Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut

Selasa, 19 September 2023 - 06:04 WIB
loading...
Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - "Siapa ingin mati bersama saya di Timor Timur ?" teriak Agustadi kepada anak buahnya. Ternyata hampir semua tunjuk jari, mulai dari Prada sampai tingkat di atasnya.

Agustadi Sasongko Purnomo merupakan salah satu Perwira Tinggi (Pati) yang cukup disegani di TNI AD. Selain kenyang dengan pengalaman tempur di medan operasi, Agustadi juga pernah menjadi orang nomor satu di TNI AD dengan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Masuk AKABRI yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) pada 1970, putra dari Moestomingah dan Soewarno Hardjokartono berhasil menyelesaikan pendidikannya tepat waktu pada 1974. Bahkan, Agustadi tercatat sebagai lulusan terbaik dan meraih penghargaan Adhi Makayasa. Atas keinginannya sendiri pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 6 Agustus 1962 ini memilih dan ditempatkan di Kostrad sebagai Danton 3/A/305/17.

Kecerdasan dan keberaniannya selama mengikuti pendidikan militer membuatnya terpilih menjadi salah satu prajurit yang diterjunkan ke medan operasi di Timor Timur (Timtim) yang sekarang bernama Timor Leste.



Dikutip dari buku berjudul “328 Para Battalion The Untold Stories of Indonesian Legendary” diceritakan, pagi itu Agustadi yang masih berpangkat Letnan Dua (Letda) tengah mengikuti Ton Yudha Wastu Pramuka Jaya dari Pusaka Ratu sampai Cikampek dengan jarak tempuh kurang lebih 25 Km. Tiba-tiba sebuah mobil Jeep putih yang dikemudikan Lettu CPM mendekati dan memerintah Agustadi untuk ikut bersamanya, "Ikut aku!".

Mendapat perintah tersebut, Agustadi bingung, dalam hati prajurit TNI AD yang dikemudian hari menjabat sebagai Pangdam Jaya ini bertanya-tanya, "Aku salah apa?" Kemudian, Agustadi dibawa naik mobil tersebut ke asrama dan disuruh mengemasi barang-barangnya.

Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut


Setelah barang dikemasi dan dimasukkan ke koper merah selanjutnya dititipkan ke Korum Yonif Linud 305. Pada saat itu Agustadi langsung diminta berangkat ke Yonif Linud 328 untuk selanjutnya berangkat menjalankan tugas operasi di Timor Timur dengan hanya membawa perlengkapan seadanya.



Agustadi kemudian menghadap Danyon Rudito. Saat itu, Agustadi diminta sebagai sukarelawan dengan diberi senjata, 400 butir peluru dengan pakaian biasa dan selembar jaket serta parasut yang baru. Dari Jakarta Agustadi bersama teman-teman diterbangkan menuju Kupang.

Pada 9 Desember 1975 Agustadi terjun pertama kali dengan pesawat yang berlubang karena terkena tembakan musuh. Agustadi terbang ke Baucau, Timor Timur untuk melaksanakan Operasi Serbuan Linud dalam satuan Yonif Linud 328/Dirgahayu. Operasi Linud kali ini menerjunkan 255 prajurit. Di dalam pesawat sebelum terjun, Agustadi melihat wajah-wajah yang takut.

Untuk membangkitkan semangat tempur, Agustadi Sasongko Purnomo memerintahkan para prajurit yang akan terjun untuk menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung. Seorang prajurit Tamtama bernama Suharno yang belum pernah terjun diperintahkan untuk menempelnya. “Jangan lebih dari 5 meter jaraknya,” kenang Agustadi dikutip Selasa (18/9/2023).

Dalam penerjunan tersebut, banyak prajurit yang terpisah dan mengalami cidera hingga patah kaki karena membentur batu karang, tertancap duri serat nanas dan sebagainya. Tidak sedikit pula yang gugur karena parasut tidak mengembang dan terkena tembak oleh sniper. Bahkan salah seorang Danbrig yang memimpin pasukan pun terkena ranjau karang. Dalam Operasi Linud tesebut sekitar 30% atau 85 prajurit menjadi korban.

Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut


Setibanya di Timor Leste, Letda Agustadi Sasongko Purnomo selaku Danton 3 Kompi A Yonif Linud 328 melakukan persiapan serangan ke Vamasse. Agustadi bersama pasukannya kemudian melakukan perjalanan sekaligus patrol sejauh 16 Km. Menjelang sampai di Vamasse, Agustadi memutuskan untuk berada di depan. Sorot lampu dari pihak musuh yang melakukan patroli mulai terlihat. Begitu juga suara deru mobil yang melintas mulai terdengar jelas.

Berkekuatan 4 tim, di mana masing-masing tim terdiri dari 6 personel, Agustadi berjalan secara pelan-pelan, merangkak dan tiarap kurang lebih 500 meter dalam waktu satu jam mendekati sasaran. Tepat pukul 04.00 WIT, seorang musuh yang sedang berjaga hendak buang air kecil. Dia berjalan kaki menuju Sersan Marman yang tengah bersembunyi.

Saat itu, pulalah tembakan terjadi karena Sersan Marman mau dikencingi. Agustadi yang tidak sempat menyetel senjatanya langsung terlibat pertempuran sengit. Patroli yang dipimpin Agustadi berhasil menyergap pos musuh yang berkekuatan 14 orang dan menewaskannya. Sementara di barisan Agustadi, seorang anggotanya bernama Elus gugur.

Pada saat pembersihan, Agustadi mendapat 3 roket. Sebagian senjata dibakar. Sambil menunggu bantuan, Agustadi menggendong Elus. Saat kehausan, ada seorang penjual "legen" semacam nira dari pohon Aren. Namun Agustadi punya firasat, bila orang ini adalah mata-mata musuh. Ketika digeledah, ternyata penjual tersebut membawa granat. Berkat kesigapannya, nyawa Agustadi pun selamat.

Kepemimpinan, keberanian dan ketajaman firasat Agustadi di medan operasi membawanya pada kemenangan demi kemenangan. Baru seminggu berada di medan perang di Timor Timur, Agustadi dan pasukannya sudah berhasil mendapatkan 11 pucuk senjata.

Pada 22 Desember 1975, gerakan Kompi dilanjutkan ke arah Barat untuk merebut, menduduki dan mempertahankan Kota Manatuto dengan menyusun pemerintahan sementara di kota tersebut. Karena pada pagi hari sudah ada pertempuran maka gerakan pengintaian diubah.

Rencana gerakan berikutnya merebut dan membersihkan Kota Lalea yang diduduki musuh dengan kekuatan 1 Peleton. Setelah melalui proses perkiraan yang cepat, diputuskan akan dilakukan serangan Batalyon dengan serangan pokok di sebelah kiri oleh Kompi C, dan di sebelah kanan dilakukan oleh Kompi B, sedangkan jam "J" pukul 11.00.

Agustadi bergerak dan berada di garis depan. Setelah menyusuri sungai dengan air yang sedang surut, Agustadi dan pasukannya sempat beristirahat di tepi Sungai Lalea. Agustadi kemudian teringat akan pertempuran Normandia yang dilakukan pada siang hari jam 11. Pada jam tersebut musuh menghadap matahari sehingga silau. Pertempuran kembali terjadi, nahas bagi Danton Kompi Senapan (Kipan) C saat melintas Sungai Lalea yang memiliki lebar 500 meter itu gugur tertembak musuh.

Sementara Kipan B berhasil menembus dari sayap kanan sampai masuk kota, puluhan musuh mati tertembak ataupun kena peluru mortir. Dalam perebutan kota Manatuto tidak ada pertempuran di dalam kota, karena lawan telah lari meninggalkan kota dan tidak melakukan perlawanan, sehingga kota Manatuto dapat dikuasai.

