Akuisisi F-15EX, Jalan Terang Menuju Supremasi-Superioritas Udara
loading...
A
A
A
Dinamika belanja pesawat tempur kelas fighter secara besar-besaran yang ditunjukkan Menhan Prabowo belakangan ini, sudah barang tentu akan menggenjot secara signifkan kuantitas dan kualitas kekuatan udara Indonesia. Lantas untuk apa? Demikian pertanyaan yang muncul di publik. Apakah untuk sekadar mengganti pesawat tempur yang telah dinon-aktifkan seperti F-5 Tiger? Untuk mengejar target Minimum Essential Force (MEF) III yang berakhir pada 2024 (2000-2024)? Ataukah ada target lebih besar yang ingin dicapai TNI?
Penentu Perang Modern
‘’Kuasailah udara untuk melaksanakan kehendak nasional karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern”. Demikian penggalan pidato Presiden pertama RI, Soekarno yang disampaikan pada Upacara Peringatan Hari AURI Ke-9, 9 April 1955.
Petikan yang disampaikan kembali oleh Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada peringatan HUT ke-77 TNI AU (9/4/2023) tersebut bukanlah tanpa arah dan makna. Satu sisi kekuatan udara yang kuat mutlak diperlukan menghadapi ancaman keadaulatan negara, dan di sisi lain menjadi variabel penting untuk memenangkan peperangan seperti terjadi pada Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk, Perang Balkan, hingga Perang Rusia-Ukraina.
Dicontohkan KSAU, perang Rusia-Ukraina menunjukkan bagaimana pentingnya dominasikekuatan udara (air power), baik melibatkan pesawat berawak, tak berawak, dan berbagai varian alutsista udara dengan persenjataannya. Begitu juga bagi Indonesia, kekuatan udara nasional berperan penting menjaga kedaulatan NKRI di udara. Dengan keberadaan pesawat tempur andal, TNI AU akan disegani di kawasan.
Karena itulah, TNI harus terus meningkatkan kapasitas seiring tantangan tugas dan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya kemajuan teknologi kedirgantaraan. Seperti terlihat dalam lima tahun terakhir, TNI AU mengoptimalkan berbagai alutsista modern, baik pesawat tempur, pesawat transpor, helikopter, pesawat UAV, radar, rudal, ataupun sejumlah alutsista udara lainnya.
Fadjar Prasetyo dalam bukunya berjudul “Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan”, meyakini airpower atau kekuatan udara dan domain space power memiliki peran strategis dalam konteks peperangan modern. Untuk itu, TNI AU melalui rencana strategis berupaya membangun kemampuan tersebut.
Beberapa tahun sebelumnya, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat menyerahkan jabatan KSAU kepada MarsekalTNIYuyu Sutisna pada Januari 2018 telah membeberkan proyeksi Pembangunan TNI mencapaisupremasi udara (air supremacy)dankeunggulan udara (air superiority). Kekuatan itu mensyaratkan kekuatan pemukul udara strategis untuk menghadapi duatrouble spotsdalam bentuk komposit yang berisi pesawat-pesawat tempurmulti-roledari generasi empat setengah.
baca juga: TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?
Hadi Tjahjanto juga menyebut, pembangunan TNI Angkatan Udara juga diarahkan pada kemampuan mobilitas serta proyeksi kekuatan pada lingkup nasional, regional dan global. Dengan begitu sistem pertahanan udara harus diintegrasikan dengan matra lainnya dalam suatu jaringan bertempur atauNetwork Centric Warfare(NCW).Pada pembangunan kekuatan selanjutnya juga akan mengaplikasikan konsep berperang denganUnmanned Combat Aerial Vehicles(UCAV) berbasis internet.
Penentu Perang Modern
‘’Kuasailah udara untuk melaksanakan kehendak nasional karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern”. Demikian penggalan pidato Presiden pertama RI, Soekarno yang disampaikan pada Upacara Peringatan Hari AURI Ke-9, 9 April 1955.
Petikan yang disampaikan kembali oleh Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada peringatan HUT ke-77 TNI AU (9/4/2023) tersebut bukanlah tanpa arah dan makna. Satu sisi kekuatan udara yang kuat mutlak diperlukan menghadapi ancaman keadaulatan negara, dan di sisi lain menjadi variabel penting untuk memenangkan peperangan seperti terjadi pada Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk, Perang Balkan, hingga Perang Rusia-Ukraina.
Dicontohkan KSAU, perang Rusia-Ukraina menunjukkan bagaimana pentingnya dominasikekuatan udara (air power), baik melibatkan pesawat berawak, tak berawak, dan berbagai varian alutsista udara dengan persenjataannya. Begitu juga bagi Indonesia, kekuatan udara nasional berperan penting menjaga kedaulatan NKRI di udara. Dengan keberadaan pesawat tempur andal, TNI AU akan disegani di kawasan.
Karena itulah, TNI harus terus meningkatkan kapasitas seiring tantangan tugas dan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya kemajuan teknologi kedirgantaraan. Seperti terlihat dalam lima tahun terakhir, TNI AU mengoptimalkan berbagai alutsista modern, baik pesawat tempur, pesawat transpor, helikopter, pesawat UAV, radar, rudal, ataupun sejumlah alutsista udara lainnya.
Fadjar Prasetyo dalam bukunya berjudul “Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan”, meyakini airpower atau kekuatan udara dan domain space power memiliki peran strategis dalam konteks peperangan modern. Untuk itu, TNI AU melalui rencana strategis berupaya membangun kemampuan tersebut.
Beberapa tahun sebelumnya, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat menyerahkan jabatan KSAU kepada MarsekalTNIYuyu Sutisna pada Januari 2018 telah membeberkan proyeksi Pembangunan TNI mencapaisupremasi udara (air supremacy)dankeunggulan udara (air superiority). Kekuatan itu mensyaratkan kekuatan pemukul udara strategis untuk menghadapi duatrouble spotsdalam bentuk komposit yang berisi pesawat-pesawat tempurmulti-roledari generasi empat setengah.
baca juga: TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?
Hadi Tjahjanto juga menyebut, pembangunan TNI Angkatan Udara juga diarahkan pada kemampuan mobilitas serta proyeksi kekuatan pada lingkup nasional, regional dan global. Dengan begitu sistem pertahanan udara harus diintegrasikan dengan matra lainnya dalam suatu jaringan bertempur atauNetwork Centric Warfare(NCW).Pada pembangunan kekuatan selanjutnya juga akan mengaplikasikan konsep berperang denganUnmanned Combat Aerial Vehicles(UCAV) berbasis internet.