Jalan Terjal Anas Urbaningrum, Pejuang, dan Simbol Perlawanan Kriminalisasi Politik

Selasa, 11 April 2023 - 07:00 WIB
loading...
Jalan Terjal Anas Urbaningrum, Pejuang, dan Simbol Perlawanan Kriminalisasi Politik
Romadhon Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara (JASN). Foto/SINDOnews
A A A
Romadhon Jasn
Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara - JAN

Tepat pada hari Selasa, 11 April 2023 menjadi hari bersejarah bagi Anas Urbaningrum (AU). Pasalnya, AU akan menghirup udara bebas setelah dinyatakan selesai menjalani proses pertapaannya di Lapas Sukamiskin Bandung.

Bebasnya Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999 itu telah dinanti kerabat, kolega, loyalis, dan sahabat-sahabat AU dari pelbagai kalangan. Tak terkecuali dari kawan-kawan aktivis HMI dan KAHMI yang notabeni adalah organisasi yang pernah membesarkan Anas hingga berhasil mencapai puncak karier kematangan politik AU dengan berhasil mengukir sejarah dalam lanskap politik Indonesia menjadi Ketua Umum partai Demokrat termuda (the ruling party) saat itu.

Sampai detik ini, para loyalis, kolega, dan sahabat-sahabat AU termasuk keluarga besar HMI dan KAHMI meyakini Anas Urbaningrum adalah korban kriminalisasi politik rezim yang berkuasa saat itu.

Meminjam istilah Ma'mun Murod Al-Barbasy, Anas menjadi tumbal politik Cikeas dengan dikriminalisasi dan dihancurkan masa depan politik-Nya. Istilah Cikeas merujuk pada kediaman SBY yang saat itu menjadi seteru politik AU lantaran jagoannya kalah dalam kongres pemilihan Ketua Umum partai Demokrat di Bandung tahun 2010.

Anas sengaja ditumbalkan, dibunuh, dan dihancurkan masa depannya, serta dihabisi karier politik-Nya dengan dituduh terlibat dalam sejumlah kasus dugaan korupsi termasuk Wisma Atlet, Hambalang.

Meski di pengadilan tuduhan itu terbantahkan dan tidak dapat dibuktikan namun Anas tetap dijatuhi vonis bersalah dan dijatuhi hukuman yang sangat berat. Ironisnya, vonis itu tak sesuai dengan konstruksi pasal sangkaan dan tuduhannya sehingga banyak pihak mengkritik dan menggugat vonis hukuman AU.

Meski demikian, Anas tetap meyakini bahwa sangkaan, tuduhan, dan vonis hukuman itu dinilai tendensius dan sarat kepentingan politik. Keyakinan itu berdasarkan pada fakta-fakta persidangan yang sulit membuktikan tuduhan dan keterlibatan AU dalam kasus korupsi proyek Wistma Atlet, Hambalang.

Kejanggalan kasus yang menimpa AU bukan saja dipaksakan tetapi benar-benar hasil skenario penguasa yang menggunakan KPK sebagai alat "menggebuk". Dengan penuh drama politik Sprindik Anas bocor ke publik lalu dipaksa menjadi TSK.

Penetapan AU menjadi TSK dia sambut dengan status di Blackberry Messenger "Nabok Nyilih Tangan" memukul dengan meminjam tangan orang lain. Skenario rezim penguasa zalim memanfaatkan dan menggunakan tangan KPK menghabisi AU telah paripurna usai AU di T-SK. Realitas ini membuat banyak pihak meragukan integritas pimpinan KPK era Abraham Samad itu. Faktanya, Abraham dan Bambang justru diberhentikan dari KPK lantaran terlibat dalam kasus tindak pidana.

Ikhwal, saat fase transisi reformasi jagat digital dan ruang publik riuh-rendah dalam melihat sosok Anas Urbaningrum. Seiring berjalannya waktu, AU melejit dan menjelma menjadi tokoh muda yang bersinar.

Anas menjadi politisi muda kalem, santun, berkarakter, dan berkharisma. Anas sempat digadang-gadang menjadi pemimpin muda yang memiliki masa depan cemerlang. Anas juga dinilai sebagai figur yang memiliki magnet elektoral dan daya tarik, serta daya pikat tersendiri sehingga membuat banyak partai tertarik mengadopsi Anas.