Ketika kembali ke Lalea, sekitar jam jam 04.00 pagi, Agustadi bersama anggotanya memergoki 4 orang musuh, di mana sebagian tidur dan sebagian lain sedang makan. Dalam jarak 20 meter mereka terlibat baku tembak. Musuh kocar- kacir dan dapat dikalahkan oleh Agustadi dan pasukannya.

Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut


Penugasan Letda Agustadi Sasongko Purnomo pertama ke Timor Timur sebagai Danton 2/A/328/17 berlangsung selama satu tahun lebih tiga bulan. Pada 1976, Agustadi pulang dari penugasan di Timor Leste. Selanjutnya, pada 1977 Agustadi mengikuti pendidikan Sus Ajen/Perwira Personel.

Setelah lulus pendidikan, Agustadi diangkat menjadi Pasipers di Batalyon 328. Bersamaan dengan itu, Wakil Kasum TNI Sanif berencana menghidupkan strategi perang Kujang Teritorial (Kuterimbat). Sebelum dibentuk sekolah, maka dibuat "percobaan" terlebih dahulu di Brigif 17.

Saat itu, Agustadi tiba-tiba dipanggil Panglima ABRI Jenderal TNI Faisal Tanjung. "Agustadi, kau jago perang, ya?" mendapat pertanyaan itu, Agustadi hanya diam tersipu-sipu malu. Jenderal Faisal Tanjung kemudian berujar, "Sopir Danyon, Abdullah bilang, kau bujangan, jago perang, kau ikut seleksi komandan Kuterimbat, berangkat ke Timor Timur!" Agustadi menjawab, "Siap".
Sebagai prajurit TNI, penugasan ke medan operasi merupakan sebuah kehormatan yang harus dijalankan. Agustadi kemudian diminta menjadi Wadanki dengan kekuatan personel sebanyak 160 prajurit yang terdiri dari gabungan tiga Batalyon.

Pada apel pagi, Agustadi mengumpulkan seluruh anggota Batalyon 328 kecuali perwira, di lapangan. "Siapa ingin mati bersama saya di Timor Timur?" kata Agustadi. Ternyata hampir semua tunjuk jari, mulai dari Prada sampai tingkat di atasnya.

Agustadi teriak lagi, "Siapa yang tidak tunjuk tangan, minggir!". Agustadi kemudian memerintahkan lagi, "Siapa yang isterinya hamil dan sakit, minggir!" Seleksi pun mengalami kesulitan karena yang dibutuhkan hanya satu peleton. Akhirnya, Agustadi sendiri yang memilih misalnya yang jago berkelahi dan yang berengsek. Merekalah sang pemberani.

Batalyon 328/Dirgahayu bergabung dengan 305/Tengkorak dengan pimpinan Jarwo dan Haryono, dan 330/Tri Dharma dengan Komandan Peletonnya Lettu Inf Toni SB Husodo. Pasukan gabungan ini mendapat latihan khusus sebelum berangkat ke Timor Timur.

Untuk memotivasi para prajurit, Agustadi menyatakan setelah selesai tugas dan berhasil, mereka akan berpangkat sersan. Pasukan ini kemudian ke Timor Timur dengan ditempatkan di Lalea. Saat Batalyon 328 bergerak ke sektor Timur, tepatnya di daerah Choque dan bertemu penduduk. Penduduk ketakutan karena pengalaman perang yang lalu. Batalyon 328 cukup ditakuti.

Keberhasilan Agustadi di medan operasi juga dibuktikan saat dipercaya untuk membersihkan daerah tersebut dari gerakan pengacau. Agustadi kemudian membuat pengumuman agar ibu-bu membuatkan ketupat jam 4 sebagai bekal untuk membuat gerakan. Pasukan akan bergerak ke Gunung Matabean. Pagi-pagi buta pasukan berangkat.

Agustadi sengaja membocorkan informasi tersebut agar musuh datang ke daerah tersebut. Tak lama kemudian, Agustadi mendapat informasi jika musuh sudah mengadang. Agustadi yang menggerakkan pasukan melalui daerah lain sudah mengendap di hutan kurang lebih dua hari. Saat musuh turun gunung. Pasukan yang telah siap dengan ujung larasnya langsung melakukan penyergapan dan musuh bisa dipatahkan.

