Keakuratan Peristiwa Bersejarah di Karya Fiksi Iksaka Banu
loading...
A
A
A
Handoko Widagdo
Pencinta Buku
SEPERTIkarya-karya sebelumnya, dalam novel “Rasina”, Iksaka Banu membangun kisah fiksinya berbasis sejarah jaman kolonial di Indonesia. Ciri khas karya Iksaka Banu adalah akuratnya peristiwa-peristiwa sejarah yang dipakai sebagai latar kisah fiksinya.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Iksaka Banu juga sangat peduli dengan detail tempat, ruang, suasana dan budaya – termasuk bahasa percakapan untuk memperkaya karyanya. Penggambaran yang detail tentang tempat, ruang, suasana dan budaya tersebut membuat pembacanya bisa menikmati masa kisah fiktif yang dituturkannya.
Dalam semua karya fiksi Iksaka Banu yang telah saya baca, ia selalu menggunakan tokoh orang Belanda atau keturunan Belanda yang berperilaku baik. Demikian pun dengan novel ini. Tokoh Joost Borsveld adalah seorang Landdrost (sharif), Jan Aldemaar Staalhart seorang Baljuw serta Henriek Cornelis Adam seorang juru tulis Belanda adalah tokoh yang berhati baik dan berusaha untuk hidup bersih dari suap.
Tokoh-tokoh baik dari kelompok yang dianggap jahat menunjukkan bahwa kejahatan atau kebaikan tidak melekat pada etnis/bangsa tertentu. Tokoh Joost, Staalhart dan Hendriek menunjukkan bahwa ada orang Belanda yang masih punya hati nurani dan berupaya untuk melindungi kemanusiaan.
Seperti novel Pangeran Dari Timur yang menggunakan dua plot dalam satu novel, Iksaka Banu juga menggunakan dua plot terpisah jaman pada novel Rasina. Pangeran Dari Timur yang ditulisnya bersama Kurnia Effendi mengisahkan tentang Raden Saleh, seorang pelukis terkenal asal Indonesia.
baca juga: Seribu Cinta, Seribu Buku, MNC Peduli dan Sekolah Regina Pacis Jakarta Gelar Donasi Buku
Dalam novel tersebut Iksaka Banu memakai plot jaman Raden Saleh dan plot jaman pergerakan. Teknik ini dipakai untuk memberi tafsir tentang dua pandangan yang berbeda tentang sosok Raden Saleh yang masih membekas sampai saat ini. Teknik plot ganda juga dipakai oleh Iksaka Banu dalam novel Rasina.
Berbeda dengan Pangeran Dari Timur, dua plot yang digunakan oleh Iksaka Banu dalam novel Rasina tidak bertujuan untuk mendialogkan dua pandangan yang berbeda tentang sosok/sejarah, melainkan untuk menambal bagian-bagian sejarah yang bolong tentang genosida di Kepulauan Banda oleh Belanda di abad 17.
Pencinta Buku
SEPERTIkarya-karya sebelumnya, dalam novel “Rasina”, Iksaka Banu membangun kisah fiksinya berbasis sejarah jaman kolonial di Indonesia. Ciri khas karya Iksaka Banu adalah akuratnya peristiwa-peristiwa sejarah yang dipakai sebagai latar kisah fiksinya.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Iksaka Banu juga sangat peduli dengan detail tempat, ruang, suasana dan budaya – termasuk bahasa percakapan untuk memperkaya karyanya. Penggambaran yang detail tentang tempat, ruang, suasana dan budaya tersebut membuat pembacanya bisa menikmati masa kisah fiktif yang dituturkannya.
Dalam semua karya fiksi Iksaka Banu yang telah saya baca, ia selalu menggunakan tokoh orang Belanda atau keturunan Belanda yang berperilaku baik. Demikian pun dengan novel ini. Tokoh Joost Borsveld adalah seorang Landdrost (sharif), Jan Aldemaar Staalhart seorang Baljuw serta Henriek Cornelis Adam seorang juru tulis Belanda adalah tokoh yang berhati baik dan berusaha untuk hidup bersih dari suap.
Tokoh-tokoh baik dari kelompok yang dianggap jahat menunjukkan bahwa kejahatan atau kebaikan tidak melekat pada etnis/bangsa tertentu. Tokoh Joost, Staalhart dan Hendriek menunjukkan bahwa ada orang Belanda yang masih punya hati nurani dan berupaya untuk melindungi kemanusiaan.
Seperti novel Pangeran Dari Timur yang menggunakan dua plot dalam satu novel, Iksaka Banu juga menggunakan dua plot terpisah jaman pada novel Rasina. Pangeran Dari Timur yang ditulisnya bersama Kurnia Effendi mengisahkan tentang Raden Saleh, seorang pelukis terkenal asal Indonesia.
baca juga: Seribu Cinta, Seribu Buku, MNC Peduli dan Sekolah Regina Pacis Jakarta Gelar Donasi Buku
Dalam novel tersebut Iksaka Banu memakai plot jaman Raden Saleh dan plot jaman pergerakan. Teknik ini dipakai untuk memberi tafsir tentang dua pandangan yang berbeda tentang sosok Raden Saleh yang masih membekas sampai saat ini. Teknik plot ganda juga dipakai oleh Iksaka Banu dalam novel Rasina.
Berbeda dengan Pangeran Dari Timur, dua plot yang digunakan oleh Iksaka Banu dalam novel Rasina tidak bertujuan untuk mendialogkan dua pandangan yang berbeda tentang sosok/sejarah, melainkan untuk menambal bagian-bagian sejarah yang bolong tentang genosida di Kepulauan Banda oleh Belanda di abad 17.