Afrika Masa Depan Pertumbuhan Indonesia?

Senin, 17 Juli 2023 - 05:26 WIB
loading...
Afrika Masa Depan Pertumbuhan...
Ilustrasi: Win Cahyono/SINDONews
A A A
PEMBERITAAN Tanah Air sepekan kemarin diwarnai dengan munculnya nama negara-negara dari kawasan Afrika. Di antara berita yang tertangkap publik adalah keinginan sejumlah negara di benua hitam itu agar Indonesia melatih perwira dan bintara mereka. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto usai dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Senin (10/7/2023).

baca juga: Indonesia Bakal Berburu Daging ke Afrika

Prabowo merespons positif proposal tersebut, dan menyebut realitas itu mengindikasikan negara-negara di Afrika menghormati Indonesia dan menjadikannya sebagai panutan. Pada hari yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan rencana Indonesia mengalihkanekspor minyak kelapa sawit (CPO) dari Eropa ke Afrika Selatan. Langkah ini sebagai respons atas kebijakan kebijakan anti deforestasi European Union Deforestation-Free Regulations (EUDR).

Bahkan masih di pekan yang sama, mantan Menteri Perdagangan di era Presiden Gus Dur itu ternyata melawat ke beberapa negara di Afrika seperti Kongo dan Kenya untuk menjalin kerja sama dagang. Ia mengaku diperintah Presiden Jokowi membangun south-south collaboration. Ditegaskan, Indonesia harus berjuang sendiri untuk tumbuh menjadi negara maju, karena tidak ada negara maju di dunia ini yang mau melihat negara berkembang seperti Indonesia naik kelas menjadi negara maju.

baca juga: Lewat Ajang TEI, Produk dan Jasa Indonesia Siap Ekspansi Afrika

Apa yang disampaikan Prabowo menyiratkan betapa dekatnya negara-negara Afrika dengan Indonesia, hingga mereka berbondong-bondong mempercayakan pelatihan militer kepada Indonesia. Hal ini tidak berlebihan mengingat sepak terjang TNI lewat UN Keeping Force sudah begitu dikenal masyarakat di sejumlah negara Afrika yang pernah menjadi medan tugas TNI. Adapun pernyataan Luhut secara gamblang mengungkapkan kawasan Afrika bisa menjadi solusi pasar baru CPO pacaperlakuan diskriminatif UE terhadap produk andalan Indonesia.

Perkembangan positif yang mewarnai hubungan Indonesia dengan negara-negara di benua hitam tentu diharapkan tidak berhenti pada pelatihan militer atau ekspansi pasar CPO saja. Lebih jauh, bangunan kerja sama diperkuat dengan kerja sama bidang lain secara luas, dengan arah bersama-sama menggapai kemajuan dana kesejahteraan atau south-south Collaboration seperti dimaksud Jokowi. Sangat mungkin, masa depan Indonesia untuk menggapai pertumbuhan dan kemajuan ekonomi akan berada di Afrika.

Fondasi Kokoh

‘’Masa depan dunia ada di sekitar ekuator, di tangan kita, bangsa-bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua,’’ inilah pesan yang disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada KAA di Bandung, pada 2015 lalu. Subtansi pesan yang disampaikan mantan wali kota Solo itu jelas, bahwa kunci kemajuan dan kesejahteraan dunia di masa depan ada di dua benua itu. Namun, harapan tersebut hanya bisa terwujud bila Asia dan Afrika bisa memanfaatkan peluang yang ada.

baca juga: Genjot Ekspor, Afrika Pasar Potensial Sawit Indonesia

Bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika, lahirnya KAA telah membuka babak baru perjalanan sejarah setelah melewati periode gelap akibat penjajahan negara-negara barat. Presiden Soekarno yang menggagas KAA berupaya membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa di dua benua itu untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka, menolak ketidakadilan, dan menentang segala bentuk imprelialisme.

Perkembangan jaman menghadirkan dinamika dan tantangan berubah. Walaupun era kolonialisme telah berakhir, mayoritas bangsa-bangsa di Asia-Afrika masih sarat dengan ketidakadilan, kesenjangan dan kekerasan global. Melihat kondisi tersebut, Presiden mengajak kepada para pemimpin negara-negara Asia-Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, dengan membumikan semangat KAA di Bandung.