Seminggu kemudian, Agustadi kembali mendapat informasi musuh akan turun gunung. Agustadi kemudian memanggil ibu-ibu untuk membuat tupat buat bekal operasi. “Saya perintahkan ke Sapari, Komandan Regu (Danru) 305 untuk menjaga titik tertentu pada jam tertentu karena musuh akan lewat. Betul, pada jam 12 siang, musuh turun gunung dan berhasil disergap,” ucap Agustadi.

Dalam penugasan selanjutnya, Danki C Kapten Inf Syaiful Islam mengumpulkan para Danton dan memberi Perintah Operasi (PO) serangan malam. Ketika itu, Peleton Letnan Agustadi Sasongko Purnomo Bawah Kendali Operasi (BKO) di Kompi C. Ketika para Danton ditanya kesiapannya, tetapi banyak yang beralasan, sehingga Peleton Letnan Agustadi Sasongko Purnomo diperintahkan berangkat.

Dankipan C/328, Kapten Inf Syaiful Islam bertanya kepada Agustadi Sasongko Purnomo, "Jam berapa nanti berangkatnya, Gus?" Agustadi Sansongko Purnomo menjawab, "Maaf komandan, kalau untuk urusan jam berangkat saya belum bisa menjawab sekarang. Nanti saja jam 22.00 saya akan laporkan kembali."

Kemudian, tepat pukul 22.00 Agustadi melaporkan rencana berangkatnya kepada Danki-C/328, yaitu pukul 00.03 (jam 12.03). Danki C bertanya, "Kenapa mesti lewat 3 menit?" Agus- tadi Sasongko Purnomo menjawab, "Embah bilang begitu komandan, mohon doa restunya semoga berhasil." Dankipan C/328 hanya terdiam.

Tepat pukul 00.03 sebanyak 22 prajurit dengan dikomandani oleh Agustadi Sasongko Purnomo berangkat menuju sasaran penyergapan di Osoliro. Perhitungan taktisnya bahwa pada waktu tengah malam itu musuh pasti tertidur lelap karena kelelahan pertempuran siang tadi. Mereka tidak membawa ransel. Mereka berbekal tekad dan banyak peluru sinar sambil merayap dan memanjat tebing

Pada saat serangan malam, sektor kiri dipimpin Lettu Inf Syamsu Mappareppa. Ketika sudah dekat sasaran yang jaraknya setengah kilometer, Letnan Agustadi Sasongko Purnomo menyampaikan kepada Syamsul Mappareppa bahwa musuh berkedudukan di Kampung Osoliro Matabean bercampur dengan rakyat.

Agustadi mengatakan, jika pasukannya berhasil merebut Osoliro musuh pasti akan meloloskan diri beramai- ramai ke arah peleton I/C/328 peleton Syamsul Mappareppa. Mereka akan berusaha menembus Sektor kiri Kipan C/328. Apabila butuh bantuan, segera tembakkan pistol sebagai isyarat dan peluru sinar. Agustadi menyampaikan akan membantu dengan tembakan SMR - M 60.

Ternyata perkiraan taktis Agustadi benar. Setelah kontak tembak dan berhasil menduduki bukit strategis Ossoliro, kekuatan musuh turun ke jurang ke arah kiri, berusaha menembus pertahanan Peleton Syamsul Mapareppa. Setelah melihat sinar pistol isyarat, dengan sigap Agustadi mengambil SMR M-60, diarahkan ke depan pertahanan Peleton Syamsul Mapareppa, akhirnya musuh turun ke jurang menuju pos Marinir, 10 di Quilicai yang berpesta ria malam itu. Sebagian lagi musuh bergerak ke Baguiah. Dikuasainya bukit Ossoliro membuat gerakan Yonif Linud 328 ke depan semakin lancar.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1058 seconds (0.1#10.140)