Episentrum Krisis Ekonomi

Kamis, 30 April 2020 - 06:41 WIB
loading...
Episentrum Krisis Ekonomi
Eddy Suprapto. Foto/Istimewa
A A A
Eddy Suprapto
Kontributor AsiaN

Proses pemulihan ekonomi Indonesia akibat covid-19 jelas akan menghadapi babak baru yakni menghadapi krisis ekonomi. Pertumbuhan produk domestik bruto hanya 1,8%. Inflasi di angka 2,7%. Sementara tingkat pengangguran naik 8% hingga menembus 10%. Penerimaan APBN hanya Rp.1.761 triliun sedangan pengeluaran naik Rp. 2.614 triliun. Defisit APBN pun semakin melebar.

Tatanan ekonomi, sosial dan politik dunia berubah mendadak akibat penyebaran virus covid19. Virus menyebar melalui interaksi antar manusia secara cepat dan tidak mengenal batas teretori. Akibatnya segala kegiatan interaksi sosial dan ekonomi mendadak harus dibatasi untuk mencegah penyebaran di seluruh dunia. Pembatasan ini sangat berhubungan erat dengan prediksi kapan penyebaran berhenti, untuk selanjutnya aktifitas manusia menjadi normal kembali.

Ketidakpastian kapan penyelesaian virus ini akan selesai jelas berdampak pada sektor ekonomi dan keuangan, diantaranya kejutan dari sisi penawaran, turunnya permintaan di konsumen, perubahan mendasar dari psikologi para pelaku ekonomi. Sedangkan di sektor ekonomi mikro, pembatasan kegiatan dirumah mempengaruhi perilaku konsumen lewat belanja on the spot ke belanja on line. Terjadi pergeseran pola belanja dari pembelian jenis makanan mudah saji ke produk mentah. Konsumen yang terbiasa makan direstoran siap saji kini masak sendiri ataupun lebih memilih frozen food, agar dapat disimpan lebih lama, melalui pembelian jenis barang via
online. Ini semua adalah indikasi pergeseran pola konsumsi. Pemotongan porsi belanja konsumsi diskresioner biasanya terefleksi pada turun tajamnya indeks penjulan ritel.

Selama masa pembatasan sosial selama 8 minggu terjadi penurunan aktivitas ekonomi antara 6-10%. Dan berakibat pada penurunan produksi industrial diperkirakan kisaran 9-13%. Dengan kondisi ini bila perekonomian diasumsikan mulai bergerak kembali di kwartal ketiga tahun 2020 maka pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang tahun 2020 kemungkinan besar hanya mencapai 2,2% year on year dan laju pembentukan modal tetap domestik bruto akan terkontraksi sekitar 1% year on year.

Kondisi ekonomi Indonesia makin berat akibat ketergantungan impor produk pangan, energy dan bahan baku. Ketergantungan kita yang tinggi terhadap arus investasi menyebabkan turun tajamnya ketersedian barang modal dan pasokan mesin produksi. Mengkerutnya perekonomian China menyebabkan arus produksi dan ekspor Indonesia terganggu. Hal ini terefleksi dalam turunnya indeks produksi industri dan turunnya pemanfatan kapasitas produksi. Pola ketergantunan ini juga menyebabkan menipisnya stok persedian beberapa kelompok jenis barang dan pangan mengalami supply shock.

Kenaikan Pengguran

Mengacu pada komposisi angkatan kerja berdasarkan klasifikasi sektor ekonomi jenis usaha terdapat 56% angkatan kerja Indonesia berada di sektor informal, sedangkan dari durasi jam kerja terdapat seperempat angkatan kerja Indonesia kerja paruh waktu atau setengah menganggur. Sedangakan krisis yang simultan ini berpotensi menambah jumlah pengangguran terbuka sebanyak 3,5-8,5 juta orang di sepanjang tahun 2020. Ini artinya tingkat pengangguran berpotensi naik dari kisaran 5,2-5,3% saat ini menjadi 7,7% (moderat) sampai 10,3% (berat).

Sektor yang terdampak langsung krisis 2020 ini meliputi jasa, pariwisata, perhotelan, transportasi, Terjadinya demand shock akibat terhentinya arus turis terlihat di sektor pariwisata, hotel dan transportasi di sentra-sentra turisme Indonesia seperti Bali dan Yogya. Penurunan tajam dalam mobilitas penduduk sebagai konsekuensi dari pembatasan sosial, telah menyebabkan kontraksi di beberapa sektor, misalnya konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi, dan jasa hiburan. Diperkirakan indikasi bahwa turunya aktivitas di berbagai sektor ekonomi cukup tajam, bervariasi antara 35-55%.

Kebijakan Fiskal
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1411 seconds (0.1#10.140)