Itu sebabnya karier politik Anas mulus cepat melejit meski terkadang diterpa isu tak sedap. Puncaknya, Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat setelah berhasil mengalahkan dua pesaingnya Marzuki Ali dan Andi Malaranggeng yang notabene disokong Istana.

Kemenangan Anas ternyata menyisakan krikil dan dinamika panjang yang tak berkesudahan dan itu juga menjadi batu sandungan bagi perjalan karier politik AU. Barisan sakit hati terus-menerus mengobok-obok AU di internal Demokrat meski diakomudasi dan mendapakan jabatan strategis di DPP Demokrat.

Politik akomudasi yang dilakukan Anas tak lain adalah untuk meredam munculnya gejolak politik di internal Demoktat, namun barisan sakit tak bisa move on atas kekalahan di kongres Bandung sehingga melahirkan faksionalisasi di tubuh Demokrat.

Alhasil kudeta yang dilakukan barisan sakit hati menemukan momentum setelah AU di-TSK. Konflik Demokrat itu berakhir tragis karena menombalkan Anas sebagai pesakitan di jeruji Besi mendekam selama 9 tahun di Sukamiskin.

Sungguh sangat ironis dan menyedihkan ketika hukum menjadi alat politik penguasa untuk membunuh lawan politik yang dianggap tidak "sami'na waa atha'na".

Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa Anas adalah korban pertarungan politik yang ditumbalkan oleh faksi Cikeas meminjam istilah Ma'mun Murod. Persepsi mereka tentang AU karena dianggap membuat kesalahan fatal yaitu tidak tunduk dan tak patuh atas titah dan sabda SBY.

Anas dinilai liar dalam mengelola partai, Anas ingin Demokrat menjadi partai moderen dan terbuka. Anas ingin mengubah citra Demokrat dari partai keluarga menjadi partai milik semua kader.

Pada intinya, kemenangan AU pada kongres Bandung dinilai akan mengubur mimpi indah trah Cikeas untuk menguasi Demokrat, maka segala cara ditempuh untuk menghancurkan dan mendepak Anas dari Demokrat. Alhasil, lewat KPK dengan "nabok nyilih tangan" Cikeas berhasil menggulingkan Anas dan merebut kembali Demokrat.

Anas Siap Eksaminasi Putusan Pengadilan

Anas Urbaningrum tetap menyakini dakwaan dan putusan pengadilan salah alamat meski Anas telah menjalani proses hukuman di Sukamiskin. Karena itu berkali-kali AU menantang "mubahalah" (sumpah kutukan) di pengadilan.

Sebelumnya Anas juga sempat menyatakan siap digantung di Monas jika terbukti mencicipi uang korupsi Hambalang meski satu rupiah. Terlepas dari kenyataan pahit yang dialaminya itu, Anas ingin dakwaan dan putusan pengadilan diuji kembali (eksaminasi) supaya publik mendapatkan informasi yang jernih dan kebenaran itu terungkap. Kendati demikian, Anas saat ini tengah fokus menata kembali masa depan dan kejayaan karier politik-Nya yang hancur akibat brutalitas politik rezim penguasa zalim saat itu yang mengintervensi KPK menjatuhkan Anas.

Banyak pihak yang berharap terhadap sosok muda berkharisma ini akan kembali tampil ke panggung politik nasional. Tampilnya AU diyakini akan mampu mewarnai lanskap dan percaturan politik nasional.

Faktanya, kehadiran AU benar-benar dinanti bahkan para loyalis, kolega, dan sahabat AU telah berjibun dan siap menjemput kepulangan AU dari Sukamiskin. Nampaknya bebasnya Anas seperti Anwar Ibrahim dirindukan dan dinanti para pendukungnya.

Jarang ditemukan bahkan hampir mustahil politisi dijemput ratusan bahkan ribuan orang menjemput ke Lapas Sukamiskin. Itulah keistimewaan sosok AU yang diyakini memiliki magnet politik dan dukungan luas dari pelbagai kalangan.

Karena itu, kepulangan AU dari Sukamiskin adalah penantian panjang para loyalis, pendukung, dan sahabat-sahabatnya di seantero negeri. Selamat berkiprah kembali mas AU di kancah politik nasional. Pemikiran, ide, gagasan, dan kontribusi mas AU sangat ditunggu dan dinanti.
(mhd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1914 seconds (0.1#10.140)