Sisi Buram Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tanpa Mandatory Spending

Rabu, 09 Agustus 2023 - 16:44 WIB
loading...
A A A
Dalam sejarah, disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Amirul Mukminan Umar bin Abdul Azis, khalifah Bani Umayyah kedelapan (memimpin antara tahun 717-720), keadilan dan kemakmuran sangat merata. Akibatnya tidak satu pun rakyat yang berhak menerima zakat atau santunan lainnya. Negara cukup fokus mengurus dan membiayai kepentingan umum.

UKM dan Mandatory Spending
Memang ada sebahagian orang berkata, “di daerah kami selama ini dana untuk kesehatan cukup saja bahkan boleh dikata berlebih.” Penyataan ini dapat dimengerti sebab peristiwanya terjadi sebelum berlakuknya UU Omnibus Kesehatan. Artinya, masih menggunakan UU No 36/2009 tentang Kesehatan yang memandatkan alokasi anggaran untuk kesehatan minimal 5% dari APBN dan minimal 10% dari APBD.

Karena itu pula, penulis berusaha memaknai dan mengategorikan pernyataan tersebut dalam tiga kemungkinan. Pertama, pemda memiliki komitmen tinggi untuk mengalokasikan anggaran di sektor kesehatan sesuai mandat UU No. 36 Tahun 2009. Kedua, kalau kemudian pengelola program merasa anggarannya berlebih berarti boleh jadi mereka kurang mampu membuat program UKM guna menyerap anggaran yang dialokasikan.

Ketiga, kemungkinan pengetahuannya tentang sehat dan hak sehat rakyat hanya terbatas pada penyembuhan dari penyakit. Artinya, kalau sudah membangun rumah sakit atau mendatangkan investor untuk membangun rumah sakit canggih, mendatangkan dokter spesialis, obat dan alat kesehatan terbaru, berarti tugasnya sudah selesai.

Padahal bila pemerintah pusat dan pemda tersebut mempelajari apa saja yang termasuk wilayah UKM dan kebutuhan masyarakat akan UKM, tentu tidak perlu cepat merasa puas hanya dengan membangun rumah sakit mewah. Dan juga tidak merasa kelebihan dana. Sebab wilayah UKM ini sangat luas dan seringkali tidak digubris dengan alasan kurangnya dana.

Bila memang benar ada daerah yang masih kelebihan dana setelah program kesehatannya ditunaikan maka sebaiknya kita uji dengan pertanyaan berikut ini. Pertama, sejauh mana pencapaian dalam menuntaskan beberapa penyakit menular seperti: scabies, tubeculosis, kusta, malaria, demam berdarah dengue, diare pada anak, kecacingan, dan lainnya. Dan juga sejauh mana kesiapannya untuk pencegahan bila terjadi epidemi dan pandemi?

Dua, sejauh mana pencapaian terkait sanitasi. Apakah masyarakatnya sudah sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan dan hidup tanpa pencemaran?

Tiga, apakah warganya telah berperilaku hidup sehat? Bagaimana perilaku penduduknya dalam membuang sampah? Apakah warganya masih banyak merokok? Bagaimana kebiasaan masyarakat dalam konsumsi gula dan garam? Dan apakah sudah memiliki regulasi terkait sampah, rokok, dan konsumsi gula garam?

Empat, apakah masyarakat telah menerapkan gizi seimbang? Apakah angka stunting dan gizi kurang sudah berkurang (bukan berkurang karena faktor meninggal dunia)?

Bagaiman dengan anemia pada remaja putri? Bagaimana perhatiannya terhadap obesitas yang merupakan memicu munculnya penyakit-penyakit degeneratif? Berikutnya apakah ketersediaan pangan masyarakat telah terjamin?
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1584 seconds (0.1#10.140)