Siapa Mampu Imbangi Sosok Cak Imin sebagai Cawapres?

Sabtu, 02 September 2023 - 12:25 WIB
loading...
Siapa Mampu Imbangi Sosok Cak Imin sebagai Cawapres?
Ketua Umum PKB Cak Imin didampingi istrinya Rustini Murtadho (kiri) saat menziarahi makam kakeknya sekaligus pendiri NU KH Bisri Syansuri di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar, Jombang. Foto/ANTARA
A A A
JAKARTA - Sejumlah figur dinilai mampu mengimbangi ketokohan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar ( Cak Imin ) yang dipinang menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan. Sejumlah tokoh tersebut seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hingga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan semua figur cawapres yang masuk 10 besar bisa mengimbangi bahkan unggul dari Cak Imin. Dia mengatakan, sejumlah figur tersebut Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Kemudian, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, bahkan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. “Semua nama itu kalau disandingkan dengan Prabowo atau Ganjar dapat mengimbangi Cak Imin,” kata Djayadi Hanan kepada SINDOnews, Sabtu (2/9/2023).





Sementara itu, Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan semua tokoh Nahdlatul Ulama (NU) layak menjadi saingan Cak Imin. “Kalau head to head semua tokoh NU itu layak menjadi saingan Cak Imin. Mereka punya rekam jejak dan kapabilitas yang tak kalah dengan Cak Imin,” kata Fadhli.

Namun, kata dia, politik tidak hanya bicara soal itu. Dia melanjutkan, perlu strategi untuk mengusung kandidat, sehingga dapat diterima semua kalangan, bukan hanya satu kelompok, etnis, atau wilayah. “Nah, untuk menarik suara pemilih, yang perlu dibangun salah satunya adalah sentimen. Maka saya kira peluang itu lebih ada pada Bu Khofifah. Sentimen perempuan dan ke NU-annya akan lebih menonjol untuk merebut suara pemilih,” tuturnya.

Terlebih, lanjut dia, pengalaman Khofifah memimpin salah satu provinsi besar dan merupakan basis massa NU akan menjadi nilai plus bagi wanita yang juga menjabat Ketua Umum PP Muslimat NU itu.



Hal senada dikatakan oleh Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. “Cawapres yang bisa redam suara Muhaimin tentu saja tokoh yang sama-sama dari NU, dan ini besar kemungkinan sedang dipikirkan oleh PDIP,” kata Dedi.

“Sementara Prabowo, tidak akan banyak lakukan perubahan, karena sejak awal terkesan mengikuti arahan Presiden Jokowi, untuk itu Prabowo tetap akan menimbang jika bukan Erick, maka mungkin saja Gibran,” sambungnya.

Menurut dia, manuver PKB yang menerima tawaran Partai Nasdem agar Cak Imin mendampingi bakal calon presiden Anies Baswedan umum terjadi dalam politik. “Tentu alasan paling mengemuka karena PKB tidak mendapat peluang yang baik di Gerindra,” ujar Dedi.



Dia berpendapat, hadirnya PKB di kubu Anies Baswedan ini cukup potensial, karena PKB adalah partai terbesar kelompok Nahdliyin, dengan basis di Jawa Timur, sebagian lainnya di Jateng. “Sehingga bisa meredam kekuatan PDIP yang usung Ganjar. Hanya saja, di Jawa Timur, Demokrat juga miliki porsi besar, akan sangat kuat jika Demokrat tetap berada di barisan,” imbuhnya.

Meski demikian, kata dia, elektabilitas PKB sejauh ini tidak sejalan dengan elektabilitas Muhaimin. “Inilah persoalannya, jika rival juga mengambil cawapres dari tokoh NU, maka Muhaimin akan kian kesulitan mengondisikan suara. Koalisi tentu perlu merubah nama dan tagline jika tidak solid, dan itu bukan persoalan,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, yang mungkin bisa sedikit dipastikan, ada dua kemungkinan terjadi dengan hengkangnya PKB ke kubu Anies. “Pertama, Gerindra alami kekhawatiran kehilangan suara NU di Jatim dan Jateng. Kedua, peluang Prabowo bersanding dengan Erick atau Gibran kian terbuka,” ucapnya.

Dia juga melihat kemarahan Partai Demokrat cukup beralasan secara personal menyikapi duet Anies-Cak Imin. “Tetapi berlebihan dari sisi organisasi politik, karena faktanya keputusan cawapres yang saat ini diambil, masih sesuai dengan piagam koalisi, di mana Anies Baswedan diberi kewenangan menentukan cawapres,” ucapnya.

Di luar itu, kata dia, iklim koalisi saat ini masih dinamis, belum ada ketetapan, dan justru dengan kejelasan Anies menggandeng Muhaimin. Hal ini menurut dia, membuat koalisi yang ada akan segera mengambil keputusan lanjutan.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1292 seconds (0.1#10.140)