TGB Sebut Ada 3 Dimensi Ramadan yang Perlu Diingat Umat Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jelang penentuan awal Ramadan 1444 H/2023 M, tokoh nasional Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi mengungkapkan tiga dimensi Ramadan yang penting diingat oleh semua pihak, khususnya umat Islam.
Apalagi, kesukacitaan menyambut Ramadan ini tidak hanya dirasakan umat muslim, tapi juga seluruh elemen bangsa karena beragam keberkahannya.
“Sesungguhnya kesukacitaan dan suasana Ramadhan itu tidak hanya terasa di tengah-tengah umat muslim, tetapi bahkan di seluruh, seluruh elemen bangsa. Kita sebagai satu bangsa ini semuanya bersukacita bersyukur, senang karena Ramadan datang kepada kita dengan beragam keberkahan,” kata TGB dalam Breaking News iNews sore, Rabu (22/3/2023).
TGB menyebut, ada tiga dimensi Ramadan. Pertama, dimensi ke-Islaman atau dimensi keagamaan. Dalam dimensi ini, Ramadan menjadi medium bagi seorang muslim untuk lebih memperkuatnya ta’arufnya (pendekatan) kepada Allah SWT, terus berusaha menambah kualitas dan kuantitas amalnya, membersihkan lahir batinnya, mendaras (membaca dengan lantang) Al Quran dengan sebanyak-banyaknya dan semaksimal mungkin, berzikir dan melakukan ibadah lainnya.
Kedua, Ramadan juga memiliki dimensi kemanusiaan. Dalam Ramadan, umat muslim diajarkan untuk meningkatkan kepedulian dan memperkuat solidaritas sosial. Bahkan, dalam hadits riwayat disebutkan Rasulullah Muhammad SAW dan juga para sahabatnya melipatgandakan sedekah dan kebaikannya. Sehingga, pada saat Indonesia baru saja bangkit dari pandemi Covid-19 dengan segala macam dampak ikutannya, tentu dimensi kemanusiaan menjadi sangat penting dan harus diingat di bulan suci Ramadan.
“Jadi kita asah kepedulian kita kepada orang-orang di sekitar kita, tengok kiri, tengok kanan lihat saudara-saudara kita yang mungkin memerlukan bantuan kalau kita bisa bantu kita bantu. Kalau kita bisa berbagi mari berbagi, kata para ulama tidak ada waktu yang lebih afdol untuk berbagi kebaikan melebihi bulan Ramadhan,” terangnya.
Terakhir, kata Ketua Harian Nasional DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dimensi kebangsaan. Menurutnya, dimensi kebangsaan dalam Ramadan ini adalah kesempatan-kesempatan untuk bisa memperkokoh kesatuan dan persatuan sesama anak bangsa. Apalagi, dalam Ramadan itu ada banyak perjumpaan, misalnya saat beribadah, silaturahmi, dan saat Idul Fitri dimana ada halal-bihalal. “Nah perjumpaan-perjumpaan ini penting untuk kita sebagai anak bangsa agar ikatan persaudaraan kita bisa semakin kokoh,” imbuh TGB.
Selain itu, TGB mengatakan Ramadan juga mengajarkan pengendalian diri dan pengendalian diri itu adalah salah satu hal yang sangat diperlukan dan dipentingkan untuk segenap bangsa Indonesia. “Kita perlu membangun pengendalian diri yang baik, di dalam kita berucap, di dalam kita bersikap, di dalam kita berperilaku karena banyak hal yang sebenarnya merupakan kekayaan,” ujar mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Menurut TGB, khazanah dalam berbangsa dengan keragaman yang luar biasa bisa saja terganggu ketika anak bangsa tidak mampu mengendalikan diri dalam bersikap dan berkomentar. Apalagi di era media sosial (medsos) seperti ini, semua orang bisa berkomentar hanya dengan mengetikan jarinya, karena semua punya medsos. “Apakah dengan semangat pengendalian diri yang dibawa oleh Ramadan, mudah-mudahan kita bisa lebih membangun situasi yang kondusif, yang lebih tenang, jauh dari hoaks, jauh dari saling mencerca satu sama lain,” harapnya.
TGB menambahkan, pengendalian diri ini lebih relevan lagi kalau bangsa Indonesia ingat bahwa ada beragam agenda nasional ke depan, termasuk agenda yang paling dekat yakni Pemilu 2024 yang akan digelar 11 bulan lagi. “Ada agenda demokrasi kita dan itu membutuhkan pengendalian diri yang kuat agar kita bisa mengarahkan energi kita ke arah yang positif, dan tidak terjebak pada saling mencerca dan saling memojokkan satu sama lain,” pesan TGB.
“Saya pikir kalau kita memaknai Ramadhan dengan beragam ini dimensi keagamaannya, dimensi kemanusiaannya, dimensi kebangsaannya, maka insyaallah Ramadan akan menjadi bulan yang berkah untuk kita semua bangsa Indonesia,” harapnya.
