjaga agar proyek-proyek ini tidak mengorbankan kedaulatan dan kepentingan nasional.

Dinamika politik regional dan global dapat memengaruhi hubungan ekonomi antara kedua negara. Indonesia harus menjalani diplomasi yang bijak dalam berbagai forum internasional, termasuk ASEAN, untuk memastikan bahwa kerja sama dengan China sejalan dengan kepentingan regional dan nasional.

Kerja sama ekonomi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan. Pemerintah Indonesia harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan masyarakat lokal dan lingkungan. Ini melibatkan regulasi ketat, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan perlindungan hak asasi manusia.

Dalam analisis politik ekonomi, kerja sama ekonomi internasional seperti yang terjadi antara Indonesia dan China adalah contoh konkret dari bagaimana faktor-faktor ekonomi, politik, dan sosial saling terkait dan bagaimana negara-negara harus mengelola dinamika ini dengan bijak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan keamanan nasional. Peran pemerintah dan kebijakan yang tepat sangat penting untuk mencapai keseimbangan yang sesuai antara kepentingan ekonomi dan politik dalam konteks hubungan internasional yang terus berubah.

Artikel ini membahas pentingnya partisipasi Presiden Joko Widodo dalam Belt and Road Forum di Beijing serta kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China dalam konteks BRI. Penulis yakin bahwa hubungan ekonomi yang semakin dalam antara kedua negara membawa implikasi besar, termasuk ketergantungan ekonomi yang semakin meningkat dan tantangan diplomasi yang kompleks. Indonesia, dengan potensi ekonomi yang kuat, harus menjalani diplomasi yang bijak dan mengelola kerja sama ini untuk memastikan kepentingan nasional dan regional terpenuhi.

Pemerintah Indonesia harus terus memperkuat diplomasi dalam hubungan dengan China. Ini mencakup pemantauan yang cermat terhadap perkembangan ekonomi dan politik global yang dapat memengaruhi hubungan bilateral, serta partisipasi aktif dalam forum internasional seperti ASEAN untuk memastikan kepentingan regional terjaga.

Indonesia harus menjaga pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa kerja sama ekonomi dengan China tidak mengorbankan lingkungan dan kedaulatan ekonomi. Peraturan ketat dan pengawasan yang efisien diperlukan untuk mencegah eksploitasi berlebihan.

Dengan populasi generasi muda yang produktif, Indonesia harus berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk memastikan bahwa mereka siap menghadapi tantangan ekonomi global dan memberikan kontribusi maksimal pada pertumbuhan ekonomi. Melalui langkah-langkah ini, Indonesia dapat memanfaatkan hubungan ekonomi dengan China secara bijak dan berkelanjutan, mengamankan kepentingan nasionalnya, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1751 seconds (0.1#10.140)