Afrika Masa Depan Pertumbuhan Indonesia?
loading...
A
A
A
baca juga: 4 Fakta Afrika Selatan, Salah Satu Negara Paling Aman untuk LGBT di Afrika
Kerja sama perekonomian Indonesia-Afrika yang tak kalah pentingnya adalah terkait pembelian pesawat CN 235. Tercatat sejumlah negara sudah mengakusisi pesawat PT DI tersebut, seperti Burkina Faso dan Senegal. Bahkan Senegal, sejak 2011 sudah melakukan beberapa kali pembelian. Teranyar, Nigeria juga berancang-ancang mengakusisi pesawat buatan anak bangsa tersebut, termasuk produk teranyar N-219.
Untuk memperkuat kerja sama ekonomi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Melalui Indonesian Trade and Promotion Center(ITPC) Johanessburg bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria, mendatangkan 16pelaku bisnis makanan dan minuman. Di antara mereka ada sejumlah nama terkemuka seperti PT Mayora Indah, PT Forisa Nusapersada, PT Rodamas Inti Internasional, PT Indofood Sukses Makmur Tbk , Kalbe International, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Sumber Kopi Prima (Caffino), PT Pulau Sambu (Kara), dan Orang Tua Grup.
Sebelum agenda kunjungan ke Afrika Selatan untuk mempersiapkan kehadiran Presiden Jokowi pada KTT BRICS yang bakal digelar Agustus nanti, pada awal 2022 lalu Menko Luhut telah mengunjungi Kenya dan melakukan serangkaian pertemuan dengan Presiden Kenya, Dr William Samoei Ruto. Dalam pertemuan itu mereka membicarakan sejumlah isu seperti industri pertambangan berkelanjutan, pengembangan infrastruktur (green and smart port), kerja sama perkebunan kelapa sawit, transisi energi, sistem digitalisasi, dan hubungan perdagangan.
baca juga: Pacu Ekspor Produk Pangan Olahan Indonesia ke Afrika
Rangkaian kunjungan dilanjutkan ke Kongo. Di negeri tersebut, Luhut bertemu dengan Perdana Menteri RDK, Jean-Michael Sama Lukonde Kyenge. Isu kerja sama perekonomian masih menjadi bahasan utama, percepatan energi terbarukan, industri pertambangan yang berkelanjutan, dan pengembangan infrastruktur.
Selanjutnya Luhut menemui Presiden Republik Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa, dan mendiskusikan lima isu strategis untuk memperkuat kerja sama ekonomi. Di antaranya industri pertambangan berkelanjutan dan transisi energi, bidang kesehatan, pengembangan infrastruktur transportasi, kerja sama hutan lestari, dan ekonomi digital. Untuk infrastruktur transportasi, Indonesia mengusulkan kerangka kerja sama dalam bidang perkeretaapian.
Perlu Akselerasi
Beranjak dari fakta-fakta tersebut, perkembangan kerja sama Indonesia dengan Afrika menunjukkan perkembangan positif. Namun, capaian yang telah diraih serta mengingat besarnya peluang pasar Afrika dan urgensinya, Indonesia membuka peluang pasar non-tradisional untuk menghadapi berbagai dinamika yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan kemajuan negeri ini di masa depan, seperti ditunjukkan UE.
baca juga: Produk Indonesia Dijegal Uni Eropa, Mendag Bakal Garap Pasar Asia Selatan dan Afrika
Kerja sama perekonomian Indonesia-Afrika yang tak kalah pentingnya adalah terkait pembelian pesawat CN 235. Tercatat sejumlah negara sudah mengakusisi pesawat PT DI tersebut, seperti Burkina Faso dan Senegal. Bahkan Senegal, sejak 2011 sudah melakukan beberapa kali pembelian. Teranyar, Nigeria juga berancang-ancang mengakusisi pesawat buatan anak bangsa tersebut, termasuk produk teranyar N-219.
Untuk memperkuat kerja sama ekonomi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Melalui Indonesian Trade and Promotion Center(ITPC) Johanessburg bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria, mendatangkan 16pelaku bisnis makanan dan minuman. Di antara mereka ada sejumlah nama terkemuka seperti PT Mayora Indah, PT Forisa Nusapersada, PT Rodamas Inti Internasional, PT Indofood Sukses Makmur Tbk , Kalbe International, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Sumber Kopi Prima (Caffino), PT Pulau Sambu (Kara), dan Orang Tua Grup.
Sebelum agenda kunjungan ke Afrika Selatan untuk mempersiapkan kehadiran Presiden Jokowi pada KTT BRICS yang bakal digelar Agustus nanti, pada awal 2022 lalu Menko Luhut telah mengunjungi Kenya dan melakukan serangkaian pertemuan dengan Presiden Kenya, Dr William Samoei Ruto. Dalam pertemuan itu mereka membicarakan sejumlah isu seperti industri pertambangan berkelanjutan, pengembangan infrastruktur (green and smart port), kerja sama perkebunan kelapa sawit, transisi energi, sistem digitalisasi, dan hubungan perdagangan.
baca juga: Pacu Ekspor Produk Pangan Olahan Indonesia ke Afrika
Rangkaian kunjungan dilanjutkan ke Kongo. Di negeri tersebut, Luhut bertemu dengan Perdana Menteri RDK, Jean-Michael Sama Lukonde Kyenge. Isu kerja sama perekonomian masih menjadi bahasan utama, percepatan energi terbarukan, industri pertambangan yang berkelanjutan, dan pengembangan infrastruktur.
Selanjutnya Luhut menemui Presiden Republik Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa, dan mendiskusikan lima isu strategis untuk memperkuat kerja sama ekonomi. Di antaranya industri pertambangan berkelanjutan dan transisi energi, bidang kesehatan, pengembangan infrastruktur transportasi, kerja sama hutan lestari, dan ekonomi digital. Untuk infrastruktur transportasi, Indonesia mengusulkan kerangka kerja sama dalam bidang perkeretaapian.
Perlu Akselerasi
Beranjak dari fakta-fakta tersebut, perkembangan kerja sama Indonesia dengan Afrika menunjukkan perkembangan positif. Namun, capaian yang telah diraih serta mengingat besarnya peluang pasar Afrika dan urgensinya, Indonesia membuka peluang pasar non-tradisional untuk menghadapi berbagai dinamika yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan kemajuan negeri ini di masa depan, seperti ditunjukkan UE.
baca juga: Produk Indonesia Dijegal Uni Eropa, Mendag Bakal Garap Pasar Asia Selatan dan Afrika