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengajak para pemimpin negara-negara Asia-Afrika bahu-membahu meningkatkan kesejahteraan, solidaritas, stabilitas dan penghargaan kepada hak asasi manusia agar bangsa-bangsa Asia-Afrika sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

baca juga: Prabowo Ungkap Indonesia Diminta Latih Tentara Banyak Negara Afrika

Secara khusus, hubungan Indonesia dan Afrika dipertajam lewat Africa Union (AU) atau Uni Afrika, organisasiregionalyangmenjadiwadahkerja samadan menyatukan seluruh negara di benua Afrika yang berjumlah 55 negara. Organisasi yang bermarkas di Addis Ababa, Ethiopia tersebut didirikan untuk menghapus sisa-sisa pengaruh penjajahan dan sistem apartheid, serta meningkatkan persatuan dansolidaritasdi antaranegara-negaraAfrika.

Pada KTT Uni Afrika, Januari 2015 di Addis Ababa, AU sepakat mengadopsi Agenda 2063 yang berisi visi dan rencana aksi untuk transformasi bidang sosial-ekonomi Afrika dalam jangka waktu 50 tahun ke depan. Selain itu, AU telah membentukThe African Continental Free Trade Area(AfCFTA) melalui penandatangananAfricanContinentalFreeTradeAgreementpadaExtraordianarySessionofthe ExecutiveCouncilbulan Maret 2018 di Kigali, Rwanda. Sejak 2012, Indonesia telah menjadi PermanentObserverAU.

baca juga: Indonesia-Nigeria Perkuat Kerja Sama Militer

Mulai saat itulah, Indonesia memanfaatkan setiap pertemuan untuk memperkuat kerja sama dengan AU. Beberapa bentuk kerja sama konkret seperti program pelatihan dan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan Indonesia, sepertipelatihan aquakultur, teknologi agrikultur, memfasilitasi perdagangan dan investasi di negara-negara Afrika. Indonesia dan AU juga menyelenggarakan Indonesia-AfricaForum, Indonesia-AfricaInfrastructureDialogue(IAID).

Saat berbicara pada Africa Infrastructure Dialogue 2019, di Bali Nusa Dua Convention Center, (20/8/2022), Jokowi sudah mengungkapkan visinya meningkatkan kerja sama dengan Afrika. Ia mengatakan Indonesia ingin bersama negara-negara Afrika melakukan lompatan-lompatan kemajuan. Indonesia ingin bekerja sama. Indonesia siap berbagi pengalaman dan saling membantu untuk pembangunan infrastruktur.

Jokowi meyakinkan perusahaan BadanUsaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta di Indonesia sudah memiliki kekuatan dan pengalaman yang memadai. Termasuk, menggarap infrastruktur dengan tantangan geografis yang berat, di perkotaan, di kondisi iklim ekstrem, dan di lokasi dengan beragam adat budaya dan tradisi lokalnya.

baca juga: Indonesia dan Ethiopia Bangun Kerja Sama Pariwisata

Jokowi kemudian mengungkapkan keprihatinannya atas semakin lebarnya kesenjangan pembangunan antarnegara, dan pencapaian targetsustainable development goals, SDGs yang lamban. Menurut dia, kondisi tersebut tidak boleh terus berlanjut, apalagi menjadi norma baru. Untuk itulah, Jokowi mengajak Indonesia dan Afrika bersepakat memperkuat solidaritas demi memperbaiki keadaan kawasan dan dunia, dan mengubah ketidakpastian menjadi kepastian.

Lebih jauh Jokowi menekankan perang dagang harus dilawan dengan mengedepankan keterbukaan dan integrasi ekonomi; dan nasionalisme sempit harus dilawan dengan solidaritas global dan multilateralisme. “Kemitraan setara yang saling menguntungkan. Kemitraan selatan-selatan, perlu terus kita dorong. Artinya hanya ada satu kunci agar kita mampu bertahan menghadapi gejolak arus global, yaitu persatuan,” kata Presiden Jokowi.

Jokowi sekali lagi meyakinkan, jika bisa bersatu Indonesia dan Afrika adalah kekuatan besar. Jika bersatu Indonesia dan Afrika dapat mewujudkan mimpi-mimpi kemajuan. Jika bersatu Indonesia dan Afrika dapat melompat lebih tinggi bahkan berkali-kali lipat. “Indonesia siap dan sangat-sangat senang bekerja sama dengan saudara-saudara kami di Afrika. Saya ingin pastikan dan tekankan, Indonesia adalah teman yang terpercaya.Indonesia is your true partner, your trusted friend,”ujar Jokowi.

