Profil Ki Bagoes Hadikoesoemo, Ketua Umum Muhammadiyah yang Jadi Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia

Kamis, 01 Juni 2023 - 16:30 WIB
loading...
Profil Ki Bagoes Hadikoesoemo, Ketua Umum Muhammadiyah yang Jadi Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia
Ki Bagoes Hadikoesoemo merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-5 yang memimpin pada tahun 1942 sampai 1953. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Ki Bagoes Hadikoesoemo merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-5 yang memimpin pada tahun 1942 sampai 1953. Selain itu, Ki Bagoes juga tercatat pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merancang UUD 1945.

Berkat jasanya sepanjang masa penjajahan dan kemerdekaan Indonesia, Ki Bagoes mendapatkan gelar Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia pada tahun 2015 lalu.


Profil Ki Bagoes Hadikoesoemo

Ki Bagoes Hadikoesoemo lahir pada 24 November 1890 di kampung Kauman Yogyakarta dengan nama R. Hidayat. Dia adalah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan agama Islam di Kraton Yogyakarta.

Sebagaimana umumnya keluarga santri, Ki Bagoes mendapat pendidikan agama dari orang tua dan beberapa tokoh Agama di Kauman. Usai menyelesaikan sekolahnya di Sekolah Ongko Loro, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Pesantren Wonokromo, Yogyakarta.

Dari pesantren ini Ki Bagoes mulai banyak belajar tentang kitab-kitab fikih dan tasawuf. Ketika menginjak usia 20 tahun, dia menikah dengan Siti Fatmah (putri Raden Haji Suhud) dan memperoleh enam anak.

Salah satu anaknya adalah Djarnawi Hadikusumo, yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah dan pernah menjadi orang nomor satu di Parmusi.

Setelah menikahi Siti Fatmah, Ki Bagoes kembali menikah dengan seorang wanita pengusaha dari Yogyakarta bernama Mursilah. Dari pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak.

Ki Bagus kemudian menikah lagi dengan Siti Fatimah (juga seorang pengusaha) setelah istri keduanya meninggal. Dari istri ketiga ini ia memperoleh lima anak.

Berkat kerajinan dan ketekunannya dalam mempelajari kitab-kitab terkenal Ki Bagoes mulai dikenal sebagai orang alim, mubaligh dan pemimpin umat.



Ki Bagoes bahkan sempat terlibat dalam penyusunan UUD 1945 sebagai salah satu anggota PPKI. Dia memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan.

Selain itu, Ki Bagoes juga pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926), dan Ketua PP Muham­madiyah (1942-1953).

Beberapa buah pemikirannya juga dituliskan dalam bentuk buku. Sepanjang masa hidupnya Ki Bagoes telah menulis beberapa buku seperti Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954).

Munculnya Ki Bagus Hadikusumo sebagai Ketua PB Muhammadiyah adalah pada saat terjadi pergo­lakan politik internasional, yaitu pecahnya perang dunia II.

Kendati Ki Bagus Hadikusumo menyatakan ketidak sediaannya sebagai Wakil Ketua PB Muham­madiyah ketika diminta oleh Mas Mansur pada Kongres ke-26 tahun 1937 di Yogyakarta, namun dirinya tidak dapat mengelak dari tanggung jawab tersebut.

Hal ini disebabkan karena Mas Mansur dipaksa menjadi anggota pengurus Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) di Jakarta pada tahun 1942.

Sepanjang kepemimpinannya di Muhammadiyah, Ki Bagoes Hadikusumo berani menentang perintah pimpinan tentara Jepang yang memerintahkan umat Islam dan warga Muhammadiyah melakukan upacara kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan pada Dewa Matahari.

Tercatat selama 11 tahun Ki Bagoes memimpin Pengurus Besar Muhammadiyah. Beliau wafat pada usia 64 tahun tanggal 4 November 1954.

Setelah meninggal, pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia oleh Presiden Jokowi pada 5 November 2015 melalui Keppres Nomor 116/TK/2015.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)