Keserumpunan Budaya Melayu: Adaptasi Mahasiswa Indonesia di Malaysia

Senin, 02 Oktober 2023 - 12:38 WIB
loading...
Keserumpunan Budaya Melayu: Adaptasi Mahasiswa Indonesia di Malaysia
Fitria Ayuningtyas, Dosen Program Studi S2 Ilmu Komunikasi, FISIP, Politik, UPNVJ. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Fitria Ayuningtyas
Dosen Program Studi S2 Ilmu Komunikasi, FISIP
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
fitria.irwanto@upnvj.ac.id

TULISAN ini terinspirasi dari salah satu lulusan terbaik Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang juga merupakan salah satu jebolan dari IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) tahun 2022 yaitu Muhammad Rezky Syahputra Kamal. Rezky panggilan akrabnya, merupakan IISMA 2022 Awardee di Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia.

Adapun IISMA merupakan skema beasiswa dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mendanai program mobilitas pelajar Indonesia ke universitas di luar negeri, sehingga diharapkan para mahasiswa yang lolos IISMA ini mempunyai pengalaman berharga dan pengetahuan yang baru dari negara lain. Rezky pun membuktikan walaupun aktif berorganisasi maupun kegiatan di luar kampus, tetapi tidak membuatnya tidak lulus tepat waktu. Rezky meraih gelar S1 nya tepat 4 tahun atau setara dengan 8 semester.

Beradaptasi dengan lingkungan baru bukanlah sesuatu hal yang mudah bagi beberapa orang. Banyak orang Indonesia yang memutuskan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Malaysia menjadi salah satu favorit tujuan pendidikan selanjutnya bagi para pelajar Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari (Badan Statistik UNESCO, 2022), disebutkan bahwa Malaysia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara tujuan pendidikan terpopuleruntuk pelajar asal Indonesia dengan jumlah siswa 8.440 orang pada tahun 2022. Malaysia sendiri pun menyatakan dirinya punya kualitas pendidikan yang berada di atas Indonesia yang menjadikan hal ini menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa pelajar internasional yang ingin memilih Malaysia.

Malaysia merupakan sebuah negara yang banyak dikira oleh orang Indonesia memiliki kebudayaan dan bahasa yang sangat mirip dengan Indonesia yang menjadikan banyak orang mengira bahwa beradaptasi dengan budaya dan bahasa di Malaysia merupakan suatu hal yang mudah.

Seperti kita ketahui, Indonesia dan Malaysia mendefinisikan dirinya sebagai orang Melayu, dimanamereka menyebut dirinya serumpun. Berbagai literatur diterbitkan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam sering menyebut bahwa mereka adalah orang Melayu dan memiliki keturunan yang sama.

Adapun asal usul kata Melayu pertama kali muncul dalam catatan sejarah sekitar abad kedua masehi. Claudius Ptolemaeus atau lebih dikenal dengan Ptolemy menyebutkan adanya tanjung di Semenanjung Melayu bernama Maleuo-kolon, yang diyakini berasal dari bahasa Sansekerta Malaya yaitu kolam.

Orang Melayu bisa dikatakan sudah mulai berdatangan ke Indonesia pada abad ke-7, dan hal ini diperkuat dengan bukti dengan bangsa Melayu telah menjadi bagian dari Kerajaan Sriwijaya.

Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya mengalami masa kejayaan relatif cepat karena lokasinya yang sangat strategis di Selat Malaka, menjadi pusat perdagangan penting selama berabad-abad lamanya. Banyak saudagar dari timur dan barat serta dari Kepulauan Nusantara bertemu dan mengadakan transaksi dagang. Tentu saja bahasa Melayu, atau semacam bahasa Melayu kuno, menjadi bahasa para saudagar itu.

Itulah sebabnya bahasa Melayu menjadi bahasa resmi Kerajaan Sriwijaya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat kegiatan manusia dan pusat administrasi kerajaan dan daerah-daerah taklukannya.

Selain itu, Sriwijaya juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan. Menurut Mees, Sriwijaya mendirikan suatu perguruam tinggi Buddha yang mahasiswanya datang dari semua penjuru kawasan yang dikuasainya.

Beberapa dari mahasiswa bahkan datang dari kerajaan-kerajaan Champa dan Kamboja. Bahasa pengantar pada perguruan tinggi dan pusat-pusat pendidikan lainnya adalah bahasa melayu kuno atau lingua franca Kw’en Lun. Hal ini memperkuat bukti bahwa hubungan antara Indonesia dan Melayu Malaysia telah terjalin sejak dahulu kala (Venus, 2015).

Dengan berjalannya waktu, perkembangan di Malaysia sangatlah luar biasa di segala aspek termasuk salah satunya yaitu di bidang pendidikannya. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebagian besar masyarakat di dunia.

Banyak orang rela melakukan perjalanan jauh untuk belajar di universitas impiannya, di mana di dalamnya secara umum universitas yang dipilih adalah universitas-universitas terkemuka di dunia. Setengah abad silam, pendidikan Malaysia memang jauh tertinggal dari Indonesia.

Malaysia banyak mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk berguru ke Nusantara. Namun setelah era itu, keadaan terbalik. Pendidikan Malaysia melesat. Sehingga saat ini banyak sekali yang orang tua yang memutuskan untuk melanjutkan studi putra-putrinya di negeri Jiran itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ayuningtyas & Kamal (2023) dengan judul The Adaptation of Indonesian Students in Malaysia, ditemukannya metode-metode yang bervariatif dari para informan untuk dapat beradaptasi dengan budaya dan komunikasi yang ada di Malaysia. Tidak seperti yang kita duga, realita yang dihadapi para informan dalam beradaptasi merupakan suatu hal yang tidak begitu mudah, walaupun budaya dan bahasa yang dimiliki antar kedua negara tidaklah begitu jauh.

Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan terdapat beberapa mahasiswa Indonesia yang melakukan hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa setempat. Hal tersebut dilakukan untuk dapat memahami kebiasaan apa yang dilakukan mahasiswa setempat dalam kehidupan sehari-hari. Ini membantu mahasiswa Indonesia untuk membiasakan atau beradaptasi dengan kebiasaan mahasiswa setempat.

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa terdapat mahasiswa Indonesia yang beradaptasi dengan budaya yang ada di sekitar kampusnya melalui jenis kulinernya yang ada. Diketahui mahasiswa Indonesia banyak mencoba atau mencicipi makanan yang berasal dari Khas Melayu, Tionghoa dan juga India untuk mengetahui keunikan setiap masakan.

Dalam proses beradaptasi dengan lingkungan sekitar, mahasiswa Indonesia pun mempunyai cara tersendiri untuk bisa beradaptasi dengan hal tersebut. Mayoritas mahasiswa Indonesia memilih untuk berinteraksi secara intensif dengan mahasiswa setempat untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dalam berbahasa Melayu.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1681 seconds (0.1#10.140)