Haji Inklusif
loading...
A
A
A
Di bandara King Abdul Aziz kami disambut panitia lokal Jeddah dari KBRI. Setelah makan malam istirahat, dan disambung dengan tawaf ke Makkah.
Haji inklusif memang tepat. Karena komposisi jemaah yang lansia 30%, pelaksanaan dan layanan harus dengan semangat memberikan hak-hak lansia dan disabilitas. Fasilitas kruk, kursi roda, dan semangat menjalankan hak layanan lansia. Terlepas dari bagaimana mengemban amanah ini, kita berharap sukses dan berkah.
Keberanian langkah dan tema inklusif ini merupakan prestasi tersendiri. Dalam satu mobil berbincang-bincang dengan Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas antara Yogyakarta dan Magelang saat perayaan Waisak 5 Juni, beliau menekankan bahwa dari segi tema saja sudah mengandung makna ideologi kesetaraan, kemanusiaan, dan pelayanan.
Pelaksanaan tentu akan dipikul bersama-sama dan tidak ada yang biasa-biasa saja. Hasil yang luar biasa, harus dengan usaha yang luar biasa, dengan cara yang luar biasa juga. Begitu yang sering diungkap Gus Menteri di beberapa kesempatan.
Para petugas mempunyai kewajiban untuk memonitor dan memberikan evaluasi pelaksanaan. Beberapa cerita menarik tentang lansia sudah beredar di media cetak dan medisa sosial. Salah satunya adalah satu lansia sudah masuk pesawat untuk berangkat tiba-tiba teringat ayamnya di rumah yang belum diberi makan. Lansia tersebut minta turun untuk melaksanakan tugas makan ayam.
Pemahaman yang sederhana dan mengharukan. Ini adalah tantangan tersendiri bagi petugas untuk menolong. Lansia yang lain sudah berada dalam pesawat akan take off, namun merasa tidak berkumpul dengan keluarganya, minta diturunkan. Di dalam pesawat lansia itu meronta.
Terpaksa pilot tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menurunkan lansia tersebut dengan barang-barang bagasi dan kabin. Ada salah satu tiktok singkat dengan video yang lumayan viral. Petugas yaitu seorang Kanwil sedang menggotong Lansia untuk dipindahkan.
Tiktok singkat yang tersebar di Instagram tersebut meliput dengna alunan musik seorang petugas berbaju putih dan memakai tanda petugas menggotong ibu-ibu Lansia. Tentu inilah yang diharapkan sebagai amal nyata dalam menjaga mereka.
Baik petugas atau jemaah tentu berhak menyandang tidak hanya Pak dan Bu Haji, tetapi H I (Haji Inklusif). Layak, tetapi perlu perjuangan.
Haji inklusif memang tepat. Karena komposisi jemaah yang lansia 30%, pelaksanaan dan layanan harus dengan semangat memberikan hak-hak lansia dan disabilitas. Fasilitas kruk, kursi roda, dan semangat menjalankan hak layanan lansia. Terlepas dari bagaimana mengemban amanah ini, kita berharap sukses dan berkah.
Keberanian langkah dan tema inklusif ini merupakan prestasi tersendiri. Dalam satu mobil berbincang-bincang dengan Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas antara Yogyakarta dan Magelang saat perayaan Waisak 5 Juni, beliau menekankan bahwa dari segi tema saja sudah mengandung makna ideologi kesetaraan, kemanusiaan, dan pelayanan.
Pelaksanaan tentu akan dipikul bersama-sama dan tidak ada yang biasa-biasa saja. Hasil yang luar biasa, harus dengan usaha yang luar biasa, dengan cara yang luar biasa juga. Begitu yang sering diungkap Gus Menteri di beberapa kesempatan.
Para petugas mempunyai kewajiban untuk memonitor dan memberikan evaluasi pelaksanaan. Beberapa cerita menarik tentang lansia sudah beredar di media cetak dan medisa sosial. Salah satunya adalah satu lansia sudah masuk pesawat untuk berangkat tiba-tiba teringat ayamnya di rumah yang belum diberi makan. Lansia tersebut minta turun untuk melaksanakan tugas makan ayam.
Pemahaman yang sederhana dan mengharukan. Ini adalah tantangan tersendiri bagi petugas untuk menolong. Lansia yang lain sudah berada dalam pesawat akan take off, namun merasa tidak berkumpul dengan keluarganya, minta diturunkan. Di dalam pesawat lansia itu meronta.
Terpaksa pilot tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menurunkan lansia tersebut dengan barang-barang bagasi dan kabin. Ada salah satu tiktok singkat dengan video yang lumayan viral. Petugas yaitu seorang Kanwil sedang menggotong Lansia untuk dipindahkan.
Tiktok singkat yang tersebar di Instagram tersebut meliput dengna alunan musik seorang petugas berbaju putih dan memakai tanda petugas menggotong ibu-ibu Lansia. Tentu inilah yang diharapkan sebagai amal nyata dalam menjaga mereka.
Baik petugas atau jemaah tentu berhak menyandang tidak hanya Pak dan Bu Haji, tetapi H I (Haji Inklusif). Layak, tetapi perlu perjuangan.
(poe)