Capaian dan Perkembangan

Sejarah panjang hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika telah membentuk rasa saling percaya dan kerja sama di berbagai sektor, termasuk perekonomian. Untuk hubungan perekonomian, Afrika merupakan pasar non-tradisional bagi Indonesia, dengan nilai ekonomi yang tentu lebih rendah dibanding pasar tradisional Indonesia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Asia.

baca juga: Perguruan Tinggi Indonesia-Ethiopia Tingkatkan Kerja Sama

Kendati demikian, kerja sama perekonomian yang telah terjalin terbilang cukup bagus, mulai dari perdagangan, manufaktur, infrastruktur, perkebunan, hingga penjualan alutsista seperti pesawat terbang. Sektor manufaktur misalnya, sejumlah perusahaan nasional sudah menanamkan modalnya di beberapa negara Afrika. Perusahaan paling populer tak lain adalah Indomie .

Sejak 1995 perusahaan milik Salim Grup itu sudah memiliki tiga pabrik di Nigeria dan satu di Mesir. Di Ethiopia tercatat ada PT PT Sumber Bintang Rejeki melalui Sumbiri Intimate Apparel Plc dan sejumlah perusahaan lain. Sedangkan di Afrika Selatan, Pan Brother, Tbk mendirikan pabrik bersama perusahaan setempat.

Untuk bidang infrastruktur, PT WIKA pernah menggarah tiga proyek baru di Afrika dengan nilai mencapai USD356 juta atau sekitar Rp4,98 triliun. Ketiga proyek dimaksud adalah pelabuhan terminalliquid(bulk liquid terminal) di Zanzibar, Tanzania senilai USD40 juta; pembangunan kawasan bisnis terpadu (mixed used complex- Goree Tower) di Senegal (USD250 juta); pembangunan rumah susun (social housing) di Pantai Gading (USD66 juta). Pada akhir 2022, BUMN yang sama juga menggarap energi baru terbaruka dan mengekspor motor listrik GESITS ke Afrika.

baca juga: 4 Fakta Afrika Selatan, Salah Satu Negara Paling Aman untuk LGBT di Afrika

Kerja sama perekonomian Indonesia-Afrika yang tak kalah pentingnya adalah terkait pembelian pesawat CN 235. Tercatat sejumlah negara sudah mengakusisi pesawat PT DI tersebut, seperti Burkina Faso dan Senegal. Bahkan Senegal, sejak 2011 sudah melakukan beberapa kali pembelian. Teranyar, Nigeria juga berancang-ancang mengakusisi pesawat buatan anak bangsa tersebut, termasuk produk teranyar N-219.

Untuk memperkuat kerja sama ekonomi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Melalui Indonesian Trade and Promotion Center(ITPC) Johanessburg bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria, mendatangkan 16pelaku bisnis makanan dan minuman. Di antara mereka ada sejumlah nama terkemuka seperti PT Mayora Indah, PT Forisa Nusapersada, PT Rodamas Inti Internasional, PT Indofood Sukses Makmur Tbk , Kalbe International, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Sumber Kopi Prima (Caffino), PT Pulau Sambu (Kara), dan Orang Tua Grup.

Sebelum agenda kunjungan ke Afrika Selatan untuk mempersiapkan kehadiran Presiden Jokowi pada KTT BRICS yang bakal digelar Agustus nanti, pada awal 2022 lalu Menko Luhut telah mengunjungi Kenya dan melakukan serangkaian pertemuan dengan Presiden Kenya, Dr William Samoei Ruto. Dalam pertemuan itu mereka membicarakan sejumlah isu seperti industri pertambangan berkelanjutan, pengembangan infrastruktur (green and smart port), kerja sama perkebunan kelapa sawit, transisi energi, sistem digitalisasi, dan hubungan perdagangan.

baca juga: Pacu Ekspor Produk Pangan Olahan Indonesia ke Afrika

Rangkaian kunjungan dilanjutkan ke Kongo. Di negeri tersebut, Luhut bertemu dengan Perdana Menteri RDK, Jean-Michael Sama Lukonde Kyenge. Isu kerja sama perekonomian masih menjadi bahasan utama, percepatan energi terbarukan, industri pertambangan yang berkelanjutan, dan pengembangan infrastruktur.

