Memilih Kesederhanaan Sebelum Terlambat
loading...
A
A
A
Arfanda Siregar
Dosen Manajemen Politeknik Negeri Medan, Mudir Islamic Center Ali Bin Abi Tholib
ST JAMES dalam Simplify Your Life mengungkapkan sepanjang sejarah dunia, orang-orang bijak selalu beranggapan hidup sederhana merupakan kunci kebahagiaan. Sederhana bermakna mengambil kebutuhan secukupnya, seperlunya, tidak berlebih, dan tidak mewah, meskipun kesempatan hidup glamor ada di depan mata.
Jalan hidup sederhana terbentang luas di depan mata, tapi hanya sedikit manusia memilih jalan yang lebih menjanjikan kebahagian dan ketenangan. Sebagian besar memilih bergelimang harta kemewahan sebagai lambang kesuksesan di hadapan orang lain.
Hidup Sederhana Pilihan
Adalah benar sebagian besar manusia menolak hipotesis James. Manusia berkerja bukan sekadar mencari sesuap nasi tetapi juga memenuhi kebutuhan pengakuan eksitensi. Maslow mengatakan, pamer atas kelebihan harta sebagai bagian dasar kebutuhan eksitensi manusia. Orang ke sana kemari memamerkan kekayaan (flexing) agar menjadi pusat perhatian publik. Mereka puas jika beribu pasang mata mengagumi kemewahannya.
Baca Juga: koran-sindo.com
Sekarang, pamer kekayaan tak perlu lagi nongkrong di sebuah tempat yang menjadi pusat keramaian. Cukup melalui media sosial seperti Instagram, ribuan pasang mata bisa langsung mengetahui isi rumah, garasi, bahkan rekening bank.
Bisa jadi kalau yang pamer kekayaan seorang pengusaha kelas kakap, tentu tak menjadi persoalan: dia bisa membuktikan kekayaannya. Tapi, para pejabat negara dan keluarganya yang kerap mempertontonkaan kemewahan hidupnya supaya menjadi pusat perhatian malah bisa menjadi masalah.
Publik sudah pintar berhitung kemampuan seseorang menumpuk kekayaan. Aparat negara, apapun jabatannya mustahil mampu mengoleksi mobil mewah, apalagi sampai punya jet pribadi.
Kita masih ingat pada saat rapat kabinet terbatas pada 2 Maret 2023 lalu, Presiden Joko Widodo memberi peringatan kepada kalangan pejabat negara agar tidak pamer harta dan bergaya hidup mewah di tengah kondisi ekonomi rakyat yang belum pulih pascapandemi. Apalagi kondisi saat ini kondisi ekonomi dunia dilanda krisis.
Tapi percayalah. Sia-sia saja imbauan Presiden Joko Widodo yang di awal jabatan presiden kerap tampil bersahaja--Almarhum Buya Syafii Maarif pernah berkelakar soal kesederhanaan Jokowi di depan awak tinta, "‎Sepatunya juga murah seperti itu, tuh lihat saja. Ini kan sudah pertanda‎ memang beliau seperti itu. Paling kalau dikisar harganya hanya Rp50 ribu," ucap Syafii menunjuk sepatu Jokowi—namun hangat-hangat tahi ayam.
Dosen Manajemen Politeknik Negeri Medan, Mudir Islamic Center Ali Bin Abi Tholib
ST JAMES dalam Simplify Your Life mengungkapkan sepanjang sejarah dunia, orang-orang bijak selalu beranggapan hidup sederhana merupakan kunci kebahagiaan. Sederhana bermakna mengambil kebutuhan secukupnya, seperlunya, tidak berlebih, dan tidak mewah, meskipun kesempatan hidup glamor ada di depan mata.
Jalan hidup sederhana terbentang luas di depan mata, tapi hanya sedikit manusia memilih jalan yang lebih menjanjikan kebahagian dan ketenangan. Sebagian besar memilih bergelimang harta kemewahan sebagai lambang kesuksesan di hadapan orang lain.
Hidup Sederhana Pilihan
Adalah benar sebagian besar manusia menolak hipotesis James. Manusia berkerja bukan sekadar mencari sesuap nasi tetapi juga memenuhi kebutuhan pengakuan eksitensi. Maslow mengatakan, pamer atas kelebihan harta sebagai bagian dasar kebutuhan eksitensi manusia. Orang ke sana kemari memamerkan kekayaan (flexing) agar menjadi pusat perhatian publik. Mereka puas jika beribu pasang mata mengagumi kemewahannya.
Baca Juga: koran-sindo.com
Sekarang, pamer kekayaan tak perlu lagi nongkrong di sebuah tempat yang menjadi pusat keramaian. Cukup melalui media sosial seperti Instagram, ribuan pasang mata bisa langsung mengetahui isi rumah, garasi, bahkan rekening bank.
Bisa jadi kalau yang pamer kekayaan seorang pengusaha kelas kakap, tentu tak menjadi persoalan: dia bisa membuktikan kekayaannya. Tapi, para pejabat negara dan keluarganya yang kerap mempertontonkaan kemewahan hidupnya supaya menjadi pusat perhatian malah bisa menjadi masalah.
Publik sudah pintar berhitung kemampuan seseorang menumpuk kekayaan. Aparat negara, apapun jabatannya mustahil mampu mengoleksi mobil mewah, apalagi sampai punya jet pribadi.
Kita masih ingat pada saat rapat kabinet terbatas pada 2 Maret 2023 lalu, Presiden Joko Widodo memberi peringatan kepada kalangan pejabat negara agar tidak pamer harta dan bergaya hidup mewah di tengah kondisi ekonomi rakyat yang belum pulih pascapandemi. Apalagi kondisi saat ini kondisi ekonomi dunia dilanda krisis.
Tapi percayalah. Sia-sia saja imbauan Presiden Joko Widodo yang di awal jabatan presiden kerap tampil bersahaja--Almarhum Buya Syafii Maarif pernah berkelakar soal kesederhanaan Jokowi di depan awak tinta, "‎Sepatunya juga murah seperti itu, tuh lihat saja. Ini kan sudah pertanda‎ memang beliau seperti itu. Paling kalau dikisar harganya hanya Rp50 ribu," ucap Syafii menunjuk sepatu Jokowi—namun hangat-hangat tahi ayam.