Jazz dan Pilpres

Minggu, 30 April 2023 - 15:18 WIB
loading...
A A A
Perkembangan musik jazz di Indonesia membuktikan bahwa apa yang dilihat Hancock ada benarnya. Jazz yang hadir di Indonesia ditandai dengan jejak Jack Lesmana, Bubi Chen, Bill Saragih, Maryono, Edi Tulis dan banyak lainnya era tahun enam puluhan sekarang berkembang sangat luas. Jika dulu jazz ada di hotel berbintang, pub atau restoran mahal yang dapat dinikmati kaum berduit sekarang masuk ke pasar tradisional, gunung dan lautan. Komunitas jazz tidak hanya di kota besar tetapi masuk ke pedesaan.

Dengan fakta yang ada bahwa jazz dapat melampaui hambatan, saling menerima sebagai bentuk mengurangi ketegangan antara orang-orang serta mendorong kesetaraan maka jazz tidak lagi dikatakan milik sekelompok orang. Kemudian jazz dijadikan simbol perdamaian, persatuan dan kebebasan berekspresi. Jazz juga memperkuat peran anak muda dalam perubahan sosial, mendorong kreativitas, inovasi, inklusi, dan improvisasi. Yang juga penting Jazz merangsang dialog antara berbagai kelompok orang.

Indonesia saat ini mulai masuk tahun politik, antara lain akan ada pemilihan presiden (Pilpres) dimana gesekan antara kelompok cenderung terjadi. Jika kita belajar dari filosofi jazz maka ketegangan dapat dikelola menjadi sesuatu yang positif. Ketegangan yang muncul karena perbedaan dalam jazz hanya bersifat sesaat, ketika antara musisi menunjukkan keahliannya dalam berimprovisasi. Improvisasi yang berbeda dalam jazz menghasilkan keindahan sehingga dapat dinikmati para penonton (rakyat) dan bermanfaat.

Cermati, usai para musisi jazz beradu keahlian (bicara) melalui alat musik masing-masing, setelah coda (lagu selesai) mereka saling tertawa. Ini tidak ubahnya dengan politisi yang beradu gagasan ketika memainkan lagu "pilpres" yang tetap menghormati pihak lain menjaga suasana harmonis sehingga dapat dinikmati rakyat. Seperti musik jazz yang main di panggung untuk penonton para politisi pun hadir di panggung politik untuk rakyat.

Dalam festival musik jazz di manapun diselenggarakan yang muncul adalah pemandangan para musisi dari berbagai dunia dengan budaya berbeda berkumpul berdiskusi. Mereka duduk di lobi hotel, di kedai kopi sekitar festival dan lainnya saling berkenalan berbagi pengalaman secara akrab. Malam hari mereka "bertarung" dalam bentuk koalisi band di panggung-panggung yang disediakan panitia merebut hati rakyat untuk menonton keahlian mereka. Siapa dapat tepuk tangan meriah maka ia dapat bintang (presiden).

Keindahan musik jazz sebagai musik yg demokratis kitab harapkan dapat direnungkan para politisi yang sebentar lagi naik panggung pertunjukan memainkan lagu pilpres. Memang, pertanyaannya seberapa banyak politisi kita mendengarkan musik jazz? Semoga Pilpres di Indonesia damai seperti kedamaian dalam jazz.
Selamat Hari Jazz Dunia!
(wur)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1833 seconds (0.1#10.140)