Selanjutnya Luhut menemui Presiden Republik Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa, dan mendiskusikan lima isu strategis untuk memperkuat kerja sama ekonomi. Di antaranya industri pertambangan berkelanjutan dan transisi energi, bidang kesehatan, pengembangan infrastruktur transportasi, kerja sama hutan lestari, dan ekonomi digital. Untuk infrastruktur transportasi, Indonesia mengusulkan kerangka kerja sama dalam bidang perkeretaapian.

Perlu Akselerasi

Beranjak dari fakta-fakta tersebut, perkembangan kerja sama Indonesia dengan Afrika menunjukkan perkembangan positif. Namun, capaian yang telah diraih serta mengingat besarnya peluang pasar Afrika dan urgensinya, Indonesia membuka peluang pasar non-tradisional untuk menghadapi berbagai dinamika yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan kemajuan negeri ini di masa depan, seperti ditunjukkan UE.

baca juga: Produk Indonesia Dijegal Uni Eropa, Mendag Bakal Garap Pasar Asia Selatan dan Afrika

Dari sisi penduduk misalnya, Afrika bukan hanya merupakan benua terbesar kedua setelah Asia dengan luas 30,37 juta km2, tapi juga wilayah bumi kedua yang paling banyak dihuni manusia setelah Asia, yakni 1,216 miliar berdasar sensus 2016 lalu. Jumlah itu tentu sangat menggiurkan bila bisa dikonversi menjadi pasar produk-produk Tanah Air.

Selain besarnya populasi, perekonomian Afrika mengarah ke tren stabil dan positif. Untuk 2023-2024 misalnya. Walaupun perekonomian global masih diperkirakan masih bergejolak, Bank Pembangunan Afrika dalam laporan ‘Prospek Ekonomi Makro Afrika(MEO)2023, memproyeksikan PDB rata-rata Afrika akan stabil pada 4%, naik dari 3,8% pada 2022. Kinerja positif tersebut akibat tingginya permintaan komoditas, karena banyak negara -negara mencari alternatif pangan dan energi sebagai respons perang Rusia vs Ukraina.

Bank Pembangunan Afrika menyebut, Afrika merupakan harta karun bagi investor cerdas global. Kendati demikian, kawasan ini harus berjuang untuk tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, ekonomi yang lebih inklusif, dan ketahanan yang lebih besar terhadap guncangan eksternal.

Berdasar data tersebut, Afrika merupakan entitas negara-negara yang sangat strategis untuk mendorong pertumbuhan dan kemajuan Indonesia. Perspektif tentang besarnya peluang tentu saja bukan hanya dilihat Indonesia, tapi banyak negara-negara lain yang memiliki kepentingan sama, termasuk China dalam dekade ini menunjukkan agresivitas di Afrika.

baca juga: Daftar 20 Negara Lolos Piala Dunia U-20 di Indonesia: Gambia dan Tunisia Lengkapi Wakil Afrika

Karena itu, Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain melakukan akselerasi untuk menggarap pasar, mengintensifkan kerja sama ekonomi, dan membangun kolaborasi dengan negara-negara Afrika. Kerja sama bukan hanya melibatkan antarpemerintah, tapi juga BUMN dan perusahaan swasta.

Dibanding negara-negara lain, peluang Indonesia untuk mewujudkan tujuan tersebut lebih besar, mengingatkan sejarah panjang hubungan Indonesia-Afrika dan tingginya tingkat kepercayaan banyak negara Afrika terhadap Indonesia. Apalagi kepercayaan telah diperkuat dengan kapasitas Indonesia membangun proyek infrastruktur, seperti ditunjukkan WIKA maupun kemampuan teknologi pesawat terbang lewat PT DI.

Kehadiran Jokowi ke Afrika Selatan untuk menghadiri KTT BRICS dan diagendakan mengunjungi beberapa negara Afrika lain merupakan momen tepat untuk mengakselerasi kerja sama dan kolaborasi, serta memanfaatkan momentum tren positif dalam bidang perekonomian untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian dan mencapai kemajuan bersama di masa mendatang.

Selain memaksimalkan sektor perdagangan, manufaktur, infrastruktur, pengalaman Indonesia dalam sektor energi dan hilirisasi bahan tambang juga bisa menjadi opsi strategis untuk digarap, mengingatkan negara-negara Afrika memiliki sumber daya alam yang sangat besar.(*)

(hdr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1161 seconds (0.1#10.140)