Apalagi, kesukacitaan menyambut Ramadan ini tidak hanya dirasakan umat muslim, tapi juga seluruh elemen bangsa karena beragam keberkahannya.
“Sesungguhnya kesukacitaan dan suasana Ramadhan itu tidak hanya terasa di tengah-tengah umat muslim, tetapi bahkan di seluruh, seluruh elemen bangsa. Kita sebagai satu bangsa ini semuanya bersukacita bersyukur, senang karena Ramadan datang kepada kita dengan beragam keberkahan,” kata TGB dalam Breaking News iNews sore, Rabu (22/3/2023).
TGB menyebut, ada tiga dimensi Ramadan. Pertama, dimensi ke-Islaman atau dimensi keagamaan. Dalam dimensi ini, Ramadan menjadi medium bagi seorang muslim untuk lebih memperkuatnya ta’arufnya (pendekatan) kepada Allah SWT, terus berusaha menambah kualitas dan kuantitas amalnya, membersihkan lahir batinnya, mendaras (membaca dengan lantang) Al Quran dengan sebanyak-banyaknya dan semaksimal mungkin, berzikir dan melakukan ibadah lainnya.
Kedua, Ramadan juga memiliki dimensi kemanusiaan. Dalam Ramadan, umat muslim diajarkan untuk meningkatkan kepedulian dan memperkuat solidaritas sosial. Bahkan, dalam hadits riwayat disebutkan Rasulullah Muhammad SAW dan juga para sahabatnya melipatgandakan sedekah dan kebaikannya. Sehingga, pada saat Indonesia baru saja bangkit dari pandemi Covid-19 dengan segala macam dampak ikutannya, tentu dimensi kemanusiaan menjadi sangat penting dan harus diingat di bulan suci Ramadan.
“Jadi kita asah kepedulian kita kepada orang-orang di sekitar kita, tengok kiri, tengok kanan lihat saudara-saudara kita yang mungkin memerlukan bantuan kalau kita bisa bantu kita bantu. Kalau kita bisa berbagi mari berbagi, kata para ulama tidak ada waktu yang lebih afdol untuk berbagi kebaikan melebihi bulan Ramadhan,” terangnya.
Terakhir, kata Ketua Harian Nasional DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dimensi kebangsaan. Menurutnya, dimensi kebangsaan dalam Ramadan ini adalah kesempatan-kesempatan untuk bisa memperkokoh kesatuan dan persatuan sesama anak bangsa. Apalagi, dalam Ramadan itu ada banyak perjumpaan, misalnya saat beribadah, silaturahmi, dan saat Idul Fitri dimana ada halal-bihalal. “Nah perjumpaan-perjumpaan ini penting untuk kita sebagai anak bangsa agar ikatan persaudaraan kita bisa semakin kokoh,” imbuh TGB.
Selain itu, TGB mengatakan Ramadan juga mengajarkan pengendalian diri dan pengendalian diri itu adalah salah satu hal yang sangat diperlukan dan dipentingkan untuk segenap bangsa Indonesia. “Kita perlu membangun pengendalian diri yang baik, di dalam kita berucap, di dalam kita bersikap, di dalam kita berperilaku karena banyak hal yang sebenarnya merupakan kekayaan,” ujar mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Menurut TGB, khazanah dalam berbangsa dengan keragaman yang luar biasa bisa saja terganggu ketika anak bangsa tidak mampu mengendalikan diri dalam bersikap dan berkomentar. Apalagi di era media sosial (medsos) seperti ini, semua orang bisa berkomentar hanya dengan mengetikan jarinya, karena semua punya medsos. “Apakah dengan semangat pengendalian diri yang dibawa oleh Ramadan, mudah-mudahan kita bisa lebih membangun situasi yang kondusif, yang lebih tenang, jauh dari hoaks, jauh dari saling mencerca satu sama lain,” harapnya.
TGB menambahkan, pengendalian diri ini lebih relevan lagi kalau bangsa Indonesia ingat bahwa ada beragam agenda nasional ke depan, termasuk agenda yang paling dekat yakni Pemilu 2024 yang akan digelar 11 bulan lagi. “Ada agenda demokrasi kita dan itu membutuhkan pengendalian diri yang kuat agar kita bisa mengarahkan energi kita ke arah yang positif, dan tidak terjebak pada saling mencerca dan saling memojokkan satu sama lain,” pesan TGB.
“Saya pikir kalau kita memaknai Ramadhan dengan beragam ini dimensi keagamaannya, dimensi kemanusiaannya, dimensi kebangsaannya, maka insyaallah Ramadan akan menjadi bulan yang berkah untuk kita semua bangsa Indonesia,” harapnya.
(cip)