Bukan Konspirasi, Pandemi Bisa Muncul di Mana Pun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Koordinator Tim Komunikasi Satgas Penanganan Covid-19 sekaligus penulis buku Sejarah Pandemi Arie Rukmantara menegaskan sepanjang sejarah belum ada organisasi atau satu orang yang ingin menyebarkan pandemi.
Hal ini menjawab pertanyaan bahwa pandemi bisa disebabkan oleh konspirasi. "Sepanjang sejarah, saya sendiri belajar sejarah di Universitas Indonesia dari mulai pandemi, wabah ditemukan di 1500-an sampai sekarang, belum ada satu organisasi atau satu orang yang konsisten secara terus-terusan 100 tahun kerjanya ingin menyebabkan atau menyebarkan pandemi," tegas Arie dalam diskusi 'Yang Terlupakan: Sejarah Pandemi Flu 1918' di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB , Jakarta, Senin (3/8/2020).
Arie pun menegaskan bahwa pandemi memiliki sifat sporadis. Dan, pandemi bisa muncul di belahan dunia mana pun. "Jadi satu organisasi pun nggak mungkin, jadi selalu sporadis pandemi itu. Jadi itu bisa ada di Mesir, bisa jadi ada di Yunani, bisa ada di South East Asia atau di Asia Tenggara. Lalu bisa muncul di mana pun di dunia," katanya.( ).
Bahkan, kata Arie, sejarah tentang pandemi terekam dalam buku-buku terutama dalam buku biografi. "Dan itu terekam oleh buku-buku sejarah yang bukan tentang wabah misalnya. Misalnya ini yang saya ketemukan ya, di bukunya Prof Slamet Iman Santoso ini menceritakan bahwa dia juga cerita sampai tukang kain kafan pun itu ya, itu saking ramainya sehingga harus menutup tokonya. Dan dibuka dengan paksaan oleh polisi gitu ya. Dan itu ditulis di dalam buku biografi, bukan buku wabah," ungkapnya.
Selain itu, Arie mengatakan ia menemukan fakta langsung tentang pandemi dengan mendatangi Tana Toraja. Di sana, kata Arie tergambar fakta-fakta bahwa pandemi pernah melanda Tana Toraja. Di Tana Toraja, kata Arie, ada jasad-jasad korban pandemi yang ditaruh di lubang-lubang gua. ( ).
"Akhirnya kita ketemu dengan Ketua Adat di sana yang bisa menggambarkan bahwa di sana sudah pernah ada pandemi dan mereka menceritakan pandemi seperti apa. Nah ini fakta ya, bahkan kita datang sendiri, ditunjukkan sendiri bahwa di Tana Toraja biasanya ditaruh di lubang-lubang di gua ya, ini ada yang berserakan. Menurut Tetua Adat itu, ini salah satunya atau pemuka ritual gitu ya ini adalah yang tidak sempat dikuburkan. Jadi diserakkan begitu saja ya karena ini korban pandemi, korban wabah," jelas Arie.
Hal ini menjawab pertanyaan bahwa pandemi bisa disebabkan oleh konspirasi. "Sepanjang sejarah, saya sendiri belajar sejarah di Universitas Indonesia dari mulai pandemi, wabah ditemukan di 1500-an sampai sekarang, belum ada satu organisasi atau satu orang yang konsisten secara terus-terusan 100 tahun kerjanya ingin menyebabkan atau menyebarkan pandemi," tegas Arie dalam diskusi 'Yang Terlupakan: Sejarah Pandemi Flu 1918' di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB , Jakarta, Senin (3/8/2020).
Arie pun menegaskan bahwa pandemi memiliki sifat sporadis. Dan, pandemi bisa muncul di belahan dunia mana pun. "Jadi satu organisasi pun nggak mungkin, jadi selalu sporadis pandemi itu. Jadi itu bisa ada di Mesir, bisa jadi ada di Yunani, bisa ada di South East Asia atau di Asia Tenggara. Lalu bisa muncul di mana pun di dunia," katanya.( ).
Bahkan, kata Arie, sejarah tentang pandemi terekam dalam buku-buku terutama dalam buku biografi. "Dan itu terekam oleh buku-buku sejarah yang bukan tentang wabah misalnya. Misalnya ini yang saya ketemukan ya, di bukunya Prof Slamet Iman Santoso ini menceritakan bahwa dia juga cerita sampai tukang kain kafan pun itu ya, itu saking ramainya sehingga harus menutup tokonya. Dan dibuka dengan paksaan oleh polisi gitu ya. Dan itu ditulis di dalam buku biografi, bukan buku wabah," ungkapnya.
Selain itu, Arie mengatakan ia menemukan fakta langsung tentang pandemi dengan mendatangi Tana Toraja. Di sana, kata Arie tergambar fakta-fakta bahwa pandemi pernah melanda Tana Toraja. Di Tana Toraja, kata Arie, ada jasad-jasad korban pandemi yang ditaruh di lubang-lubang gua. ( ).
"Akhirnya kita ketemu dengan Ketua Adat di sana yang bisa menggambarkan bahwa di sana sudah pernah ada pandemi dan mereka menceritakan pandemi seperti apa. Nah ini fakta ya, bahkan kita datang sendiri, ditunjukkan sendiri bahwa di Tana Toraja biasanya ditaruh di lubang-lubang di gua ya, ini ada yang berserakan. Menurut Tetua Adat itu, ini salah satunya atau pemuka ritual gitu ya ini adalah yang tidak sempat dikuburkan. Jadi diserakkan begitu saja ya karena ini korban pandemi, korban wabah," jelas Arie.
(zik)