Politik Santuy atau Politik Baperan

Kamis, 07 September 2023 - 11:04 WIB
loading...
A A A
Berpolitik menjadi tidak asyik, karena harus mencari peluang-peluang agar mendapatkan suara signifikan, bahkan cenderung menghalalkan segala cara. Baik buruk tidak menjadi perhatian, halal haram tidak menjadi pertimbangan, asal simpati ataupun suara didapatkan. Politik identik dengan spekulasi, yang bagi orang yang memilih jalur ini membutuhkan "keberanian"-untuk mengganti istilah kenekatan.

Gaya Politik "Slenge'an" Kaesang

Tim Relawan Kaesang Menang ketika mendeklarasikan sebagai bakal calon wali kota dengan istilah "Depok Pertama", media mempertanyakan sebagai tanda "tidak percaya" dan "menuduh"-nya sebagai ajang gimmick. Memang tidak bisa dibedakan antara serius atau bercanda, karena keduanya sama ada pada diri Kaesang.

Apalagi ketika bersama group lawak difasiltiasi dalam PDP (Podkaesang Depan Pintu), yang dalam pengantarnya sebenarnya sudah ada Disclaimer sebagai wahana promosi produk UMKM. Tapi, sebenarnya tujuan akhirnya dapat ditebak, yakni ajang promosi menuju Depok Pertama. Sebab, setiap sesi selalu memunculkan secara berulang jargon "Depok Pertama" dan menanyakan kepada narasumber tentang kelayakan Kaesang merebut posisi Depok 1.

Politik "slenge'an" ditunjukkan ketika keluar statemen "kalau tidak suka, gak usah memilih." Atau komentarnya ketika direncanakan akan ada nonton bareng kompetisin Piala AFF Indonesia vs Vietnam, lalu "diserang" netizen akan dijadikan ajang kampanye.

Gibran merespon, "Yo wis, lain kali gini aja. Kalau ada event, saya akan bilang ke pengunjung, tidak usah nyoblos Gibran. Gampang to!" Padahal itu adalah kata-kata yang tabu diungkapkan seorang politisi, yang mendeklarasikan untuk tidak dipilih. Tapi baginya tidak masalah.

baca juga: Analis Komunikasi Politik Beberkan Cara Maksimalkan Peran Anak Muda di Dunia Politik

Hal yang sama respon Kaesang ketika ditanya kenapa milih Depok, juga dijawab dengan santainya, bahwa kalau di Solo dan sekitarnya khawatir menjadi pesaing kakaknya, Gibran Rakabuming, yang saat ini menjabat wali kota Solo. Dan banyak lagi kata-kata slenge'an lainnya. Ini akan menjadi gaya baru cara berpolitik generasi millenial, yang tidak bisa ditiru oleh generasi tua. Generasi muda harus mulai belajar cara berpolitik yang asyik ini.

Politik Serius

Beberapa pandangan para ahli termasuk filosof dan sufi, bahwa humor itu identik dengan ketidakseriusan sehingga dianggap membawa energi negatif. Dalam bahasa sufi ataupun bahasa agama, orang yang banyak tawa akan mematikan hati, dan jika hati mati maka tidak akan bisa menerima cahaya kebenaran, dan jika kebenaran tidak bisa memasuki hatinya, maka akan muncul selalu perilaku jahat, ujung-ujungnya akan masuk neraka. Maka, tidak aneh jika humor termasuk laghwun (kesia-siaan).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)